Semua Bab Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya: Bab 161 - Bab 170

175 Bab

Bab 161 - Harus Dengan Cara Apa Lagi Aku Mencintaimu?

.... Lewat pukul sebelas malam saat Arley terjaga dari tidurnya yang tadi terpejam matanya secara sembarangan di sofa. Tepat saat ia membuka matanya, ia bisa melihat seorang wanita berdiri di dekat box bayi anak gadisnya dan menggendongnya, lengkap dengan tangannya yang membawa botol susu untuknya. Arley tak bisa membendung senyumnya saat tahu itu adalah Katie, ibunya. Benar, Katie bilang ia ingin menginap di sini untuk menjaga Prims dan si kembar karena sejak mereka lahir Katie sibuk dengan Tom dan kakinya yang tengah terkilir. “Mama,” panggil Arley membuat Katie yang tadinya menimang Rose menoleh pada anak lelakinya itu dengan cepat. “Kenapa bangun?” tanya Katie, kedua alisnya terangkat menerpa mata Arley yang masih setengah terbuka. “Rose bangun?” tanya Arley balik. “Iya.” “Sudah dari tadi?” “Sudah.Tapi jangan bangunkan istrimu, dia baru sebentar tidur stelah menyusi Rhys.” Arley mengangguk, tak bisa menahan senyumnya dan bangun mendekat pada Katie. Turut memandangi anak
Baca selengkapnya

Bab 162 - I Know, Baby

Karena ia hanya terfokus pada anak-anak dan hari perkiraan lahir mereka, Prims bahkan lupa bahwa bulan ini adalah bulan kelahirannya. Yang artinya, untuk hari ke depannya setelah tahun ini, dalam satu bulan akan ada dua perayaan ulang tahun. Ulang tahun si kembar, dan ulang tahunnya sendiri Entah bagaimana harus mengungkapkannya karena hatinya sangat bahagia. Desir darahnya memacu detak jantung lebih cepat, berdebar tanpa aturan saat ia melihat tulisan selamat ulang tahun dalam buket bunga mawar yang diletakkan di sofa ruang tamu dengan sangat manisnya. Arley bahkan bukan hanya memberi satu gelar saja. Melainkan beberapa, istriku yang cantik, manis— Akh! Ia tak bisa berkata-kata. Dan sekarang tahu sudah ia alasan mengapa Jayden dan Lucia memakaikan topi ulang tahun berbentuk kerucut di kepalanya. Ini bukan menyambut kepulangan mereka melainkan untuk merayakan ulang tahun Prims. Jodie yang tadi membawa mereka masuk datang dari arah berlawanan. Entah kapan wanita paruh baya
Baca selengkapnya

Bab 163 - Beside The Sweet Juliet

....Waktu berganti, hari menapaki jejak mentari untuk meninggalkan minggu demi minggu yang terhimpun.Dari minggu pertama yang sedikit chaos karena mereka harus menyesuaikan diri, sekarang mereka telah terbiasa.Ini telah menjadi rutinitas harian Arley sejak beberapa saat yang lalu.Memutuskan untuk sementara mengambil cuti, saat ia bangun pangi lebih dulu dan Prims masih terlelap, ia akan berolahaga sebentar.Tidak perlu ke gym dulu untuk sekarang.Ia bisa melakukan olahraaga ringan dengan push up atau angkat barbell yang sudah ia bawa masuk ke dalam kamarnya. Sengaja memang, untuk ia gunakan olahraga setiap pagi.Setelah itu ia akan melihat si kembar—yang seringnya sudah bangun tepat saat Arley selesai.Ia akan membawa mereka keluar dari box baby, melepas diapers, dan menghangatkan asip yang ia ambil dari lemari pendingin. Bergantian, ia akan melakukannya dengan telaten.Baiknya, anak-anaknya jarang menangis sehingga itu memberi waktu bagi Prims untuk bisa tidur lebih lama. Sebab A
Baca selengkapnya

Bab 164 - Another Mom And Dad

Sementara itu di tempat lain .... Jayden sedang berada di rumah bagian belakang, lebih tepatnya di dalam ruang gym. Rutinitas hariannya adalah menghabiskan beebrapa saat di dalam sini. Jika libur seperti hari ini, ia akan mengambil waktu yang lebih lama untuk sekadar membakar kalori. Ia tadinya sibuk lari di atas treadmill kemudian berhenti saat mendengar pintu kamar yang terbuka. Saat ia menoleh ke arah pintu, ia melihat Lucia yang datang dengan seulas senyum. Ada satu botol minuman di tangannya, yang jelas itu ia tujukan untuk Jayden. Kebetulannya juga, air minumnya memang sudah habis. Jayden berhenti berlari dari memelankan treadmill, lalu melepas airpods yang terpasang di telinganya sebeum berjalan untuk menghampiri Lucia. “Kamu membawakan itu untukku?” tanyanya yang kemudian dijawab oleh Lucia dengan sebuah anggukan. “Iya.” “Terima kasih, Sayangku.” “Kamu belum akan berhenti?” Jayden meneguk minuman dari dalam botol hingga hampir tandas sebelum mengatur napasnya dan mem
Baca selengkapnya

Bab 165 - Yes, You Can Touch Me

Prims melihatnya beranjak dari tempat ia duduk, bergegas naik melalui tangga dan tiba di hadapannya sehingga mereka kini berhadapan. “Sejak kapan kamu di sini?” tanya Arley, salah satu alisnya terangkat. “Sejak kamu meeting daring dengan Jay tadi,” jawab Prims. “Apa yang kamu lakukan di atas, Sayangku? Mengambil pakaian?” Prims menggeleng, tidak membenarkannya. “Aku ingin tidur di sini malam ini.” “Kamu ingin tidur di kamar atas?” ulang Arley memastikan. “Iya.” “Tiba-tiba saj—” “Denganmu.” Arley berdeham mendengar hal itu, meski sejenak barusan wajahnya berpaling untuk menyembunyikan kegugupan, ia kemudian kembali memandang Prims yang senyumnya tampak sangat manis. Ia bahkan sangat manis dengan gaun tidur panjang yang ia kenakan dan cardigan rajut yang tampak hangat dan juga lembut. “Sure,” jawab Arley. “Kita tidur di sini kalau begitu.” Arley meraih tangannya, membawanya berjalan untuk masuk ke dalam sana dan menutup pintunya. “Apa kamu ingin berdua saja karena si kembar
Baca selengkapnya

Bab 166 - From Bed To Bathroom

Entah harus berapa kali Prims menyebut nama Arley sepanjang malam ini. Ia tidak bisa menghitungnya, pun menggambarkan bagaimana nikmatnya saat diri mereka kembali bersua. Kulit yang bersentuhan, desah erotika yang lolos memenuhi kamar. Saat Arley mengecup bibirnya, atau bahkan memberi tanda di punggungnya lengkap dengan bisikan mesranya yang memenuhi rongga dadanya dengan baritonnya yang dalam, “Aku mencintaimu, Primrose.” *** .... Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Prims masih berbaring memandang langit-langit saat pagi yang biasanya sudah ia jalani dengan sangat lincah dan cepat tak seperti pagi ini. Ia sudah bangun sejak tadi, tetapi ingat si kembar tidak ada di rumah dan bersama dengan oma serta opanya membuatnya .... Apa? Tidur lagi? Tidak! Ia memang berniat tidur lagi tetapi Arley lebih dulu melihatnya sehingga yang mereka lakukan adalah membuka hari dengan berkeringat. Lututnya terasa lemas, lebih dari satu bulan tak melakukan aktivitas fisik sepertinya telah membua
Baca selengkapnya

Bab 167 - Milk—But This Is Not About Ordinary Milk

.... “Sayang-sayangnya Mama ....” Prims tidak bisa menahan diri saat melihat si kembar yang digendong oleh opa dan omanya sore ini. Prims sedang berada di halaman depan, melihat bunga bersama dengan Lucia yang datang ke rumahnya, memetiknya beberapa karena Lucia mengatakan ia suka dengan Sweet Juliet yang ada di halaman depan. Sementara Arley dan Jayden sedang bermain bulu tangkis sebelum mereka sama-sama melempar raket mereka saat melihat mobil milik Tom memasuki halaman rumah. Prims dan Lucia mendekat pada si kembar yang telah berpindah tangan pada Arleys serta Jayden. Prims rasa ... Jayden itu sangat suka dengan anak-anak. Dan belakangan ini ... ia tampak lebih gembira daripada hari biasanya. Sangat jauh dari bagaimana Prims melihatnya dulu saat mereka pertama kali bertemu. Alisnya yang tegas dan bibirnya yang lurus sebelas dua belas dengan Arley itu kini selalu tampak menunjukkan senyuman. Ia terlihat seperti sepasang adik dan kakak saat berdiri berdampingan dengan Arley.
Baca selengkapnya

Bab 168 - Love, Dazzling

“Aku benar, ‘kan?” desak Jayden masih tak ingin diam. Arley nyaris saja menjawabnya tetapi hal itu ia urungkan karena mereka mendengar dari belakang, suara Lucia yang bertanya, “Apa yang kalian bicarakan? Ayo masuk dan kita makan!” Mereka berhenti bertengkar dan memasuki rumah. Di ruang makan, Arley tidak menjumpai Prims yang tadi ia lihat sibuk bersama dengan Lucia. “Di mana Primrose, Lucia?” tanya Arley, mengedarkan pandangannya. Urung duduk karena Prims belum tampak. Sama halnya dengan Jayden dan Lucia yang juga urung menarik kursi mereka. “Nona Primrose sedang ke kamar sebentar, Pak Arley. Mau melihat si kembar katanya,” jawab Lucia yang lalu diiyakan oleh Arley. Baru selesai mereka bicarakan, Prims muncul dengan sedikit bergegas. “Kenapa?” tanya Arley begitu melihatnya. “Ah, aku pikir kalian sudah mulai dan aku terlambat makanya aku cepat-cepat ke sini,” jawabnya. “Belum, Sayang. Rhys dan Rose masih tidur?” Prims mengangguk membenarkannya. “Iya, Arley. Masih tidur.” “A
Baca selengkapnya

Bab 169 - Romantic Jealousy

.... Setelah Jayden dan Lucia pulang, Prims kembali ke dalam kamar terlebih dahulu. Tak sesuai yang ia duga bahwa si kembar akan terbangun, ternyata Rhys dan Rose malah terlelap. Sama-sama miring di dalam box bayi milik mereka dengan lucunya. Ia meninggalkan Arley selama setengah jam lamanya hingga tak sadar prianya itu telah berada di dalam kamar dan melihatnya dari dekat box bayi si kembar. Prims tidak menoleh padanya sama sekali. Matanya tertuju pada layar ponselnya yang menyala dengan senyum yang tak bisa ia tahan. Kedua pipinya memerah, sama seperti jika Prims sedang malu karena digoda oleh Arley dengan mengatakan ia cantik atau saat Arley menyebut jika ia mencintainya. Seperti itulah keadaan wajahnya sekarang itu. Dan tentu saja itu menimbulkan tanya. ‘Apa yang dia lihat sampai dia tersenyum seperti itu?’ gumamnya dalam hati lalu melangkah mendekat ke arah ranjang seraya mengancingkan atasan piyama tidur yang ia kenakan. Bahkan sampai Arley naik ke atas ran
Baca selengkapnya

Bab 170 - I Know, Daddy

Prims hampir saja menggoda Arley lebih banyak sebelum ia menyadari ia telah kehilangan keseimbangan sebab Arley merengkuh pinggangnya dan membuatnya jatuh dengan nyaman di bawahnya. "Aku tidak menginginkanmu?" ulang Arley dengan salah satu sudut bibirnya yang tertarik ke atas. Ibu jarinya yang besar mengusap lembut bibir Prims sebelum berbisik di depannnya dengan, "Mana mungkin, Nona?" Arley menunduk, memberi kecupan pada bibir Prims sebelum kedua tangan kecil istrinya itu menahannya agar ia tidak melakukan apapun. "Tapi aku tidak mau," ucap Prims, memalingkan sedikit wajahnya. Satu kalimat yang membuat Arley mengangkat kedua alisnya penuh dengan rasa heran. "Kamu tidak mau?" Prims mengangguk, mengarahkan tangannya ke depan, jemarinya menyusuri garis dagunya yang tegas dan disukai oleh Prims. "Aku tidak mau kalau kamu melakukannya dengan masih marah," lanjutnya. "Kenapa aku marah?" "Soal Jeno Lee, aku tahu kamu sangat kesal barusan. Mata Tuan Arley Miller ini mengatakannya le
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status