Semua Bab Jebakan Ranjang Nona Muda: Bab 1 - Bab 10

20 Bab

Jebakan Ranjang

"Aku tak mau dan tak akan pernah mau menikah!" seru gadis cantik yang langsung membalikkan wajahnya dengan angkuh.Seketika tangannya bergerak cepat mengambil tas dengan berlogo huruf H besar di sofa dan keluar dari ruangan tanpa pamit. Ditinggalkannya Bernardo De Quinn, pria 60 tahun yang sudah merawatnya sepenuh hati tanpa didampingi sang istri yang sudah lebih dulu pergi."Ikuti dia, jangan biarkan dia sendiri dan melakukan hal gila lagi!" perintah Bernardo pada pria berpakaian serba hitam yang mengangguk seketika.Tangan tuanya memegangi dada yang terasa sakit setiap kali berurusan dengan gadis nakalnya. Clara Quinn, putri semata wayang yang ia besarkan seorang diri nyatanya harus tumbuh menjadi anak pembangkang dan selalu menolak permintaan sang ayah. Kali ini, bukan yang pertama kalinya Bernardo harus menelan obat-obat dokter untuk mengurangi sakit jantung yang kambuh akibat ulah putri semata wayangnya.Sementara langkah kaki Clara menyusuri anak-anak tangga dengan cepat. Tubuh
Baca selengkapnya

Neraka di Depan Mata

"Siapa yang meneleponku pagi-pagi sekali?" teriak Clara seraya mengambil ponsel yang entah ada di mana.Tangannya bergerak mencari-cari ke seluruh arah, karena matanya masih berat untuk terbuka. Berdasar indera pendengar dan peraba yang bekerja sama, Clara akhirnya menemukan ponselnya dan mulai menekan tombol hijau tanda panggilan masuk."Halo!" sapanya ketus."Kau di mana? Keributan apa lagi yang sudah kau perbuat, hah?"Rentetan pertanyaan yang kali ini keluar dari mulut orang lain membuat Clara terjaga penuh. Tubuhnya beranjak dengan mata abu terbelalak tak percaya. Maniknya berkeliling, memandangi semua yang ada di dekatnya kini."Kau sungguh keterlaluan! Berita tentangmu muncul di seluruh media, Clara! Kau sudah gila, hah?" cecar pria di seberang yang terus menekannya untuk memikirkan hal yang ia saja tak tahu."Berita? Berita ap..." Gadis itu terhenyak melihat notifikasi yang masuk ke ponsel dan menunjukkan video dirinya dengan seorang pria tampan yang tengah berciuman di lorong
Baca selengkapnya

Dipaksa Menikah!

"Ada apa?" tanya Clara dengan mata bengkak sisa menangis semalam.Setelah mengantar sang ayah ke peristirahatan terakhir, ia terus mengurung diri di dalam kamar. Makanan yang datang ditolak, begitu juga tamu yang silih berganti ingin bertemu. Wartawan di depan rumah terus menanti kehadiran putri tunggal Bernardo De Quinn yang malam sebelumnya tertangkap basah tengah menjalin kasih dengan pengawal pribadi sang ayah, sebuah skandal yang menghebohkan jagad raya.Sesak di dada Clara masih terasa. Marah, sedih dan sesal bercampur menjadi satu, tanpa ada yang membelanya. Biasanya selalu ada ceramah panjang yang menghantuinya setelah berulah. Tapi kini semua sepi, tak akan ada lagi cecar penuh nasihat yang terlontar untuk kebaikan gadis itu. Semua tergantikan dengan rasa bersalah yang membuatnya tak bisa tidur dan makan dengan tenang. Seandainya ia tak pergi saat itu, atau seandainya saja ia setuju bertemu dengan pria pilihan sang ayah, pasti semua akan baik-baik saja.Masa sulit itu semakin
Baca selengkapnya

Rentetan Derita

"Minggu depan kalian akan menikah!" kata Leo menegaskan keputusannya sebagai kepala keluarga De Quinn untuk saat ini.Amy mengangguk setuju, sembari menyantap sarapannya pagi itu. Wanita dengan dandanan terang bak lampu neon itu nampak menikmati layanan yang ada di rumah besar sang kakak dengan angkuh. Gayanya bak pemilik rumah, bahkan melebihi Clara yang biasanya begitu manja dan pilih-pilih.Sementara David terus berdiri di sisi calon istrinya, masih bertugas sebagai pengawal pribadi. Sebelum sah menjadi suami-istri, keduanya sepakat untuk tetap bertindak sebagai atasan dan bawahan seperti biasa. "Selain itu, aku ingin mengatakan padamu tentang wasiat terakhir kakakku," katanya yang mampu membuat wajah Clara mendongak.Gadis yang telah kehilangan harap itu hanya mengacak makanannya tanpa selera. Ia sudah tahu bahwa pagi itu akan membicarakan terkait pernikahannya yang sudah di depan mata. Namun tak disangka bahwa sang paman akan mengatakan sebuah permintaan terakhir yang tak sempat
Baca selengkapnya

Takdir yang Mempertemukan

"Pengantin wanita dipersilakan untuk masuk!"Clara menarik napas dalam sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam gereja kecil yang berada di pinggir kota. Manik abunya mengambang penuh air mata begitu pintu terbuka dan menunjukkan isi di dalam ruangan yang tak diisi banyak orang. Hanya ada Leo dan Amy yang duduk di sisi kiri, sebagai perwakilan keluarganya. Sementara Tuang Charles, pengacara pribadi keluarga, mewakili keluarga dari David yang diketahui adalah seorang yatim piatu.Gadis itu hampir saja tersandung saat berjalan sendiri, tanpa sosok ayah yang mengantarkannya sampai ke altar. Hatinya remuk, tak pernah membayangkan pernikahan kecil yang diselenggarakan sembunyi-sembunyi agar tak ada wartawan yang meliput. Sementara di altar, telah berdiri pengantin pria tampan dengan jas berwana putih, persis seperti gaun yang kini dikenakan Clara. Setangkai mawar menghiasi kantong kirinya, membuat tubuh tegap itu semakin sedap dipandang. Senyumnya lebar, menyambut pengantin cantik dengan
Baca selengkapnya

Hilang Tanpa Sisa

"Saham milik ayahku dibekukan?"Clara mendengus kesal mendengar berita yang tak hanya mengejutkan, tapi mampu membuat tensinya naik drastis. Charles, pengacara pribadi keluarganya ternyata sudah hadir di kantor lebih dulu dari pada ia dan David. Nampaknya pria tua itu sengaja, untuk mengumpulkan data-data dan juga informasi penting agar nantinya bisa disampaikan pada sang ahli waris seharusnya."Tapi kau adalah pengacara ayahku, Tuan Charles! Harusnya kau bisa membantuku untuk mendapatkan hakku sebagai anaknya!" kata Clara berusaha menekan.Pria tambun berkacamata itu menggeleng pelan. Ia baru saja mendapatkan informasi bahwa Leo dan Amy telah menunjuk pengacara baru yang tentu saja membantu mereka untuk melawan Charles. Ditambah lagi munculnya petisi dari para pemegang saham lain yang tak mau gadis 25 tahun itu menggantikan posisi sang ayah."Aku akan coba melobi beberapa pemegang saham lain agar mau memberikmu kesempatan. Tapi aku butuh waktu, karena...""Aku tak butuh alasan apapun
Baca selengkapnya

Tak Ingin Jatuh Cinta

"Urgh!" seru Clara kesal.Sudah satu jam lamanya ia membolak-balikkan badan, tapi matanya tak jua terpejam. Entah apa yang mengganggu pikirannya. Tapi yang jelas, ia terus melirik pria yang sejak tadi terlelap di sofa empuk dekat ranjangnya.Tangannya menyentuh dada yang kembang kempis tak karuan. Jantungnya terus berdegup kencang, terutama saat melihat wajah David yang tengah mengarungi lautan mimpi. Dengan rambut klimis, jambang tipis dan deru napas yang membuat wajahnya semakin manis."Astaga!" serunya sembari menutup pipi tomatnya dengan selimut.Ini bukan pertama kalinya ia memandangi wajah pengawal yang kini sudah sah menjadi suaminya. Tapi rasanya baru kali ini Clara merasa pria itu menarik. Garis wajah yang keras dan dingin hanya hiasan, karena nyatanya begitu lunak hatinya ketika berhadapan dengan wanita."Apa yang kau lakukan?""Hah? Apa?" tanya Clara yang terkejut begitu mendengar suara bariton David. Gadis itu beranjak dan melihat pria itu sudah dalam posisi duduk. "Kau ta
Baca selengkapnya

Menantang Dunia Baru

"Wow, kau datang juga!" Leo masuk ke dalam ruang kerja mendiang kakaknya dengan wajah sumringah. Ia memandangi keponakannya bersama sang pengawal pribadi yang baru saja mengikat janji. Keduanya nampak semakin kompak saja, dimulai dari pakaian yang serasi, hingga sikap yang begitu mirip.Clara tengah duduk di meja kerja ayahnya, bersama David mendampingi. Tangan keduanya sibuk dengan beberapa lembar laporan, yang entah kapan. Dari raut wajahnya, terlihat sekali bahwa mereka sedang sibuk berbincang, sebelum akhirnya Leo muncul."Bagaimana? Apakah kau siap menghadapi para pemegang saham kali ini?" tanyanya setengah mengejek.Gadis itu tergelak, menertawakan sikap kekanakan Leo yang jelas saja ditunjukkan hanya untuk memanas-manasinya. Tangannya menggenggam lembaran dengan erat, berusaha menahan amarah. Sementara David dengan sigap menenangkan. Pria 40 tahun itu tak bisa tinggal dia ketika Leo mulai menggoda istrinya. Semain Clara terpancing, semakin mereka berada di titik terendah. Usi
Baca selengkapnya

Kemarahan David

"Semoga berhasil!"Seorang pria tambun menyalami Clara dan David secara bergantian. Senyumnya merekah, menyambut kedatangan penerus De Quinn dengan jiwa yang lebih muda lagi. Semangatnya meluluhkan separuh peserta rapat yang pada akhirnya memberikan kesempatan pada gadis 25 tahun itu untuk memimpin pabrik kecil mereka yang nyaris saja ditutup tahun ini.Leo dan Amy muncul di akhir. Keduanya tersenyum senang, karena sang keponakan nampak menurut dengan semua anjurannya. Tangannya terjulur, tanda memberikan selamat."Semoga ucapanmu tadi bukan hanya bualan belaka!" kata Leo dengan nada mengejek.Pria paruh baya itu masih percaya bahwa apa yang dilakukan oleh Clara dan David adalah hal yang sia-sia. Pabrik kecil itu sama sekali tak bisa diselamatkan, baik dari segi keuangan, juga sumber daya manusia. Masyarakat sekitar yang banyak bekerja di sana, memiliki perangai yang berbeda dari pabrik-pabrik mereka lainnya.Tak hanya itu, permasalahan limbah juga menimbulkan perselisihan dengan ling
Baca selengkapnya

Penemuan Mengejutkan

"Tidak bisa! Ibu tidak bisa keliling sekarang!" jawab Ratna gugup.Wajahnya mendadak pucat pasi begitu mengetahui keinginan Clara untuk keliling di pabrik yang ia pimpin. Matanya mencari alasan yang mungkin bisa diterima oleh atasannya itu. Namun baru saja akan membuka mulut, tubuh wanita cantik itu sudah beranjak dari sofa."Sedang ada perbaikan di beberapa lokasi. Kami takut Ibu tak nyaman jika berkeliling saat ini."Clara mengernyitkan kening. Manik cokelatnya mengarah pada David yang menggeleng pelan. Sebelum sampai ke lokasi, keduanya sudah mencari tahu tentang pabrik tersebut. Dan sepanjang yang mereka ketahui, tak ada laporan yang mengatakan bahwa tengah diadakan perbaikan."Tak masalah, dengan begitu aku jadi tahu sejauh apa perkembangan pabrik ini," timpal Clara santai.Tangannya sudah menggapai tas mahal yang sejak tadi ia bawa. Langkah kakinya mantap, bergerak bersama David yang mengiringi di sisi. Keduanya tak mengindahkan basa-basi dari Ratna yang terus saja mengoceh bahw
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status