Semua Bab Pusaka Legendaris Sang Guru Besar: Bab 11 - Bab 20

33 Bab

11. Desa Terdekat

Sudah hampir malam Nalini berjalan menyusuri jalan setapak setelah keluar dari hutan terlarang. Sepanjang jalan Nalini juga mengumpulkan berbagai tanaman obat yang dia temui.Sadar dirinya tidak memiliki uang sepeser pun dan satu-satunya kemampuan yang Nalini punya harus dia gunakan dengan maksimal.Niat Nalini mengumpulkan tanaman obat agar bisa dijual di desa terdekat agar bisa mendapatkan uang.Setelah langit benar-benar gelap. Nalini baru bisa melihat cahaya diujung jalan sana. Menandakan kalau dia sudah dekat dengan pemukiman warga.Alih-alih langsung memasuki desa. Nalini memilih pohon yang nyaman untuk dia jadikan tempat tidur. Dengan jurus ilmu meringankan tubuh, Nalini tidak kesulitan untuk memanjat keatas pohon. Cabang yang dirasa kuat menopang tubuh, akhirnya menjadi tempat Nalini tidur malam ini. Dengan posisi duduk berselonjor kaki diatas cabang pohon dan badan yang bersandar pada batang pohon.Nalini menyamankan diri untuk mulai tidur.Hal tersebut dilakukan, agar
Baca selengkapnya

12. Rintangan Pertama

Janu terduduk lemas saat membaca surat yang ditulis Nalini. Padahal dia baru sekejap memejamkan mata. Nalini sudah pergi meninggalkannya. "Katanya beberapa bulan lagi. Kenapa malah secepat ini." Kesal, Janu pun meremas dan menghempaskan surat tersebut. Sekarang Janu kembali ke rutinitas sendirinya. Seperti biasa, dia mulai mempersiapkan diri untuk latihan. Tapi diurungkannya. "Lebih baik aku berburu saja." Pikirnya itu bagus untuk mengatasi rasa marahnya. Bukannya mendapat hasil, Janu malah mengacaukan semuanya. Suara langkah yang berisik hingga membuat keberadaanya diketahui oleh para hewan.Anak panah yang terus meleset, serta jerat yang tidak ada hasil membuat Janu tambah kesal. "Argh! Kenapa enggak ada yang berjalan lancar." Janu jadi memutuskan kembali ke rumah. Memilih duduk sambil memandang hamparan rumput di depan sana.Berharap Nalini pergi hanyalah sebuah mimpi dan dia akan datang sambil membawa buruan dari arah hutan. Ditunggu sampai siang pun. Janu yang malah t
Baca selengkapnya

13. Melewatkanmu

Untunglah kereta kuda dan beberapa kuda termasuk milik si tiga laki-laki brandal tadi, tidak kabur.Mereka yang terluka parah diberangkatkan dengan menggunakan kereta kuda.Menuju desa yang paling terdekat dari hutan ini.Sementara sisanya, Janu membuatkan gerobak dari kayu yang mengorbankan beberapa pohon untuk di tebang.Kemudian gerobak yang sudah jadi, Juna ikatkan pada kuda yang tersisa. Untuk orang yang masih bisa berjalan, mereka akan menyusul dibelakang. Karena jumlah kuda yang tidak kuat menarik semua orang. Harus ada yang sedikit berkorban. Mereka jadi berjalan bersama Janu.“Terima kasih ya Nak, jika tidak ada dirimu mungkin kami sudah mati di tengah-tengah hutan.”“Agar jadi karma baik. Kakek selalu mengajariku untuk berbuat kebaikan dimana dan kapan pun aku berada.”“Kalau boleh tahu, asalmu dari negara mana?”Janu terdiam, tidak mungkin dia bilang bahwa dia berasal dari hutan dibelakang sana. “Saya, hanya seorang pengelana biasa yang singgah dari satu tempat ke tempa
Baca selengkapnya

14. Untung Rugi

Janu kembali dengan tanaman obat di tangannya.Tapi yang dilihatnya, beberapa orang sedang menghaluskan bahkan sudah ada yang menggunakan tanaman obat pada lukanya.“Tanaman obat yang sama, jangan-jangan…”Janu berlari menghampiri salah satu yang sedang menghaluskan tanaman obat.“Dari mana kalian mendapatkan tanaman ini?” “Wah, kebetulan kami kekurangan obat." Raut wajah sumringah orang itu langsung turun saat melihat ekspresi Janu yang mengeras. “Seorang perempuan yang turun dari pohon mem—“ Dia seperti harus memberikan penjelasan tambahan pada Janu.“Lalu dimana perempuan itu sekarang?” Janu menggenggam bahu orang tersebut dengan kuat. “Dia sudah kembali keatas pepohonan, lalu pergi kearah sana.” Janu melihat arah yang ditunjukan oleh orang tersebut, sejalan dengan arah menuju desa.“Mungkin dia warga desa dekat sini. Tuan sudah disana, pasti itu tukang obat yang diutus Tuan untuk membantu kami.”Janu kembali lemas, ada benar juga ucapan orang dihadapannya. Bisa jadi itu bu
Baca selengkapnya

15. Jalan Berbeda

Janu dan rombongan pedagang yang terluka tiba di desa ketika matahari sudah berada di puncak. "Saya utusan dari kepala desa untuk menjemput kalian." Seorang laki-laki menghampiri Janu saat melewati perbatasan desa.Tentu saja Janu melihat kearah rombongan. Untuk memastikan itu. "Karena kami sering berkunjung, jadilah Tuan dan kepala desa mulai menjalin pertemanan."Setiap kesini, kami pasti dijamu dengan layak di rumah kepala desa."Janu mengangguk mengerti, mereka pun menuju rumah kepala desa. Namun begitu, tatapan mata Janu terus saja menengok kesana kemari. Melihat hiruk pikuk kehidupan di desa. Ada rasa kagum melihat banyak manusia yang berinteraksi satu sama lain. Janu juga mengamati para pedagang yang bercengkrama di sisi jalan. Diantara mereka, Janu tidak menemukan sosok Nalini. "Syukurlah... kalian sampai disini. Aku sudah sangat khawatir." Nona muda itu langsung melompat kearah Janu kemudian mengecek satu persatu anggotanya. Janu yang terkejut bahkan hampir terjungk
Baca selengkapnya

16. Identitas Palsu

Nalini diberikan pakaian yang layak, berbahan sutra halus. Agak sedikit berlebihan untuk Nalini yang terbilang masih pemula dan anggota baru."Pakaian sangat penting untuk menggambarkan citra diri kita."Aku tidak mau orang menilai bahwa aku mengabaikan rombongan dagangku."Jahan pun meninggalkan Nalini dan Nalini kembali masuk ke dalam kamar yang berisikan anggota lainnya. Awalnya memang risih bagi Nalini ketika tahu dirinya akan sekamar dengan banyak laki-laki. Sudah kepalang dia menyamar jadi laki-laki apa mau dikata. "Tuan Muda Jahan memang sebaik itu. Pasti kamu yang tidak terbiasa memiliki pemikiran jelek tentang beliau."Jahan mengisi anggota daganganya dengan bermacam-macam orang dan juga keahlian yang mereka miliki. Salah satunya yang sekarang sedang mengajak ngobrol Nalini. Dia tukang pandai besi, sehingga ketika Jahan membeli senjata, peralatan dapur dan sebagainya yang berhubungan dengan besi. Orang ini yang akan dimintai pendapat saat pemilihan barang dan bahan.Se
Baca selengkapnya

17. Sebuah Pekerjaan

Seperti biasanya Janu sudah bangun sebelum matahari terbit. Hutan yang digunakan untuk latihan kali ini yang paling dekat dengan desa. Janu belum terbiasa melatih ilmu bela ditempat terbuka dan dilihat oleh banyak orang. Selesai berlatih, niat Janu adalah mengisi perut yang kosong. “Ah, kenapa disini susah sekali mencari makanan.” Keluh Janu setelah berjalan cukup lama mengitari hutan sekitar.Tidak kunjung menemukan makanan, Janu Kembali ke desa masih dalam keadaan lapar. Keadaan desa sudah sangat ramai dengan aktivitas warganya di pagi hari. Melewati berbagai pedangan, Janu mulai tergiur dengan makanan yang di sajikan.“Silahkan, rotinya tuan…” “Kalau begitu aku mau dua.”Dengan senang hati pedagang itu membungkus pesanan Janu. Setelah mendapatkan roti, Janu membungkuk sambil mengucapkan terima kasih.Tapi begitu kakinya hendak pergi meninggalkan lapak dagang tukang roti. Tukang roti itu menahan tangan Janu.“Mana uangnya?”Janu jadi bingung, bukannya orang tersebut yang me
Baca selengkapnya

18. Arena Pertarungan

Nalini sangat waspada melihat ke segala arah. Bahkan dia selalu memalingkan wajah ketika bertemu dengan para pendekar yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Jahan tentu saja memperhatikan gerak gerik Nalini. Bahkan setelah Nalini tidak bisa menjawab pertanyaan Jahan tentang hubungannya dengan keluarga Danadyaksa.Memang tidak diperpanjang lagi saat itu, namun Jahan semakin yakin ada yang disembunyikan oleh Nalini. Dengan cekatan, Jahan membeli sebuah kipas lipat, lalu dia memberikan kipas tersebut pada Nalini. “Sepertinya sinar matahari membuatmu kepanasan.” “Terima kasih.” Tanpa sungkan Nalini menerima kipas tersebut.Nalini tidak menyadari sama sekali bahwa Jahan membelikan itu dan berucap seperti tadi, merupakan alibi agar Nalini bisa menutupi wajah nya. Barulah gesture tubuh Nalini terlihat lebih santai. Kipas itu sangat membantu untuk menutupi setengah wajah Nalini. Melalui kenalannya Jahan mendapatkan tempat duduk yang bagus untuk menonton pertandingan para pendekar ha
Baca selengkapnya

19. Perjalanan Ke Kota

Setelah Janu menyanggupi pekerjaan yang ditawarkan padanya. Rombongan dagang saudagar itu akhirnya berangkat. Selisih dua hari sejak kepergian rombongan dagang Jahan. "Nona, kenapa anda ikut berjalan. Naiklah kembali kedalam kereta." Ucap salah satu anggota. "Ayah harus banyak istirahat, jadi aku membiarkannya berbaring di tempat dudukku." Saudagar itu hanya tersenyum mendengar ucapan putrinya. Tidak salah, tapi tidak benar seratus persen juga. Alasan lain yang membuat putri manja itu tiba-tiba berubah adalah Janu. Ayahnya paham betul sikap putrinya. Dia berubah setelah mengenal Janu. Berubah dalam artian baik. Makannya saudagar itu membiarkan saja putrinya untuk terus kasmaran pada Janu. Untuk masa depan mereka, bisa dipikirkan nanti. Disisi lain Janu masih takjub dengan semua yang ada diluar hutan terlarang. Janu tidak menyangka begitu banyak manusia yang memiliki kebudayaan, peradaban dan ilmu pengetahuan yang luas.Belum lagi lingkungan yang asing baginya dan berbagai ma
Baca selengkapnya

20. Keracunan

Nalini mulai merasakan efek mengkonsumsi tanaman beracun. Lupa bahwa setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda. Begitu juga yang terjadi pada dirinya. Belum pernah Nalini menangani Janu yang keracunan seperti ini. Badannya terasa panas tapi sesungguhnya Nalini merasa kedinginan. Lidahnya menjadi kelu dan kerongkongannya terasa terbakar. Untuk mengambil napas saja Nalini sudah kewalahan apalagi menggerakkan tubuh atau berteriak minta tolong. Tubuh Nalini melemas dan terkapar diatas tanah. Mulutnya mulai mengeluarkan buih. "Ah... apa ini akhir kematianku." Ucap Nalini dalam hati. Dia sedih karena tidak bisa bertemu untuk terakhir kalinya dan meminta maaf pada Janu. "Nanda!" Suara itu, Nalini sudah tidak kuat membuka kelopak matanya, dia pun hilang kesadaran. Jahan langsung berlari menghampiri Nalini. Pertama yang dia lakukan adalah mengguncang tubuh Nalini, mencoba membangunkannya. Malam sudah sangat larut. Jika dia berteriak dan meminta pertolongan. Jahan akan membangun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status