All Chapters of Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Kejutan di pernikahan mantan suami

Pak Gading melirikku lalu menoleh Pak Adit. "Siapa wanita ini?" tanyanya heran, Pak Gading tidak mengenalku karena penampilan baruku. "Kenalkan, dia Ayu, calon istriku! Eks manajer yang dulu Pak Gading pecat!" kata Pak Adit tersenyum. Mata Pak Gading membulat sempurna, terkejut. Tentu saja, aku lebih lagi saat Pak Adit mengaku aku calon istrinya. Entah apa maksud Pak Adit mengatakan itu, yang pasti Pak Gading sangat malu mengingat kejadian dulu itu. "Ayu?" katanya tak percaya. Aku mengulurkan tanganku dan berusaha tersenyum manis. "Iya, saya Ayu! Pak Gading masih ingat, kan!" Dengan kikuk Pak Gading mengangguk dan menjabat tanganku. Wajahnya menyiratkan seperti mimpi melihatku berubah dan kini diakui calon istri dari seorang Bos besar, Aditya Pratama Sulistyo. Dari ekor mataku terlihat Pak Adit sangat menikmati momen kejutan ini. Ah, ternyata Pak Adit pintar memainkan perannya. Aku berharap pengakuan Pak Adit itu benar, bukan saja hanya ingin membantuku menjatuhkan mental orang-
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Isi hati Adit

Pak Adit segera mengejarku sampai di parkiran mobil pun menjadi heran. "Tunggu Ayu! Kamu kenapa?" "Sebenarnya, apa tujuan Pak Adit mengatakan pada semua orang kalo Ayu calon istri Pak Adit?" tanyaku meminta kejelasan. "Bukankah, kamu ingin saya membantumu agar mereka nggak merendahkanmu lagi?" sergah Pak Adit merasa benar. Oh, jadi Pak Adit hanya membantu saja tanpa ada perasaan khusus padaku. Malangnya kamu Ayu, sudahlah mungkin aku bukan tipe Pak Adit. Wanita miskin sepertiku seharusnya bersyukur, Pak Adit masih mau menerima sebagai asisten. "Pak, kita pulang aja. Ayu capek!" kataku sambil masuk ke dalam mobil. "Kamu nggak mau makan lagi? Kan tadi blom habis nasinya," Pak Adit membujuk agar masuk lagi. "Ayu udah kenyang, antar Ayu pulang aja Pak!" Pak Adit yang menggeleng pun terpaksa menuruti dan berjalan memutar, lalu membuka pintu mobil dan masuk. Pak Adit menoleh ke arahku sebelum menghidupkan mobil. Namun, aku memalingkan wajah dan memandang keluar jendela. Suara ramai
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Syarat untuk Pak.Gading

Setelah sehari merehatkan badan, aku masuk kerja kembali seperti biasa. Pukul enam pagi sudah tiba di kediaman Pak Adit. Jika biasa Pak Adit masih memakai piyama, kali ini sudah bersiap akan olahraga. Walaupun hati kecewa, tapi aku tetap bersikap biasa agar Pak Adit tidak curiga. "Pagi, Pak! Ayu akan menyiapkan pakaian dan sarapan," Aku menyapa Pak Adit yang berdiri di halaman rumah. "Ya, masuk aja! Saya akan olahraga sebentar," jawab Pak Adit sambil melakukan pemanasan. Gegas aku masuk ke dalam rumah dan naik ke lantai atas. Kamar Pak Adit sudah rapi, aku masuk ke ruang ganti pakaian. Saat menyiapkan pakaian kerja Pak Adit, aku melihat sebuah kotak kecil di meja aksesoris. Kotak apa itu? Dari bentuknya saja sudah mewah, sepertinya kotak cincin. Penasaran, aku pun membukanya. Kilau cahaya keluar saat kotak terbuka dan membuat mataku membulat. Benar, sebuah cincin dengan mata berlian mahal. Untuk siapa Pak Adit membeli cincin ini, apa ada wanita istimewa di hati Pak Adit? Wanita i
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Terry ditangkap polisi

"Gimana hasilnya?" tanya Pak Adit setelah aku tiba di kantor. Senyumku mengembang dan duduk di sofa merebahkan tubuh. Pak Adit yang baru siap rapat juga sedang bersantai, lalu berjalan dan duduk di depanku. Aku pun menceritakan dari awal hingga akhir. Tidak tahu apakah Pak Adit menerima sikap dan keputusanku tersebut, karena beliau cuma mengangguk saja. Sambil berpangku kaki dan bersedekap tangan, Pak Adit merenung sejenak. "Apa Pak Adit setuju dengan negoisasi Ayu dengan Pak Gading?" tanyaku harap-harap cemas. "Walaupun seharusnya kamu nggak perlu menyamakan dengan kejadian dulu, tapi itu sudah bagus! Yang penting ada bukti untuk menyelesaikan masalah perusahaan Pak Gading. Saya yakin Pak Gading nggak perlu meminjam dari saya lagi," jawab Pak Adit percaya diri. Lega hatiku mendengar perkataan Pak Adit. Ya siapa tau setelah Pak Gading bisa menyelesaikan masalah, uang itu bisa kembali padanya lagi. Dengan begitu tidak merepotkan Pak Adit. "Kita tunggu saja kabar dari Pak Gading b
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

Jatuh miskin

Berita penangkapan Terry dan geng segera viral dan masuk TV. Bahkan ada yang menyiarkan dari internet, mungkin diam-diam karyawan perusahaan Pak Gading merekam kejadian tersebut. Aku menyaksikan dari ponsel karena tidak ada televisi di rumah. Terry menutup wajahnya saat digelandang polisi. Saat Polisi memberikan keterangan di lapas pada wartawan, membeberkan kejahatan Terry dan komplotannya. Menurut Pak Gading, sidang akan berjalan Minggu depan. Beliau memintaku dan Pak Adit untuk hadir menyaksikan. Aku belum mengkonfirmasi soal ini pada Pak Adit, karena beliau pasti enggan untuk terseret dalam kasus itu. "Gimana, Pak Adit mau hadir dalam persidangan?" tanyaku saat berada dalam kantor. "Saya nggak mau, kamu aja yang datang. Minta temani Desi, jangan sendirian," perintah Pak Adit. "Baik, Pak! Saya akan mengabari Desi nanti," kataku lalu mencatat hal penting dalam buku. Tok, tok, tok Terdengar pintu diketuk, "Masuk!" seru Pak Adit. Sekretaris membuka pintu lalu memberi hormat. "
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

Kepulangan Mamanya Adit

Kasus Pak Gading akhirnya mereda dan lama-kelamaan tenggelam. Semua orang sudah dapat jatah ujian hidup masing-masing. Pak Gading akhirnya bisa mendapatkan kembali uangnya dan perusahaannya bisa berjalan lagi. Sedangkan perusahaan Pak Haris yang jatuh ke tangan Pak Adit pun sudah berjalan. Pak Adit menunjuk dan mengangkat staf dari pusat untuk mengurusnya. Lalu bagaimana dengan diriku? Masih tetap sebagai asisten Pak Adit sambil terus belajar. Pak Adit sering mengajak bertemu klien hingga beberapa bos sudah mengenal diriku. Pekerjaanku pun semakin stabil di kantor. Hingga suatu hari, kejadian yang tak disangka aku alami. Pagi itu seperti biasa aku datang ke rumah Pak Adit, lalu saat mengetuk pintu muncul sosok wanita modis. Menatapku kaget karena langit masih gelap sudah bertamu. "Kamu siapa?" tanyanya heran. "Saya asisten Pak Adit, Bu! Saya kerja di sini," jawabku sopan. "Asisten? Maksud kamu pembantu gitu? Kenapa Adit nggak ada cerita," katanya belum percaya. "Kalo gitu apa sa
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

Rahasia Tante Fitri

Tiba di kantor, Pak Adit yang baru masuk disuguhi laporan dari sekretaris. Dewi memberikan beberapa map, kemudian keluar. Aku yang sedang mengganti baju kantor di ruangan pribadi Pak Adit pun keluar. "Ada pekerjaan apa hari ini, Pak?" tanyaku lalu duduk berhadapan. Pak Adit yang masih serius memeriksa dokumen, belum menjawab. Aku menunggu sambil menyiapkan buku dan pulpen untuk mencatat hal penting. Pak Adit terlihat mengerutkan keningnya. "Ada apa, Pak?" tanyaku heran. "Ada perusahaan asing yang ingin bekerjasama." "Wah, bagus itu Pak!" pekikku senang. "Tapi, skalanya terlalu besar. Saya belum berani memutuskan," jawab Pak Adit. "Memangnya mengenai apa?" tanyaku ingin tau. "Perusahaan asing itu ingin kerjasama dengan kita membangun sebuah pusat perbelanjaan. Selain modal yang besar, kita juga membutuhkan ijin pemerintah setempat untuk meminta surat izin mendirikan bangunan," jelas Pak Adit. "Apa sulit untuk dapat surat IMB itu, Pak?" "Tentu saja banyak kendalanya, salah sat
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

Fitnah Marissa

"Lihat dulu Om, sebentar lagi Om akan terkejut!" Benar saja saat rekaman itu menampakkan lelaki preman itu, Om Seno nyaris shock apalagi saat Tante Fitri memberikan amplop pada lelaki itu. "Kurang ajar kamu Fitri, jadi ini kelakuanmu. Lihat aja apa yang akan aku perbuat padamu!" gumam Om Seno marah sampai menggeletukkan giginya. Terlihat amarah di wajah Om Seno, hingga keluar segala makian dari mulutnya. Baru sekali ini aku melihat Om Seno begitu murka yang biasanya bersikap lembut. Ini sama aja dengan membangunkan singa yang tertidur. "Ayu, bisa kirimkan video ini ke ponsel Om?" "Bisa, Om bentar! Sekalian sama foto rumah lelaki itu," jawabku membuka aplikasi hijau. "Kamu tau rumahnya?" tanya Om tak percaya. "Ya, tadi setelah merekam Ayu membuntuti lelaki itu hingga ke rumahnya. Dan ini alamatnya," kataku menyerahkan secarik kertas yang kutulis tadi. Om Seno mengangguk, aku tidak tau apa yang akan dilakukannya. Aku tidak bisa membantu banyak, mungkin ini sedikit bisa memecahka
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

Pergi dari sisi Adit

Proyek kerjasama dengan perusahaan asing menggantung. Baik Pak Adit maupun Om Seno belum ada yang mengambil keputusan. Aku juga tak ingin ikut campur masalah proyek karena bukan ranah untuk kusentuh. Sudah beberapa hari belum mendengar kabar dari Om Seno. Apakah terjadi sesuatu? Ingin datang menjenguknya tapi Om Seno melarang katanya nanti dijemput kalo mau datang. Aku juga cerita pada Ibu masalah Om Seno, Ibu tidak berhenti istighfar. Sepertinya beliau sangat mengkhawatirkan kehidupan adik kandungnya itu. Bagaimanapun sesama saudara pasti ikut merasa prihatin. Kebetulan hari ini libur kerja, bertepatan hari Minggu. Aku luangkan waktu belanja ke pasar. Awalnya Ibu yang ingin belanja tapi aku cegah, biar Ibu di rumah saja memasak. Pulang dari pasar, setiba di depan rumah sudah terparkir sebuah mobil mewah. Aku mengerutkan dahi, siapa yang datang. Gegas aku masuk ke dalam rumah. "Assalamualaikum!" salamku. "Wa'alaikumussalam, nah itu dia Ayu sudah pulang," ucap Ibu sambil menyambu
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

Menjadi direktur keuangan

Beberapa hari setelah aku share lokasi rumah pada Om Seno, dia menepati janji datang. Seperti dulu Om Seno tetap datang sendiri, karena kami sudah paham watak anak istrinya. "Assalamualaikum!" ucapan salam di luar. "Wa'alaikumussalam, masuk Seno!" jawab Ibu menyambut. Ibu mengajak adik kandungnya ke dalam, Om Seno masuk dengan menjinjing barang lalu duduk di kursi. Kali ini rumah yang kami sewakan ada perabot juga, lengkap dengan kursi di ruang tamu. Om Seno memperhatikan keadaan rumah dengan menatap kesana kemari. "Mbak, kenapa kalian pindah kesini? Apa nggak nyaman rumah yang kemarin?" tanyanya setelah puas memandangi. Aku keluar membawa nampan berisi minum dan cemilan. "Minum Om!" tawarku meletakkan suguhan di meja. Om Seno mengangguk dan minum. "Bukan nggak nyaman tapi Ayu yang minta pindah!" jawab Ibu. Om Seno beralih padaku seraya menyipitkan matanya. "Memang kenapa, Yu?" Aku menghela napas, kemudian perlahan menceritakan hal tentang kedatangan orang tua Pak Adit yang me
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status