“Saya OB baru,” Aksa segera menjawab, memotong ucapan Alan. “Maaf, Pak Alan. Lain kali saya tidak akan membuat kesalahan. Saya permisi dulu.” Aksa keluar dari ruang rapat, meninggalkan Aksa yang terheran-heran melihat Aksa. Dulu, tatanan rambutnya diejek orang saja bisa membuat Dimas murka. Tetapi kali ini, Dimas yang sedang berada dalam tubuh Aksa bisa pergi begitu saja tanpa merasa tersinggung sama sekali. Aksa menyelinap ke ruang kerja Alan begitu keluar dari ruang rapat. Ia duduk di meja kerja Alan, menyalakan laptop dan mencari tahu bisnis yang hendak ditawarkan oleh kedua orang tadi. Ia baru berhenti membaca berkas di laptop Alan setelah sang asisten datang. “Tuan, maaf atas kesalahpahaman tadi. Tapi, kalau aku boleh tahu kenapa tahu biarkan mereka berpikir kalau tuan itu OB?” Alan mengambil tempat di sebelah Aksa. Tempat biasa ia selalu berdiri saat menemani bosnya itu. Aksa menggerakan tangan tanda ia tidak mempermasalahkan kejadian di ruang rapat.Ia menutup laptop lalu
Read more