Home / Urban / Menantu Terkuat Sang Presiden / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Menantu Terkuat Sang Presiden: Chapter 21 - Chapter 30

54 Chapters

Bab 21. Ancaman Untuk Sang Menteri

“Sebaiknya kau tinggalkan tempat ini, Tuan Menteri," desis suara ancaman, memotong keheningan kekalutan yang melanda tempat itu. “Atau kau akan bernasib sama dengan mobilmu itu!” lanjut suara itu. Suara ancaman terdengar, namun tak ada satupun yang tau siapa pelakunya. Ancaman itu menyusup keluar dari pengeras suara mobil-mobil yang menjadi pengawal sang menteri. Menteri Brade, pucat pasi, melihat sekelilingnya dengan perasaan cemas yang membuncah di dalam dadanya. Matanya memancarkan ketidakpercayaan saat ia mencoba mencerna kenyataan bahwa ancaman itu datang dari mobil-mobil yang seharusnya menjaganya dengan ketat. Seolah menyadari kemungkinan bahaya yang mengintai, ekspresi wajahnya merekah menjadi kebingungan campur ketakutan. Bummmmm! Tiba-tiba, sebuah dentuman mengerikan mengguncang udara. Satu mobil polisi di tengah konvoi meledak dengan kekuatan dahsyat, menyebabkan kekacauan dan kepanikan di antara para pengawal dan penjaga keamanan yang bergegas menyelamatkan diri dari k
Read more

Bab 22. Utusan Sang Menteri

Caithlyn dan Wesley melanjutkan kegiatan mereka di pemukiman. Mereka terlibat dalam percakapan dengan para penduduk, sementara Kal memilih untuk mengambil jalan yang berbeda, mengelilingi pinggiran pemukiman.Saat mereka berinteraksi dengan orang-orang, para penduduk mengungkapkan ketakutan mereka akan kekejaman Menteri Brade dan kemungkinan kembalinya untuk merebut kembali rumah mereka. Mereka pun mengungkapkan ketidak berdayaan kalau harus melawan."Saya tidak tahu seberapa lama kami bisa berada disini dan menikmati kedamaian ini di tempat kami sendiri. Rasa-rasanya sudah sangat lelah," kata salah satu penduduk, sambil memandang gelisah ke sekeliling.Caithlyn, menghela nafas. Ia sangat tahu apa yang dirasakan penduduk itu dan rasa ketakutan yang mereka alami. Ia juga pernah mengalami keadaan yang sama dengan mereka."Kita harus tetap yakin semuanya akan berlalu. Saya berjanji akan membantu sebisanya."Di tempat lain, Kal terus memperhatikan semua sisi pemukiman itu. Ia ingin melih
Read more

Bab 23. Kemampuan Yang Mencengangkan

Dengan nafas tertahan, ketegangan menyatu dalam keheningan suasana. Semua mata terpaku menantikan apa yang akan terjadi di hadapan mereka. Hitungan ketiga sudah digaungkan, apakah akan memakan korban.“Matilah kau!” desis sang utusan menteri.Namun, di tengah ketegangan yang memuncak, tiba-tiba saja terjadi sesuatu yang diluar dugaan.“Ukkhhh!”Utusan menteri itu menjerit tertahan. Entah bagaimana caranya telapak tangan kanan yang memegang senjata itu tertembus paku besar. Senjata itu pun jatuh ke tanah."Apa kau kira dengan senjata itu bisa mengancamku? Sekali kau menginjak tempat ini, sama saja kau sudah berada di sarang singa."Sebuah suara kembali terdengar, suara tanpa wujud. Suara itu berasal dari arah yang tidak jelas. Semua pandangan segera beralih ke sosok yang muncul dari balik pohon besar sebelah selatan pemukiman. Dari penampakannya, dia adalah lelaki yang menggunakan pakaian terbuat dari kulit berwarna hitam. Wajahnya tertutup masker dan berkacamata membuat ia tidak bis
Read more

Bab 24. Menteri Yang Frustasi

“Bedebah!”Menteri Brade memaki. Ia sangat gusar melihat pemandangan di depan ruang kerjanya. Sesosok tubuh tergeletak mengeluarkan suara rintihan kesakitan menyayat hati.“Dia benar-benar mengajakku berperang!” bentaknya lagi sambil menampar dinding yang ada di sampingnya.Menteri Brade menghela nafas dalam-dalam, matanya menyipit penuh kemarahan. Tubuhnya gemetar oleh emosi yang memuncak, keinginannya untuk menundukkan siapapun yang berani menentangnya begitu besar. Dia telah merencanakan segalanya dengan baik, memastikan bahwa semua tindakannya rapi tidak akan terbongkar. Tapi kini ancaman besar di depan mata.Menteri Brade tidak pernah mengira bahwa ada seseorang seperti Kal yang berani menantangnya. Kemarahannya semakin memuncak ketika dia melihat tubuh utusan-utusannya berserakan di tanah, tersungkur oleh pukulan dan tendangan Kal. Kekalahan itu menyakiti harga dirinya sebagai seorang menteri yang kuat dan berkuasa.“Apakah tidak ada yang tahu siapa pengacau itu?” bentaknya den
Read more

Bab 25. Kekejaman Brade

Menteri Brade, meskipun terkejut oleh keteguhan hati tahanan yang tersisa, tidak memiliki niat untuk mundur. Dengan mata menyala api kemarahan, dia menatap tiga orang tahanan itu dengan penuh kebencian. "Kalian pikir kalian bisa berdiri teguh melawan kekuasaanku?" gumamnya sambil menggeram.Tanpa ragu, ia menganggukkan kepalanya ke arah salah satu anak buahnya yang berdiri di sampingnya. Sang ajudan yang setia segera mengerti perintahnya. Dengan wajah tanpa ekspresi, ia menarik pistolnya dari pinggangnya dengan gerakan yang terampil."Kalian sudah memilih nasib kalian sendiri," ucap Menteri Brade dengan dingin, suaranya terdengar di tengah keheningan ruangan. "Biar mereka menjadi contoh bagi siapapun yang berani menantang kekuasaanku!"Ajudan itu mendekati tahanan-tahanan yang duduk di kursi besi dengan langkah yang mantap. Wajahnya tidak menunjukkan keraguan sedikitpun saat ia mengarahkan pistolnya ke arah salah satu tahanan. Tindakan sadisnya menjadi nyata saat ia menarik pelatuk de
Read more

Bab 26. Pasukan Menteri luluh Lantak

Dini hari, ketika langit masih gelap dan angin berbisik dengan suara pelan, mobil-mobil panser yang identitasnya telah dihilangkan meluncur menuju pemukiman. Suasana tegang meliputi kedua belah pihak, penduduk bersiap dengan senjata sederhana yang mereka miliki, sementara pasukan Menteri Brade bersiap untuk menyerang dengan kekuatan penuh.Dalam kegelapan malam, suara langkah kaki dan desiran angin menambah ketegangan di udara. Setiap detik terasa seperti berjam-jam, dan setiap detik itu juga mengukir kekhawatiran yang semakin dalam di hati setiap orang."Siapkan diri, mereka sudah di depan pintu gerbang!" bisik Cathlyn dengan suara gemetar kepada para penduduk yang telah bersiap di barikade sederhana mereka.Pintu-pintu mobil panser terbuka, dan pasukan Menteri Brade melangkah keluar dengan senjata-senjata mereka yang mengkilat di bawah cahaya rembulan. Pandangan mereka dipenuhi dengan kepercayaan diri dan niat jahat yang mengancam.Sebuah mobil berbeda datang. Mobil mewah BMW berwar
Read more

Bab 27.  Akhir Sang Menteri

Dalam keadaan kekacauan yang melanda pemukiman, suara sirine berdering tajam di langit malam. Helikopter polisi muncul, melayang rendah di atas tempat kejadian dengan lampu sorotnya yang membelah kegelapan. "Jangan melawan! Saya ulangi, jangan melawan!" Suaranya gemetar mencerminkan ketakutan yang teramat mendalam.Peringatan disampaikan dengan keras dan tegas melalui pengeras suara dari helikopter itu, memerintahkan Menteri Brade dan anak buahnya untuk menyerah tanpa syarat.Namun, sikap keras kepala Menteri Brade segera muncul. "Mereka pikir siapa mereka, Berani sekali mengancamku seorang menteri negara! Presiden saja tidak berani mengancamku!" teriaknya dengan wajah yang memancarkan kemarahan. Tanpa ragu, Menteri Brade meraih senapan bazooka dari salah satu anak buahnya, menodongkannya ke arah helikopter polisi yang melayang di udara.Sebelum siapapun bisa bereaksi, Menteri Brade menarik pelatuk. Ledakan dahsyat mengguncang udara, dan helikopter polisi terpental ke samping sebelu
Read more

Bab 28. Ketegangan Pihak Musuh

“Bang Nel, kemana aja kau tadi malam? Kami berdua di pemukiman itu benar-benar tegang. Beruntung orang misterius itu muncul lagi!”Wesly langsung memberondong Kal dengan pertanyaan. Ia nampaknya tidak puas karena Kal tidak berada di pemukiman pada saat terjadi penyerangan oleh Menteri Brade.“Aku ada sedikit urusan. Bukankah semua sudah selesai,” sahut Kal dengan senyum khasnya lalu duduk di kursi yang tersedia.Saat itu mereka berada di pelataran rumah Cathlyn. Memang rumah gadis itu kini sering dijadikan tempat nongkrong. Keduanya membantu gadis itu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Terlebih saat ini Cathlyn bergabung dalam LSM perlindungan masyarakat.“Kak Nel!” sapa Cathlyn yang baru saja muncul dari dalam rumah.“Ini, semua sudah beres surat-surat penting kepemilikan untuk rumah-rumah di sini dan di pemukiman sana!” Kal memberikan sebuah dokumen. Cathlyn langsung mengambil dan memeriksanya. Ia tersenyum bahagia melihat. “Terima kasih kak!” ucap gadis itu.Dokumen-dokume
Read more

Bab 29. Perburuan Para Penyeleweng 

Tiga buah mobil terus melaju. Di belakangnya nampak sebuah motor sport terus menguntit.Mobil mewah yang dikawal ketat itu berisikan empat pejabat di kementerian keuangan. Salah satunya merupakan kepala Bea cukai Negara Red Diamond. Mereka merupakan empat terdakwa pemerasan pelaku pajak. “Kami mengerti!” sahut seseorang yang dihubungi sopir yang membawa para pejabat tersandera hukum itu.Mobil belakang yang mengawal pejabat berisikan empat orang, dua diantaranya membuka kaca lalu menembaki seseorang yang mengendarai motor di belakangnya.Dengan sangat mudah pengendara motor itu menghindari. Meskipun dihujani peluru dari senapan canggih tidak ada satupun yang mengenainya. Beberapa diantara peluru itu sebenarnya ada yang mengenai si pengendara misterius, namun ia seolah tak mempan peluru. Mereka menebak pakaian yang digunakan oleh orang itu memang pakaian anti peluru.“Aneh sekali, tidak mungkin orang biasa memiliki pakaian anti peluru secanggih itu,” desis salah satu pengawal yang t
Read more

Bab 30.  Penyusup Di Rumah Hector

Renold dan rekan-rekannya duduk tegang di dalam mobil. Mereka membayangkan orang-orang misterius telah bersiap untuk menyerang.Renold dan yang lainnya merasa semakin terjepit dalam situasi yang semakin genting. Renold memberi isyarat kepada rekannya untuk bersiap-siap menembak ketika pengawal membuka pintu mobil.Pintu mobil dibuka di kedua arah secara bersamaan. Dengan gerakan sigap, seisi mobil melompat keluar sambil menembak ke arah yang mereka anggap sebagai penyerang. Renold bahkan melepaskan tembakan dari senapan berat yang dia bawa.Namun, betapa terkejutnya mereka ketika yang mereka hadapi adalah kepolisian berseragam lengkap. Serentetan tembakan langsung meluncur ke arah Renold dan rekan-rekannya, tanpa ampun dan tanpa peringatan. Renold dan para rekan seketika terkena tembakan dari segala arah.Tak ada kata-kata yang terucap di antara mereka. Hanya suara gemuruh tembakan dan derap langkah polisi yang mendekat. Renold, yang terluka parah, mencoba mengeluarkan satu kata tera
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status