Ketukan di pintu kamar membuatku terbangun dari tidur. Aku menggeliat, melepas pelukan pada Dewangga yang juga ikut terbangun karena ketukan itu. Selama ini tidak ada yang berani membangunkan kami tanpa diberi pesan sama sekali.Terdengar decakan keluar dari mulut Dewangga, ia pasti kesal karena harus terbangun dari tidur yang lelap.“Ini sudah jam lima, kau harus menyiapkan semua keperluan suamimu.” Terdengar suara ibu mertua dari balik pintu kamar.Aku bangkit untuk duduk, menutup mulut dengan tangan saat menguap. Mencoba untuk mengumpulkan kesadaran karena baru bangun.Dewangga lekas turun dari ranjang, ia beranjak menuju pintu, lalu protes pada ibunya itu. Kami memang terbiasa bangun terlambat, sebab semuanya sudah tersedia. Bangun tidur langsung mandi, turun ke bawah untuk sarapan yang sudah terhidang, lalu bergegas pergi bekerja. Jadi, tidak ada yang harus dikejar hingga bangun di jam sepagi ini.“Ini masih terlalu pagi, Ma.” Dewangga berkomentar.“Mana si Nasya, suruh bantu bu
Last Updated : 2024-03-02 Read more