All Chapters of Suluh Mukhalis: Pendekar Bayangan : Chapter 1 - Chapter 10

15 Chapters

01. Murid Lemah

Suara teriakan terdengar keras di suatu ruangan yang teramat luas, dihadiri oleh beberapa murid tengah duduk di sudut-sudut matras. Mereka semua memperhatikan ke depan, menyaksikan dua laki-laki beradu keahlian. "Berdirilah!" seru Guru Mahendra kepada bocah dua belas tahun yang ambruk di atas lantai. "Buktikan bahwa kau layak berada di Cenderawasih!" Suluh, dipenuhi determinasi membara, tak kenal menyerah. Walau tubuhnya merasakan sakit, dia berusaha bangkit untuk melawan salah satu siswa yang memiliki nilai terbaik. Ini akan sangat sulit karena Deandra sudah berkultivasi sampai ranah ketiga, menyebabkan semua serangannya kokoh bertenaga. "Kau benar-benar keras kepala," bisik Deandra menautkan alis, semakin kesal karena harga dirinya dihabiskan untuk melawan murid seperti Suluh. "Tak ada yang dapat kau lakukan dengan tubuh lemah seperti itu!" Memahami kendala utama, Suluh tak banyak berkomentar sebab hanya dia murid di kelasnya yang belum berkultivasi. Tidak, bahkan di usianya saa
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

02. Pria Misterius

Suluh sendirian ditemani kegelapan, tak ada apa-apa melainkan kekosongan. Benturan keras membawanya ke alam bawah sadar, hening tanpa kebisingan sampai suara mulai terdengar samar-samar. Suatu bisikan yang semakin lama berubah menjadi teriakan memenuhi telinga. "Bertahanlah, anakku," disela-sela kehancuran, Suluh dapat melihat wajah wanita di depan mata, dikelilingi abu dan kobaran api di mana-mana, membumihanguskan berbagai rumah. "Kamu harus kuat." Dia terlihat menangis, muka cantik dilengkapi kulit kuning langsat itu tak karuan, dipenuhi debu dan bercak cairan kemerahan. "Ibu akan melindungimu," ucapnya lirih, sesekali memperhatikan bayi yang berada di dalam dekapan kedua tangan. "Ibu?" Suluh bergumam, sempat tak mempercayai kejadian yang menimpanya saat ini. Perempuan tersebut lantas bersembunyi di balik rumah tua terbuat dari kayu, memeriksa keadaan Suluh dengan sayu. "Maafkan ibu bahwa kamu harus mengalami ini semua," dia berbisik, menyadari bahwa ada sebuah sekoci di tepi
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

03. Latihan Bela Diri

Dua hari terlewati, Suluh merasakan bahwa tubuhnya membaik sangat cepat. Bahkan luka sayatan dan lebam tampak memudar setelah dia membuka semua tumbuhan yang melekat di tubuhnya. Sempat terpukau oleh keahlian Madiarta dalam obat-obatan. Bersemangat, dia keluar dari kamar, mondar mandir ke beberapa ruangan sampai keluar rumah, menoleh ke sana kemari seakan mencari sesuatu. Halaman luas menyapa, ditumbuhi rerumputan liar serta hutan yang mengitari rumah kayu sederhana. Sampai kedua iris hijau Suluh mendapati laki-laki yang tengah duduk bersila di atas batu, berlari mendekat secepat mungkin. "Master, aku sudah siap latihan hari ini!" Masih memejamkan mata, Madiarta membalas, "Bagaimana kondisimu?" "Jauh lebih baik, Master," muka Suluh terlihat berseri-seri diterpa cahaya mentari. "Jadi begitu," laki-laki tersebut lantas melompat turun. "Mari mulai dengan latihan bela diri." Suluh mengekori Madiarta sampai dia berhenti di tengah halaman, berbalik ke arah muridnya. "Sebagai siswa Ce
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

04. Kekuatan Internal

Mentari baru terbit dari ufuk timur akan tetapi di halaman depan rumah, susah ada dua insan yang tengah duduk bersila. Mereka berhadapan, memejamkan mata dengan khidmat seakan tak terusik dengan apa yang ada di sekitar. "Pernah dengar mengenai kekuatan internal?" Madiarta membuka suara di tengah-tengah kesunyian. Suluh tak membalas untuk sementara waktu, familiar dengan istilah itu. "Kalau tidak salah, bukankah kekuatan internal identik dengan insting dan firasat?" "Demikianlah latihanmu," Madiarta menarik sudut-sudut bibirnya. "Kau sudah belajar meningkatkan ketangkasan dan daya kerusakan serangan, tapi itu belum maksimal." "Kekuatan internal tak hanya dibutuhkan dalam menghadapi musuh yang banyak, tetapi diperlukan di dalam kondisi berbahaya," dia meneruskan, Suluh memilih mendengarkan. "Apapun bisa terjadi yang mengancam keselamatan nyawa, dan aspek ini sangat krusial untuk membantu kita dalam menjalani kehidupan." "Metode ini sama seperti kultivasi karena kita diharuskan men
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

05. Unsur Alam

Bocah dua belas tahun menelan ludah, tak banyak bicara setelah ditinggal Madiarta sendirian di tempat sepi nan berbahaya. Dia sudah bertemu dengan harimau di tepi sungai, hanya berjarak beberapa langkah dari air terjun yang dipenuhi suara memekikkan telinga, merupakan sebuah tantangan tersendiri bila dia kembali bertemu dengan rekan-rekannya. "Ini akan sulit," Suluh berkomentar. "Seperti kata Master, semakin berisik semakin susah bermeditasi." Suluh tak kenal menyerah, kembali memejamkan kedua mata. "Fokus, rasakan frekuensi yang ada di sekitarmu!" serunya dalam hati, menyemangati. Suara serangga malam dan hembusan angin turut menemani, awas akan kehadiran hewan buas yang mungkin sekadar lewat tanpa permisi. Mengerutkan dahi, dia mencoba meningkatkan konsentrasi, mendeteksi bahaya maupun mencoba masuk ke alam bawah sadar. Madiarta memberitahu bahwa akses masuk kultivasi dimulai saat berada di alam tersebut, tapi apabila dia masih belum membebaskan diri dari Prana Cahaya, mustahil
last updateLast Updated : 2024-04-21
Read more

06. Ranah Kultivasi

"Mengagumkan, bukan?" Muncul suara tiba-tiba, mengejutkan Suluh dan sontak menoleh ke tepian sungai di mana dia menemukan Madiarta. "Master?" Suluh berbisik dengan berseri-seri, tak mampu menutupi keceriaan. "Kultivasi sudah menjadi bagian dari manusia yang sulit dilepaskan," Madiarta terlihat duduk bersila. "Tak hanya memberikan kita kekuatan, Prana menghasilkan ketenangan batin tak terlukiskan." "Tidakkah kau merasakannya saat mereka memasuki tubuhmu?" kata Madiarta, dibenarkan oleh Suluh dengan anggukan kepala. "Dulu, sebagian besar manusia berhenti sampai di fase ini, tak berniat memperdalam kekuatan Prana." "Namun sekarang, ambisi menggebu dan kepentingan individu melahirnya sekte-sekte tertentu," dia meneruskan, mengulik seputar sejarah. "Perpecahan dan tumpah darah, apa kau setuju semua itu karena Prana yang hadir memberikan kedamaian?" Suluh mengernyit, dari kesimpulan tersebut sudah salah. "Tidak, Master. Kitalah sebagai manusia yang merusak diri kita sendiri!" Membalas
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

07. Penjaga Andapan

Suluh menanamkan keberanian, memasuki area Gunung Andapan dengan kewaspadaan. Arah tangga setapak terbuat dari batu sedikit licin sebab kabut masih menyelimuti sekitar, tak dapat melihat apa-apa dan mulai mengandalkan kekuatan internal. Suara kicauan menyeruak ditemani semilir angin mengibaskan dedaunan, Suluh berusaha konsentrasi dan tak teralihkan. Ancaman bisa berada di mana saja, lengah adalah suatu kelemahan sebab dia kesulitan mengobservasi area. Indra berperan krusial kali ini, suara semak-semak sesekali meresahkan Suluh, cekatan dalam bertindak. Seperti yang diketahui, ada banyak hewan buas berkeliaran di Gunung Andapan. Harimau, serigala, maupun hewan karnivora lain mungkin sudah mengintainya dalam kegelapan. "Apakah arwah-arwah itu akan muncul?" batin Suluh mempercepat mendaki, menerobos kabut yang lama kelamaan memudar sebab sinar mentari sudah terlihat di cakrawala. Embun-embun menempel di dedaunan, Suluh mulai melihat keindahan alam yang ditawarkan oleh Gunung Andap
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

08. Penempaan Tubuh

Tak tahu melakukan apa, Suluh harus segera menentukan keputusan dikarenakan Uragah meluncur sangat cepat ke arahnya. Menarik napas dalam-dalam, dia menenangkan diri seraya berkonsentrasi, mendemonstrasikan semua latihannya dalam asuhan Madiarta. Berjarak hanya beberapa langkah dari makhluk tersebut, Suluh buru-buru meliuk ke sebelah tatkala Uragah menyambar, mendaratkan hantaman telapak tangan yang sudah dialiri tenaga dalam. Meski tak terlalu berpengaruh, setidaknya Suluh membuktikan bahwa dia mampu melawan. Menerima serangan, Uragah sedikit tersenggol, memutar badan dan segera menerkam Suluh. Cekatan, lagi-lagi dia berhasil meloncat akan tetapi telat membaca tubuh ular tersebut, tak melihat bahwa ekornya terarahkan ke atas, mengenai Suluh tepat sasaran. "Sial!" umpat Suluh, detik kemudian terpental akibat mengenai terjangan Uragah. Hal ini mengirim Suluh menembus semak-semak dan keluar dari hutan, hampir terjatuh ke dalam lembah bila dia telat mencengkram sudut daratan. Dia te
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more

09. Arwah Krisan

Kaki terus bergerak akan tetapi isi kepala Suluh dipenuhi awan kelam yang tidak seharusnya terbebani kepada bocah dua belas tahun. Sebutan Mukhalis barangkali sudah berkali-kali disematkan kepadanya dalam mimpi, entah itu kejadian absurd tak memiliki arti maupun yang akan tiba di masa depan. Suluh sama sekali tak tahu, memeriksa luka sayatan di lengan kirinya. "Bila tak segera membuat ramuan, aku sudah dapat dipastikan tak akan bertahan," dia bergumam, mendengar suara air entah di mana. Mengedarkan sorotan mata, Suluh menoleh ke berbagai arah, menemukan sungai kecil lagi dangkal serta bersih dan tak terkontaminasi. Bahkan ketika dia menghampiri, Suluh dapat melihat ikan-ikan kecil mondar mandir menghindarinya, berlarian ketakutan oleh kehadiran manusia. "Kebetulan sekali," Suluh melepaskan tas rotan beserta baju atasan. "Aku harus membersihkan tubuhku dari cedera ini." Yakin tak ada siapapun selain dia di sini, Suluh tanpa berpikir dua kali masuk ke dalam sungai hanya memaka
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more

10. Keris Pusaka

Sepi tak ada tanda-tanda kehidupan, Suluh mencari Madiarta sembari berjalan. Dedaunan tersapu oleh angin, rumah reyot tak terawat sesekali menimbulkan bunyi berdecit membuat bulu kuduk berdiri. Belum sepenuhnya terlupakan oleh teror arwah bergentayangan, Suluh memberanikan diri melangkah walaupun dilanda keresahan. "Di mana Master?" Melirik ke berbagai arah, tak ditemukan makhluk bernyawa, hanya kegelapan mendominasi segala hal. "Dan di mana Altar Bayangan berada?" Tak tahu harus ke mana, Suluh membiarkan dirinya secara acak memeriksa setiap bangunan sampai masuk ke dalam. Laba-laba barangkali menikmati keadaan saat ini, membangun istana sendiri bersama debu yang menempel di berbagai sudut. Mendapati suatu kendi khusus untuk ramuan, Suluh mengamati lebih dekat sembari menerka-nerka, "Tempat ini, bukankah ruangan ramuan?" Berdiri, Suluh lantas keluar untuk sekadar memastikan. "Tidak salah lagi, ini adalah bekas sekolahan!" Entah mengapa saat dia memperhatikan bangunan kayu kecil d
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status