Semua Bab ISTRI UNTUK TUAN SAKA : Bab 11 - Bab 17

17 Bab

Ketahuan

"Hai, Nico!" Sapa Arum pada Nico yang sudah menunggunya di depan mobil, seperti biasa."Hai! Gimana hari ini? Ngebul ga kepalanya? Haha!" Ledek Nico yang mengetahui jika hari ini Arum mendapat kuis pada salah satu mata kuliah."Ngebul! Bisa ajak aku makan sesuatu yang manis, ga?" Mendengar itu Nico menatap Langit, berpikir sejenak."Hmm... Cokelat, brownies, donat, puding, ice cream, kue tart, macaron?" Tanya Nico berusaha menyebutkan semua makanan manis yang ia ketahui."Brownies sama es krim!" Sahut Arum dengan senyum yang mengembang."Oke, kita beli di toko kue langganan Saka aja, di sana juga ada jual ice cream, nanti aku ajak muter-muter dulu deh sebelum pulang, biar fresh lagi," tutur Nico seraya tersenyum, senang rasanya melihat Arum tersenyum seperti itu.Setelah mendapatkan anggukan persetujuan dari Arum, keduanya masuk ke dalam mobil dan segera melaju menuju toko kue yang selalu menjadi pilihan jika Saka sedang ingin makan brownies, camilan favoritnya.Mobil sampai di depan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Dalam Bahaya

Pagi ini, langit tampak begitu cerah, suasana pagi terasa begitu sejuk menenangkan hati. Namun, berbeda dengan perasaan Arum yang kini justru sedang mendung. Suasana hatinya masih tak kunjung membaik sejak kejadian Saka dan Sarah.Arum keluar dari gudang setelah selesai bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Namun sebelum berangkat, ia melangkahkan kakinya terlebih dahulu ke dapur untuk meminum segelas air. Matanya melirik ke arah Saka yang berlari ke arah dapur dengan panik, dengan setelan kantornya yang sedikit berantakan."Kamu ga masak?" Tanya Saka setelah sampai di hadapan Arum. Lelaki itu tengah berusaha mengatur deru napasnya sedikit terengah-engah.".. Engga," balas Arum masih saja ketus."Susu? Bahkan kamu ga bikinin saya susu?" Tanya Saka dengan keningnya yang mengerut, ada sedikit rasa kesal yang mulai terasa.Melihat Arum menggelengkan kepalanya, Saka menghela napas kesal lalu mengetuk-ngetuk meja dapur. "Yaudah air mana air? Cepet ambilin saya air!" Saka sedikit memelototi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bantuan

Saka berlari dengan napas terengah-engah, matanya kini penuh kekhawatiran. Nico yang berada di sampingnya, juga tak kalah panik, menggenggam ponsel di tangan dan masih mencoba untuk menghubungi Arum. Keduanya sudah berputar-putar di taman yang gelap, mencari-cari keberadaan Arum yang kini terasa hilang."Kok bisa dia dateng ke tempat yang sepi begini! Cari masalah aja bisanya!" Omel Saka di tengah langkahnya."Tenang, Sa! Kita Arum pelan-pelan, jangan panik dulu!" Ucap Nico, ada rasa cemas dari nada bicaranya.Mereka terus berlari, menyusuri jalan setapak yang hampir tak terlihat, hanya diterangi lampu jalan yang remang. Suara dedaunan yang bergesekan dengan angin semakin terdengar menakutkan. Di kejauhan, mereka mendengar suara teriakan."Itu... Arum!" Ucap Nico, membuat Saka mengangguk setuju. Tak menunggu lama, keduanya kembali berlari dan mempercepat laju lari mereka.Di sisi lain, Arum yang masih berlari sesekali menengok ke belakang, melihat sosok gelap yang terus mengejarnya. T
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Niat yang Mulai Terlihat

Arum yang tengah sibuk membereskan dapur menoleh ketika mendengar suara tawa kecil Saka dari arah belakangnya.“Saya ga nyangka, keluarga kamu emang se mata duitan itu, ya?” ejek Saka. “Maksudnya?” Tanya Arum tak mengerti. “Kamu ga tau, atau pura-pura ga tau? Adanya kamu di sini kan juga karena uang, mereka butuh uang buat manjain adik kamu yang manja itu.” Saka tersenyum puas melihat wajah Arum yang mulai kesal. “Orang tua kamu tadi nemuin saya, mereka minta uang. Menurut kamu, saya kasih ga?” Saka maju beberapa langkah mendekati Arum, ingin perempuan itu menebak. “Kalau memang menurut tuan itu ga penting, ga usah dikasih.” Arum melenggang melewati Saka, namun lelaki itu mencengkeram lengannya, membuat keduanya kini bertatapan. “Kalau aja waktu itu mereka tau, yang akan dinikahkan dengan putri mereka adalah saya, saya yakin mereka akan memberikan Sarah untuk jadi pengantin saya. Makanya saya sengaja mengatakan kalau perjodohan itu untuk istri kedua papah saya. Dan lihat, kamu dibu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Jatuh ke Jurang Kehancuran

Budi melangkah masuk ke kantor SkyLine Group dengan langkah lunglai, merasa bingung dan putus asa dengan apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Belum selesai soal data kantor yang tiba-tiba rusak, ditambah harus kalah tender dengan menantunya sendiri, Saka Rama Sadewa. Untuk yang kesekian kalinya, ia menghela napas panjang sebagai efek dari isi kepalanya yang berkecamuk.Begitu kaki kanan dan kirinya melangkah memasuki area lobi, entah mengapa suasana terasa berbeda baginya. Ada sesuatu yang terasa aneh. Beberapa karyawan yang biasa menyapanya dengan ramah malah terlihat berbisik-bisik sesaat setelah matanya bertemu dengan mereka. Budi merasakan ada sesuatu yang tidak beres, namun ia mencoba untuk menahan diri, berusaha fokus pada pekerjaan yang harus segera ia selesaikan.Namun, semakin ia melangkah menuju ruang kerjanya, semakin terasa ada yang ganjil. Beberapa karyawan bahkan meliriknya dengan tatapan yang sulit ia artikan. Mereka berbicara satu sama lain, lalu segera diam ketik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Perhatian Kecil

"Tuan..." Rengek Arum, suaranya bergetar bercampur dengan isak tangis. Ia maju perlahan dan kembali memeluk Saka.Ketika kembali memeluk Saka, Arum mengeratkan pelukannya dan menangis lebih keras, menumpahkan semuanya di pelukan yang terasa hangat itu. Tak seperti sebelumnya, Saka kini benar-benar diam membatu. Merasa canggung dengan situasi saat ini, namun ia tak tahu harus bereaksi seperti apa pada Arum yang terlihat sangat rapuh malam ini. Dalam diam, Saka berusaha menenangkan dirinya, meski sebenarnya hatinya pun tengah bergejolak. Ada perasaan bersalah yang entah mengapa tiba-tiba muncul. Ia benci untuk mengakui jika hatinya mulai terasa sesak saat melihat Arum terisak di pelukannya.Dengan ragu, tangan Saka naik perlahan untuk membalas pelukan Arum. Saka memejamkan matanya, mengusap lembut puncak kepala Arum agar perempuan itu merasa sedikit lebih baik."Udah, jangan nangis..." Suara Saka terkesan kaku, namun ada kehangatan yang tersembunyi di balik kata-kata itu.Saka melepask
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Sebuah Tragedi

Saka menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum simpul, tak habis pikir dengan tingkah Sarah yang jauh berbeda dengan kakaknya, Arum. Sudah beberapa hari ini, Sarah terus-menerus mengirim pesan padanya, berharap bisa bertemu lagi, berharap bisa melanjutkan apa yang sudah mereka mulai. Senyum itu perlahan memudar, tergantikan tatapan datar yang saat ini tengah menatap layar ponsel. Perasaannya mulai lelah dengan permainan ini. Di layar itu, tertera nama Sarah yang tercatat di daftar kontaknya. Dengan mantap, jari-jarinya bergerak, dengan sekali ketukan ia memblokir nomor Sarah.Ponsel di tangannya kini terasa lebih ringan, seolah sebuah beban telah hilang begitu saja. Saka menghela napas, menatap layar ponselnya yang gelap. Tidak ada lagi pesan masuk dari Sarah yang mengganggu. Pandangan Saka kini tertuju pada Arum yang terbangun, perempuan itu mengucek matanya lalu menguap dengan tangan yang menutupi mulutnya. Matanya yang masih setengah terbuka melirik ke arah Saka dan terseny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status