Home / Romansa / OUCH IT'S YOU / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of OUCH IT'S YOU: Chapter 11 - Chapter 20

40 Chapters

[ 11 ]

“Tahu gini aku nggak dateng tadi,” bisikku ke Mbak Nana yang sedang riweuh dengan pom-pom yang dia buat dari kantor itu.“Hah? Kenapa emangnya?”“Nggak. Brisik banget!”“Ah lu-nya aja yang norak. Eh lucu kali ya kalo kita joget sambil lompat-lompat mini di depan tuh. Kayak anak puber lagi cheerleader, Nat. Tu wa ga pat, tu wa ga pat,” ucapnya percaya diri sambil mengayun-ayunkan kedua pom-pomnya naik turun, kaya mau nahan angkot.“Nggak-nggak-nggak-nggak. Gila lu Mbak,” ucapku memalingkan muka dari Mbak Nana, yang justru kemudian kusesali, karena mataku dan mata pria itu bertemu lagi. Kulihat keringatnya sedang diseka oleh tunangannya.“NAT! NATA!”“Hah? Apa?”“You oke?” Mas Rumi yang menghampiri kami di pinggir lapangan, dan langsung menyadari kemana arah mataku. “Heeeey..” Sapanya sekali lagi sambil mengelus kepala sambil merangkulku. Menarikku dari pemandangan yang nggak bagus. Untuk mata, maupun hatiku. Sekali lagi, bukan cemburu. Emosiku masih menggebu-gebu melihat tampang Gugi ya
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

[ 12 ]

PLAKKKK!Kudengar beberapa suara di sekeliling kami ikut hening seketika, mengiringi suara tamparanku pada pipi Gugi, yang kuyakin kali ini sangat keras. Aku nggak tahu berapa orang yang mendengar dan ikut mematung bersama kami bertiga. Aku terlalu fokus pada kebencianku sekarang.Dan kurasa Gugi bisa ngelihat itu semua dari mataku. Kami saling menatap beberapa detik pasca tamparan keras yang tiba-tiba itu. Sedang aku juga bisa lihat penyesalan di matanya. Yang jika sedang nggak emosi, mungkin bakal buat aku bahagia walau cuma ditatap langsung aja sama dia.“Beraninya ngatain perempuan. Laki-laki pecundang kamu Gi!” tuturku penuh tekanan, dan sangat jelas. Setelah memastikan Gugi mendengarnya, aku berbalik dan berlari ke arah parkiran. Tangisku hampir kembali pecah. Sekali lagi. Karena Gugi. Karena pria yang pernah begitu kuingini.“Nat, tunggu. Ada apa? Kalian kenapa?” Derry menahanku. Aku bahkan lupa soal orang ini saking emosinya.“Ada apaan Der? Nat? Kenapa?” Mas Rumi yang terlihat
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

[ 13 ]

Angin malam yang berhasil lolos melalui pintu balkon yang kubiarkan terbuka lebar ternyata cukup kurang ajar dalam menciptakan suasana super kikuk antara aku dan Gugi.Berdua, aku dan dia duduk di depan tv. Tidak di sofa. Di lantai beralaskan karpet yang belum pernah kucuci sejak kubeli setahun yang lalu. Kami duduk berhadapan. Dia bersila, aku juga.Setelah memastikan air es yang kugunakan untuk merendam handuk di mangkok sudah meresap, aku mengangkat dan memerasnya sedikit, kemudian menatap Gugi yang juga tengah menatapku.Kutempelkan handuk itu pada luka samping bibirnya. Dia belum berteriak sampai aku mulai menekan dan sedikit menggesekan handuk di sana. Biar darah yang sudah mengering itu bisa terangkat. Sekalian bersama beberapa buliran pasir halus yang terjebak di sana."Aw! Nat pelan dong Nat. Sakit," Ucapnya terpotong-potong. Menahan tanganku agar tidak bergerak dengan kasar."Oh.""OH?""Mau dibersihin nggak ini?" Dia mengangguk."Tapi pelan-pelan Nat," mohonnya.Aku melihat
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

[ 14 ]

Matahari pagi masuk dari celah tirai jendela yang lupa ditutup semalem. Nggak hanya menghangatkan wajahku, tapi juga berusaha menembus kelopak mataku.Aku yang masih belum sadar penuh pun, meregangkan semua urat-urat juga tulang-belulang di tubuh seperti biasa, hingga tanganku menyentuh seseorang di sebelah kiri. Demi apapun aku kaget. Sedang yang kusentuh, yang ternyata sudah terbangun lebih dulu itu, menatapku dengan kepala yang bertumpuh pada lengan kanannya.Aku membeku. Kutahan posisi itu barang sekian detik. Dengan berkedip-kedip beberapa kali, aku berusaha melihat wajah orang itu dengan jelas. Memastikan.Dia,Maksudku Gugi. Dia menopang kepala dengan lengan kanan yang membuat posisinya jadi lebih tinggi dari kepalaku. Pria itu maju mendekat dan mengecup keningku berulang kali, lalu pucuk hidungku, sebelum akhirnya satu kecup lembut mendarat di bibirku.Guuuuys, when I said lembut, it really is. Kelembutan bibirnya mengingatkanku pada Hokkaido milk bread hangat di satu toko rot
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more

[ 15 ]

Nggak mau terlalu mikirin Gugi, aku langsung menyanggupi undangan salah satu sahabatku di salah satu Night Club. Vipa namanya. Mumpung hari ini aku nggak perlu ngantor.Musik yang dar dar dar itu membuat jantungku seperti sedang bermasalah, membuatku nyaris nggak tahan, dan ingin keluar secepatnya.“VI GUE BALIK DULUAN YA! BISA BUDEG GUE DI SINI!” Teriakku ketika sukses menarik kuping Vipa mendekat. Terlihat yang punya kuping menatapku kesal.“OH NGGAK BISA TA! INI ULTAH GUE. PALING NGGAK LU HARUS TEMENIN GUE AMPE ACARA INI KELAR! JUS JERUK LU GUE REFIL DEH”Aku memelototi cewek disampingku dengan tatapan nggak percaya.“NGGAK USAH! BISA OVERDOSE VITAMIN C GUE!” Kesalku.Sedang Vipa hanya tertawa mengecup pipiku kemudian lanjut larut dalam lagu EDM yang jelas kubenci itu. Dia bahkan mengiyakan saat beberapa tamu menariknya ke dance floor.Vipa is Vipa. Kalau dia bilang aku harus nemenin dia ampe acaranya abis, ya berarti harus.Aku nggak mau dia ngerengek minta dibeliin barang highend
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

[ 16 ]

Aku duduk manis di mobil Gugi. Nggak mau repot-repot menatapnya di samping. Tadi kami sempat berdebat di parkiran.Menurutnya yang sok pintar itu, aku harus pulang bersamanya, dan menitipkan kunci mobilku pada satpam disitu untuk nanti diambil oleh temannya. Kuiyakan setelah depat panjang yang nggak bakal berakhir kalau aku nggak nurut. Aku menyandarkan kepalaku pada kacanya yang berembun, sedang pandanganku lurus ke depan. Memerhatikan jalanan dini hari ibu kota yang nggak seramai jam-jam sebelumnya. Malam ini hujan mengguyur cukup deras. Mataku sesekali mengikuti arah wiper yang Gugi aktifkan. Sampai akhirnya mobil itu berbelok memasuki kawasan apartemen tempatku tinggal. Gugi memarkirkan mobilnya di basement, tapi nggak mematikan mesinnya. Dengan lemas, aku membuka seatbelt yang kukenakan. Kemudian diikuti olehnya. Baru aku mau membuka pintu mobil, tangannya terjulur menghentikanku. "Nat.." "Udah malem Gi. Aku capek banget." "Aku tahu, tapi please jangan gitu lagi." Aku berba
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

[ 17 ]

Yang kusyukuri adalah, Gugi nggak ngotot malem ini menyusulku naik ke unit. Mungkin dia tahu betul, keadaannya sedang nggak kondusif dan aku bener-bener kehabisan tenaga buat lanjut ngehadepin dia malam ini.Sesampainya di lantai yang kutuju, mataku menangkap sesuatu di depan pintu. Itu bukan Gugi lagikan? Dan memang bukan. Itu bouquet bunga dengan kertas coklat lusuh yang membungkusnya.Dahiku mengernyit membuat dua alisku yang lupa kupertebal tadi pagi hampir bertemu di tengah. Aku mengangkatnya dan membuka pintu. Langkahku kuseret hingga sofa. Kuperhatikan bunga di tanganku dengan seksama. Ini kali pertama aku ngelihat bunga jenis ini.Oh ada catatan kecil tergulung dan diselip agak dalam.Aku tahu kamu punya banyak pertanyaan, tapi aku janji bakal jawab semuanya. Nanti, saat semua keterlanjuran ini beres aku tanganin.Ini Hyacinth, Nata.Yang ungu melambangkan kesedihan dan penyesalah. Maafin aku udah nyakitin kamu dengan cara yang paling kamu benci. Nyakitin kamu rasanya nyakitin
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

[ 18 ]

Aku nggak pernah secanggung ini makan bareng orang tua sendiri. Nggak pernah, sampai hari ini. Sampai Gugi di sini. Dia duduk tepat di hadapanku, di samping Papah. Dengan kemeja biru tua yang lengannya digulung di kedua sisi hingga beberapa senti di bawah sikunya. Hari ini rambutnya rapi nggak kaya biasanya. Di sepanjang garis rahangnya terlihat bulu-bulu halus yang mulai tumbuh. Kumisnya pun begitu. Kenapa dia di sini? Tepat saat kedua orang tuaku sedang berkunjung?Bukankah seharusnya dia berada dimanapun selain di sini? “Jeee, kamu kok nggak bilang sih kalau janjian sama temennya? Tahu gitu Mamah masak lebih banyak tadi." Aku menatap wanita di sampingku yang tengah tersenyum-senyum menatap Gugi itu. Aku tahu betul apa yang ada di pikirannya.“Oh saya memang nggak janjian sama Nata, Tante. Tadi kebetulan emang lewat daerah sini.” Gugi menjelaskan dengan senyuman yang tertarik dari ujung kuping kanan ke kirinya. “Kebetulan katanya Pah, hahaha. Lucu ya temen Jeje,” kini Mamahku m
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

[ 19 ]

Ben disana. Duduk di salah satu bangku nggak jauh dari pintu masuk kafetaria. Entah ngapain."Nat, cowok yang waktu itu Nat." Ucap Dita yang terlihat sama kagetnya denganku. Apalagi ketika melihat orang yang tengah dia bicarakan berjalan ke arah kami. "Nat gue cabut ya. Gue makan di meja lain deh." Lanjutnya. Melarikan diri. Karena fokus menatap Ben, aku bener-bener kalah cepat dengan kesigapan dan kesatsetan Dita yang amat setia kawan itu. Cepet banget dia kabur. "Jenata.." Panggilnya. Mendengar suaranya, aku reflek menggeleng. "Nggak sekarang Ben. Ini tempat aku kerja. Aku nggak mau ngobrol sama kamu di sini." Ucapku menolak mentah-mentah kehadiran pria itu. "Kamu mau kita ngobrol di kantor aku aja?" "Kayaknya kamu ada gila-gilanya deh Ben. Udah pernah periksa? Ke Dokter Jiwa?" Nggak ngehirauin omonganku yang jelas-jelas menghinanya, dia menarikku ke salah satu meja di sisi jendela. Meja itu selalu kuhindari, anyway. Dijam-jam seperti ini, mataharinya bisa nembus tabir suryamu
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

[ 20 ]

Kuputuskan untuk cepat-cepat kembali ke ruang kerjaku. Tempat dimana kurasa Ben nggak punya akses, dan aku bisa menghindar. Tapi, sesampainya di sini, aku malah disamperin oleh dua orang yang sedari tadi sudah nahan rasa penasarannya. Tahu banget aku.Mataku bertemu dengan mata Mas Rumi. Lalu mata Mbak Nana. Aku benar-benar ngerasa seperti produk yang baru mau launching. Disorotin habis-habisan. Nyari salahnya dimana.Mencoba untuk pura-pura nggak sadar lagi diperhatiin, aku pelan-pelan menarik headset-ku. Mencoloknya ke hp, sebelum memakainya.“Dia lagi pura-pura nggak ngelihat kita ya?” Kudengar Mbak Nana bertanya pada Rumi tanpa sedikitpun melepaskan tatapannya padaku.“Uhum. Dia bakal pura-pura nyalain lagu, padahal volumenya dikecilin biar bisa nguping obrolan kita.” Jawab Rumi sepedes biasanya. Aku masih ngotot dalam misiku.“Lu kenal nggak cowok yang nyamperin dia tadi Ru?”“Itu sodaraan sama temen gue. Tapi setau gue dia udah tunangan.”“Sumpah lu?”“Sumpah, sumpah. Dia sendiri
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status