Aku dan Arsen tertawa bersama begitu permainan kami selesai."Katanya gak mau, tapi kok paling heboh?" ledeknya seraya mencubit hidungku."Ish, enggak, kok! Kamu kali!" sahutku seraya mencubit pinggangnya.Ini memanglah bukan kali pertama, namun karena setelah sekian lama berpuasa, sensasinya terasa berbeda. Tak bisa dipungkiri, kami memang sama-sama saling membutuhkan dan menginginkan.Arsen mengecup keningku sebelum ia beranjak dari tempat tidur dan memakai kembali pakaiannya."Ini kan sudah larut malam, kamu mau kemana?" tanyaku."Aku ke kamar sebelah dulu. Mau cek kondisi Pak Seno, sepertinya hari ini aku lupa tidak memberinya obat," jelas Arsen."Memangnya tidak bahaya kalau dikasih obat tiap hari? Ini udah lebih dari satu bulan loh," ucapku."Kalau untuk nyawa sih, enggak. Tapi, kalau merusak saraf, memang itu tujuannya. Aku cuma mau buat dia kehilangan kewarasannya aja, kok!" jelas Arsen."T
Terakhir Diperbarui : 2024-02-12 Baca selengkapnya