Home / Romansa / Wanita Kedua Pilihan Presdir / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Wanita Kedua Pilihan Presdir: Chapter 21 - Chapter 30

39 Chapters

Tentang Riana

Malam yang dingin dan semakin beranjak membuat Kelvin dan Riana memilih menghabiskan waktu dengan duduk di depan perapian.Kelvin membentangkan selimut berbulu tebal yang menghangatkan kaki hingga pinggang mereka.Sengaja Kelvin memilih tempat yang ada di dalam hutan tersebut agar bisa lebih intim dan menghabiskan waktu dengan baik bersama Riana."Jadi, usia berapa kamu tinggal di panti asuhan?" buka Kelvin sambil menyesap cokelat panas yang dibuat sendiri.Riana yang duduk di samping Kelvin lalu mengubah posisi duduk dengan menatap perapian yang ada di hadapan mereka berdua."Setelah mama meninggal, tetangga yang sempat menjagaku mengantarku ke panti asuha. Dia tidak bisa lagi merawatmu karena kekurangan biaya," ujarnya membuat Kelvin diam sambil memerhatikan ekspresi wajah Riana yang terlihat mengabu."Saat itu aku masih SD kelas satu. Untunglah anak-anak panti banyak yang baik. Dan satu bulan setelah tinggal di pantu, aku punya dua orang teman dekat. Salah satunya diadopsi setelah
Read more

Julian Kabur

Pagi buta, Kelvin membangunkan Riana. Tapi kelelahan karena bercinta membuat Riana hanya mengerang malas dan enggan membuka matanya."Ayo bangun!""Mas aku masih ngantuk.""Sudah kubilang 'kan kalau hari ini kita akan mendaki bukit dan melihat matahari terbit. Apa kamu mau melewatkannya begitu saja?"Riana mendesah berat kemudian membuka mata. Wajah Kelvin tepat berada di atas wajahnya."Ayo, sebentar lagi pemandu akan datang dan menemani kita. Tidak usah mandi kalau malas.""Ih, mana bisa. Aku bau nanti malah dikira beruang lagi sama beruang di gunung. Eh tapi memangnya ada beruang? Kalau ada kenapa kita mendaki, Mas? Nanti beruangnya marah."Kelvin tergelak. Membuat kantuk Riana hilang. Baru kali ini Riana melihat tawa Kelvin yang ternyata begitu menyenangkan dilihatnya."Sudah sana cepat mandi. Hanya lima belas menit. Bergegas!" tegas Kelvin.Tiba-tiba Riana mengecup bibir Kelvin berulang kali sebelum buru-buru bangun, menutupi tubuhnya dengan selimut hingga masuk kamar mandi dengan
Read more

Hadiah Untuk Riana

Meski lelah karena harus berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain, namun Riana merasa bahagia. Kelvin menepati janjinya.Bulan madu yang direncanakan dan sempat gagal akhirnya berjalan dengan lancar meski di awal ada masalah yang membuat Riana sempat celaka.Waktu tiga minggu pun terasa begitu cepat hingga akhirnya mereka kembali ke rumah. Kelvin ternyata sudah merencanakan kejutan untuk Riana."Mas, kenapa mata aku ditutup, sih?""Bukan kejutan kalau kamu melihatnya."Riana memonyongkan bibir. Ekspresi wajahnya berbeda dengan debar perasaannya yang bahagia karena akan diberi kejutan.Kelvin sengaja menutup matanya sejak mereka turun dari pesawat dan masuk ke dalam mobil hingga mereka tiba di sebuah rumah. Rumah yang berbeda dengan kediaman yang ditempati sebelumnya."Loh, Mas, kita di mana ini?" Riana menatap sekitar dan takjub dengan pemandangan yang ada di hadapannya.'Ini rumah baru kita."Riana melongo. "Hah? Mas jangan bercanda."Apa mungkin seorang Kelvin bercanda dengan
Read more

Mengejar Renata

Kelvin menarik tangan Gabriella lalu membawanya menjauh. Membuat Riana aneh sekali timbul rasa cemburu. Jangan-jangan Gabriella mantan pacar Kelvin, batinnya."Apa yang kamu lakukan di sini?""Lho, kamu yang ngapain di sini? Rumahku memang di sana." Gabriella menunjuk rumah di depan rumah Kelvin dan Riana yang baru lalu kembali bertanya. "Riana itu siapa kamu, Kak?"Kelvin membuang napas berat, menahan dirinya untuk tak meluap. Ia harus menjelaskan dengan baik agar Gabriella tidak salah paham."Riana itu istriku."Gabriella langsung melotot. Mengintip dari punggung Kelvin. Membuat Riana semakin penasaran."Mas.""Kita bicara nanti." Kelvin menatap Riana lalu memintanya mendekat. "Kenalkan, Gabriella ini sepupuku.""Benarkah?"Gabriella mengangguk. "Aku keponakan ibunya Kak Kelvin. Ibuku dan Ibu kak Kelvin saudara sepupu dari satu nenek yang sama."Riana manggut-manggut. "Pantas. Mas Kelvin kaget lihat kamu. Tapi, apa kamu sudah lama tinggal di sini?""Aku...""Gabriella tinggal di luar
Read more

Kemarahan Kelvin

"Aduh, Riana ke mana, sih?" Gabriella kehilangan jejak.Ia bertanya kepada setiap orang yang ditemui namun tak ada satupun yang melihat Riana."Huh, Kak Kelvin bisa marah ini." Gabriella lantas melihat cctv di seberang toko di mana ia melihat Riana terakhir kalinya seraya mencoba menelusuri jejak.Penasaran dan bertanya, Gabriella menghampiri kerumanan orang yang cukup menyita perhatian."Tadi ada perempuan diculik, Mbak. Perempuan ini mau nolong. Tapi malah jadi korban," terang seorang pria tua.Gabriella langsung tegang. Pikirannya langsung tertuju kalau Riana lah yang diculik. Ia bergegas menelepon Kelvin, meminta foto Riana."Untuk apa?" tanya Kelvin di seberang teleponnya."Duh, aku ga bisa jelaskan sekarang. Pokoknya kirim dulu cepat!"Kelvin menutup panggilan. Tak lama Kelvin malah mengirimkan nomer ponsel Riana. Membuat Gabriella kesal namun buru-buru menyimpannya.Muncul lah akhirnya foto profil Riana dalam akun whatsappnya. Gabriella segera menunjukkan foto tersebut pada or
Read more

Kasihan

Siapa yang tidak kaget. Padahal baru beberapa menit lalu ia sedang berlari mengejar seseorang yang dikenalnya. Tapi saat ia membuka mata, kondisinya dalam terikat bahkan di sebuah lokasinya yang tak jelas.Riana menoleh ke kanan dan ke kiri hingga bola matanya menangkap sosok yang sedang terbaring dengan kondisi yang mengenaskan."Renata!"Riana berusaha menggeser tubuhnya yang terikat di kursi. Bahkan hingga jatuh dan menimbulkan suara yang keras. Membuat sebuah pintu mendadak terbuka dan sinar yang terang membuat pandangan Riana langsung silau.Riana tak bisa melihat siapa yang sedang tertawa dan menertawainya yang tergeletak di lantai bersama kursi yang ia duduki."Sudah kuduga. Apa kita nikmati saja dia?" tunjuk pria tambun dengan kepala plontos yang wajahnya penuh tato. Membuat Riana jijik sekaligus takut."Siapa kalian? Kenapa kalian menculik saya dan menyiksa Renata?"Tidak ada yang menjawab. Hanya tawa yang terdengar hingga salah satu dari mereka mendekati Riana."Mau apa?""M
Read more

Ketahuan

Riana terbangun di dalam kamar, kamar di rumah baru mereka. Bersama Kelvin yang duduk di tepian tempat tidur dan menatapnya."Mas?"Kelvin membuang napas pelan lalu membantu Riana duduk. Baru Riana sadari setelah itu kalau tangan kirinya sudah dipasangi infus.Baik Riana maupun Kelvin, tak ada yang memulai pembicaraan hingga akhirnya Riana menangis meski Kelvin tampak tak bereaksi."Kamu pasti jijik sama aku sekarang?""Tidak. Dia belum menyentuhmu terlalu jauh."Riana mulai menitikkan air mata. Apa yang dikatakan Kelvin memang benar. Meski begitu Riana merasa kotor karena sebagian tubuhnya sudah dilihat dan dijamah pria yang bukan suaminya."Aku hanya ingin–""Saya kecewa, Riana. Kenapa kamu terus melakukan hal ceroboh dan membuat dirimu terjebak dalam situasi buruk? Tidak bisakah kamu menahan diri untuk bertindak impulsif hanya karena dorongan perasaan?" Meski terdengar emosi, Kelvin berusaha tidak meninggikan suaranya dan membuat Riana ketakutan.Riana memang sedang tidak baik, ta
Read more

Lucu Sekali

"Kamu harus menikah dengan Angela!"Tuan Bordi menatap tegas pada Kelvin."Apa kakek tidak tahu seperti apa dia sebenarnya? Bagaimana aku bisa menikah dengan wanita seperti itu."Tuan Bordi berdeham. Ekspresi wajahnya menunjukkan hal yang membuat Kelvin jadi penasaran.Mana mungkin kakeknya yang memiliki banyak kekuasaan itu tidak tahu seperti apa Angela. Dan Kelvin yakin ada sesuatu yang membuat kakeknya terus memaksa agar Kelvin menikah dengan Angela."Kakek tidak perlu ikut campur dengan pilihanku. Yang kakek inginkan hanya seorang cicit bukan?""Aku ingin keturunan yang jelas.""Memangnya keturunan yang jelas itu seperti apa?""Tentu saja yang bibit, bebet dan bobotnya jelas. Bukan anak panti asuhan seperti wanita yang kamu pilih itu."Kelvin terbahak. Membuat Tuan Bordi mengerang marah."Maaf, tapi seharusnya kakek juga tidak lupa kalau kakek menikahi wanita yang kakek cintai dan berasal dari panti asuhan bukan? Bahkan membuat opa murka."Tuan Bordi memiliki dua istri. Satu istri
Read more

Tak Merasa Lelah

Desah dan erang itu bersautan. Memperdengarkan lagu kenikmatan yang membuat siapa saja bisa jadi tergoda.Sayangnya, dua orang yang sedang bergumul di atas tempat tidur dan menciptakan suara kenikmatan itu sama-sama sedang melampiaskan kekesalannya satu sama lain."Bodoh!" umpat Angela namun ketika Julian menikmati puncak dadanya dengan kasar. Membuat Angela mengerang sambil menjambak rambut pria tersebut.Sementara pusat kenikmatannya semakin bekedut-kedut ketika Julian kembali bergerak dan membuat gesekan rasa yang melambungkan angan Angela."Kenapa tidak bunuh saja perempuan itu?""Dia masih berguna."Setelah berhasil kabur dari kejaran anak buah David, Julian menemui Angela di sebuah hotel. Dan tanpa basi basi keduanya saling menyerang lantas berbagi peluh di atas ranjang."Ahhh, sial! Lebih cepat!" amuk Angela lalu memutar posisi dan mengambil alih kendali.Julian tak mau kalah. Ia kembali menguasi bongkahan menjulang di depan matanya, hasil dari beberapa kali operasi plastik yan
Read more

Tidak Menginginkan

Riana sangat bersemangat setiap kali berkebun di rumah barunya. Sengaja mengalihkan pikirannya dari kejadian buruk yang masih membayangi.Gabriella yang malas dan tidak punya pekerjaan hanya bisa jadi penonton saja saat disuruh menemani Riana.Perempuan itu malas kalau harus kotor-kotoran dengan tanah di bawah terik matahari apalagi."Riana, ini sudah siang? Kamu tidak lelah?" serunya dari teras. "Ayo! Katanya kamu mau mengajariku memasak steak yang kemarin."Riana baru ingat. Gabriella meminta resep steak yang diajarkan Kelvin padanya."Sebentar lagi.""Ayolah. Sebentar lagi jam makan siang. Aku sudah sangat lapar.""Minta bibi saja ajarkan." "Tidak mau, aku mau kamu yang mengajariku."Riana terlihat sebal karena rengekan Gabriella yang cerewet.Padahal Gabriella sengaja memaksa. Ia merasa Riana terlalu sibuk bahkan tanpa bantuan tukang kebun satupun. Membuat Gabriella merasa aneh dengan tingkah kakak iparnya tersebut."Riana, Kak Kelvin telepon."Gabriella pura-pura mengatakan kala
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status