Semua Bab DOA KUBUR TAK SEMPURNA : Bab 11 - Bab 20
104 Bab
PAK KADES YANG CURIGA
“Bagaimana kalo amati CCTV, Pak?” tanya satpam memberi usul dengan hati gamang.Ia tak mau disalahkan atas kekacauan yang terjadi karena memang hal tersebut terjadi secara ajaib. Pria ini pun ingin tahu jawabannya lewat rekaman CCTV.Kedua pria ini masuk kamar lalu mengamati seisi ruangan yang tak kalah berantakan daripada bagian bawah. Tampak bercak darah terdapat di lantai, seprai dan dinding. Jejak sepatu berlumpur terlihat juga di lantai dan dinding dekat lemari pakaian.Tampaknya, ada pergumulan antara dua orang dalam kamar, ditelisik dari perabot kamar yang berantakan. Tak dipungkiri, ciut nyali Pak Kades saat melihat keadaan barusan. Pria berkaca mata ini segera menelepon petugas mobil jenazah.“Selamat siang, Pak,” ucap seseorang dari seberang telepon.“Udah kalian cari daftar nama jenazah?” tanya Pak Kades dengan perasaan was-was.“Hanya terdaftar atas nama Karimah dan tak ada nama Tasya Suherman,”jawab orang kepercayaan Pak Kades.Pria berkaca mata berpikir sejenak lalu beru
Baca selengkapnya
LUKA LAMA RAHASIA PAK KADES
“Gak biasanya, Tasya belanja online.”Saat pria berkaca mata mengamati layar, muncul satpam lama dengan menenteng sebuah ransel. Tentu saja, kedatangan pria ini membuat Pak Kades terkejut. Pria berkaca mata ini hapal betul dengan benda berwarna hijau lumut tersebut.“Dari mana itu?” tanya Pak Kades sembari menunjuk ke arah ransel yang dibawa sang satpam.“Ada di meja dapur, Pak,” jawab satpam sembari memberikan benda tersebut.Pak Kades segera membuka lalu melihat isinya. Betapa kaget pria tersebut saat mengetahui benda yang ada di dalam ransel.“Apa-apaan ini!” teriak pria berkaca mata ini sembari menaruh ransel di meja dekat monitor CCTV.Kedua satpam yang berada di dekatnya saling berpandangan melihat reaksi sang majikan. Mereka penasaran dengan isi ransel, tetapi tak mungkin mengambil benda tersebut.“Ada apa, Pak?” tanya sang satpam baru tanpa mengalihkan pandangan mata.“Kalian liat sendiri aja!” suruh Pak Kades seraya mengamati layar rekaman CCTV.Pria berkaca mata ini tak mend
Baca selengkapnya
JANGAN AMBIL NYAWA SEKARANG!
Pak Atmo meluapkan segala amarahnya di depan sebuah arca pemujaan dalam kamar temaram diterangi cahaya lilin. Malam ini, untuk kesekian kalinya, pria tua tersebut melakukan ritual untuk melanjutkan dendam yang telah mendarah daging.Ia akan memberi sedikit rasa ngeri kepada Pak Kades dengan perantara sang putri untuk membunuh orang-orang kepercayaan pria tamak tersebut satu persatu. Ia hanya ingin melihat ketakutan di wajah pria tersebut sebelum ajal menjemput."Sang Bethari, aku ingin kau beri waktu Nikita sedikit lagi. Semua darah dan daging korban akan kupersembahkan padamu, kecuali Diran Prawiro. Aku mohon," ucap Atmo Sukirman dengan air mata meleleh. Pria ini sudah tak peduli apa pun, meski nyawanya akan jadi budak secara abadi bagi sesembahannya."Aku inginkan kamu, Atmo! Sediakan bunga 7 rupa tiap malam Jumat Kliwon. Dan Nikita akan bebas selesaikan dendamnya." Terdengar suara melengking lalu tiba-tiba muncul sosok tinggi berwarna hijau berlendir. Bau amis dan busuk seketika me
Baca selengkapnya
PROSES DENDAM BERTAHAP
"Aneh gak, Pak?" tanya Pak Tikno mengejutkan Pak Atmo."A-apa, Pak?" Pak Atmo pun gelagapan dibuatnya."Ada yang janggal, Pak.""Janggal, apa itu?" tanya Pak Atmo sambil menetralkan rasa kaget."Apa gak janggal? Pak Kades yang tiba-tiba terbakar lalu pohon tumbang. Sekarang tubuh sopir yang kering, macam kesetrum.""Udah, gak usah dipikir. Kita fokus ke Pak Kades saja," ucap Pak Atmo untuk meredam rasa penasaran pria kurus tersebut.Mereka berdiri di tepi jalan, selepas ambulands berangkat. Akhirnya dua sahabat tersebut diajak warga yang lain untuk menyusul ke rumah sakit. Laju ambulands yang kencang tak bisa diimbangi oleh mobil yang dikemudikan oleh warga. Namun siapa sangka, ambulands terhenti tiba-tiba tepat 200 meter lagi ke arah gerbang rumah sakit."Lho, kok, berhenti?" tanya Pak Tikno seraya melihat dari kaca depan."Iya, Pak. Ada apa, ya?" Sang pengemudi pun langsung menyahut sambil mengurangi laju kendaraan.Pak Atmo geming sambil mengamati ambulands yang terparkir di sisi j
Baca selengkapnya
PERMAINAN UNTUK PAK KADES
"Oh, itu. Saya lagi mikirin Pak Kades. Kasian. Lukanya parah dan harus segera diobati. Sedang di mana sekarang?" Tampak raut sedih tergurat di wajah Pak Atmo. Pria ini, meski punya dendam, ia masih ada rasa empati. Apalagi beberapa kali, dirinya memanggil Nikita dalam hati, tetapi tak ada sahutan."Ya, Pak. Kami berdua pun merasakan hal yang sama,"sahut pria pengemudi sembari menatap gerbang desa mereka.~•••~•••~Beberapa puluh kilometer dari gerbang desa, ada dua orang pria yang sedang panik. "Lo yakin mau di sini?" tanya seorang pria berbadan kekar. Sementara rokok di tangannya mengepul mengeluarkan asap."Yakin, arus sungai lagi deras. Kita dorong aja mobilnya. Buat seolah-olah dia kecelakaan. Bentar!”Pria dengan badan sedikit tambun berjalan ke mobil yang terparkir tidak jauh dari situ. Tak lama, dia kembali dengan botol minuman keras yang masih tersisa separuh. Dia membuka tutup botol lalu menumpahkan cairan di dalamnya ke beberapa bagian tubuh dan pakaian pria dalam mobil.“P
Baca selengkapnya
TIGA GADIS CANTIK
Tiba-tiba Bu Kades siuman dan berteriak,”Saya mau lihat almarhum untuk terakhir kali.”Beberapa orang membantu Bu Kades berjalan menuju liang lahat. Saat peti akan diturunkan ke liang lahat, Bu Kades minta dirinya yang membuka tutup peti. Wanita ini mengamati saat tali pocong dibuka lalu wajah mayat dimiringkan menghadap kiblat.“Ini mayat wanita,”ucap Bu Kades yang meraba kain kafan bagian telinga. Dia merasakan ada anting di sana.Ucapan Bu Kades langsung mendapatkan reaksi dari para pengubur. Mereka meraba bagian telinga dan benar yang diucapkan oleh wanita tersebut. Akhirnya, mayat tidak terpaksa dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi ulang. Sementara Bu Kades sedikit tersenyum karena dirinya masih bisa berharap bahwa suaminya masih selamat.Kekeliruan soal jenazah membuat semua warga kaget, terutama dua orang yang merupakan pelaku penenggelaman.“Kok, bisa jadi cewek?”tanya pria kurus berbisik ke telinga si tambun.“Entahlah! Padahal mayat dalam mobil Avanza hitam itu Pak Kades. Ke
Baca selengkapnya
KERJA NYANYI DAN JOGED
"Asal kalian mau diajak kerja saja,” balas Jacky lalu tersenyum lebar. Kedua pria berjalan menuju mobil yang terparkir di depan kedai.Nikita buru-buru menyubit lengan dua sahabatnya.”Kalian gak usah terlalu genit. Entar dianggap gadis gak benar.”“Kamu tuh, jadi orang jangan terlalu polos ngapa? Namanya itu ramah dan gaul, Niki. Biar kita gampang dapat kerja,”sahut Tasya dengan nada tidak terima.~•••~•••~Sebulan setelah pertemuanTasya mendatangi kamar kos Nikita bersama Hani. Kedua gadis memakai pakaian sedikit terbuka dan berhias mencolok.“Kalian pada mau ke mana?”tanya Nikita terhadap dua temannya.“Aku sama Hani mulai kerja hari ini di tempat bos Bang Bon bon,”jawab Tasya dengan wajah ceria. “Hani ikutan kerja, gimana kamu?”“Enak gak tempatnya?”tanya Nikita terlihat ragu-ragu sambil memandang kedua temannya yang berdandan seksi.Gadis berambut sepinggang ini merasa risih dengan penampilan mereka. Padahal dalam lingkungan indekos dan dirinya khawatir para penghuni lain apalagi
Baca selengkapnya
PAK KADES KASIH KERJA
“Iya, tapi diajak minum. Setelah mabuk dimasukin kamar. Mereka telah dijual ke hidung belang atau dikerjain oleh dua pria yang ajak mereka kerja.”“Gimana caranya selamatkan mereka, Kak?”“Lapor polisi saja.”Sekarang Nikita telah siap akan mengajak kedua temannya untuk pergi ke kantor polisi. Namun, ternyata saat dirinya datang, kamar kedua temannya dalam keadaan kosong. Nikita bertanya ke sesama penghuni kos. Mereka bercerita bahwa Tasya dan Hani telah pergi bersama dua pria dengan mobil. Kunci kamar telah diserahkan kepada tuan rumah.“Mereka ada bilang ke mana, Kak?”tanya Nikita kepada seorang tetangga kamar kedua temannya. Kebetulan kamar Tasya dan Hani berdampingan.“Gak ada pamit sama kita. Mereka ngeloyor pergi habis kasih kunci. Tasya dan Hani macam orang mabuk. Jalan sempoyongan. Yang cowok dua itu pacar mereka?”tanya seorang wanita separuh baya yang masih sederet dengan kamar Tasya dan Hani. Biasa khas ibu-ibu yang serba ingin tahu.“Enggak tahu, Bu. Terima kasih. Saya ke k
Baca selengkapnya
ADA MATA-MATA
“Oh, ya, San. Emang kayak apa Om-om itu?”tanya Nikita yang tak urung penasaran juga.“Rambutnya agak botak, pake kaca mata dan bawa mobil hitam,” jelas Santi. “Tasya sempat panggil Pak Kades pada Om-om itu.”“Oh, itu, Pak Kades di kampung kami, San. Tasya dan Hani sudah pindah kerja ke toko Pak Kades.”“Ish, ish! Masa sama bos bisa semesra itu, Nik?”“Maksud kamu?”“Mereka berciuman di dalam mobil,”balas Santi dengan ekspresi seperti orang jijik.”Pakaian dia seronok. Macem cewek B.O di pinggir jalan. Aku jadi malu sendiri liatnya. Mana lagi, aku tadi sama Bu Silvia dan Mr. Abraham.”Nikita yang mendapat cerita dari Santi sangat kaget. Setahunya, Tasya tidak pernah berpakaian terbuka. Mana mungkin Tasya dalam beberapa jam bisa berubah luar. “Kamu salah orang itu.”“Beneran Tasya, Nik. Bu Silvia sampe melongo liat tampilan dia.” Santi selama ini selalu jujur. Apalagi, gadis ini telah dipercaya sebagai asisten bendahara divisi pemasaran. Tidak mungkin dirinya berbohong soal Tasya.“Astag
Baca selengkapnya
BU LODI SURUHAN PAK KADES
“Ada apa, San?”“Kita pergi makan di dekat alun-alun saja.”“Kita naik apaan?”“Kita naik taksi online. Aku tunggu dekat gerbang kos.”Hubungan telepon diputus lalu Santi berdiri menunggu sambil mengamati lalu lintas di jalan raya. Wanita tomboy ini melihat Bu Lodi sedang berjalan ke arah gerbang dan ia buru-buru bersembunyi di balik pohon. Tampak olehnya, Bu Lodi dihampiri sebuah mobil.Kaca diturunkan lalu muncul seraut wajah yang diketahuinya pernah bersama dengan Tasya. Pria ini yang dibilang oleh Nikita sebagai Pak Kades memberikan sebuah bungkusan ke Bu Lodi. Wanita ini menyodorkan sebuah sebuah amplop berwarna cokelat.“Tumben Bapak turun langsung?”tanya Bu Lodi sambil segera memasukkan bungkusan bercampur sayuran yang dibawanya.“Saya sengaja ingin pantau sendiri, merpati yang di foto Ibu,”balas pria berkaca mata seraya memandang lurus ke deretan kamar indekos.“Sebentar lagi juga keluar merpatinya, Pak. Ia barusan mandi, biasanya setelah itu cari makan.”“Oh, ya? Oke. Saya in
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status