All Chapters of Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa: Chapter 71 - Chapter 80

149 Chapters

bab 71

Rama datang dan melihat keadaan Prada Uji yang sudah sadar."Bagaimana keadaanmu?"tanya Rama, saat ia datang panas badan Prada Uji sudah turun, kata Kemal Kepala Desa ia memberikan obat penurun panas dari Rama pada Prada Uji. Itu tindakan yang sangat tepat. Prada Uji menatap Rama dan warga kampung nelayan, ia merasa sedih ketika teringat dengan keempat temannya yang tidak selamat. "Aku sudah merasa nyaman, Terima kasih!!" kata Prada Uji, ia bahkan menganggukkan kepala sebagai penghormatan kepada mereka yang merawatnya. "Kami sudah melaporkan masalahmu ini kepada prajurit perbatasan, mungkin malam ini atau besok pagi mereka akan datang." kata Kemal. "Apa yang kalian laporkan?" tanya Prada Uji dengan raut wajah khawatir. "Apa yang kau takutkan?" selidik Rama pada Prada Uji. Melihat raut wajah Prada Uji yang terlihat khawatir itu membuat Rama semakin yakin, ada yang tidak beres. "Kami hanya melaporkan soal kamu yang terluka, apakah ada hal lain yang tidak boleh kami laporkan?
Read more

bab 72

Rama sudah berada di dalam kapal, Rama bahkan memakai masker seperti ninja, Rama kemudian mengeluarkan gas tidur yang dibelinya dari onshop, Rama kemudian membuka gas tidur dan melemparkannya ke tengah awak kapal yang berkumpul. "Klak!buuusss..." "Hei, apa itu?" "Entahlah, benda itu tiba-tiba mengeluarkan asap!!" "Dari mana asal benda itu? Mengapa bola itu mengeluarkan asap?" Melihat asap mengepul, dari bola gas tidur para awak kapal kebingungan dan malah mendekatinya. Ketika sudah menghirup gas tidur itu, satu persatu awak kapal pingsan dan tertidur. Setelah gas bola tidur sudah tidak mengeluarkan asap, Rama memilih salah satu awak kapal yang akan ia culik, Rama kemudian mengambil gas bola tidur itu dan membuangnya ke kotak pembuangan sampah pada sistem onshop seperti biasa. Rama mengikat awak kapal itu dan menurunkannya secara perlahan, Fatta kemudian menangkap awak kapal yang Rama turunkan. Setelah selesai menurunkan awak kapal yang ia culik, Rama kemudian turun secara per
Read more

bab 73

Ini adalah hari ke 2,orang asing itu masih belum mau bicara. "Tuan Muda kita patahkan saja salah satu anggota tubuhnya, ia pasti mau bicara!!" kata Fatta memberikan saran, Rama malah kepikiran ide. Ia menjawab pertanyaan Fatta dengan bahasa Enggras. "Jangan kau patahkan salah satu anggota tubuhnya, kasian dia!! Tapi itu bisa kita gunakan jika dia memang masih tidak mau bicara!! Aku akan serahkan urusan itu padamu, saat ini sabar dulu oke!!" Fatta tidak paham dengan bahasa yang Rama pakai, tapi mendengar kata oke, Fatta menyahut, "Oke!!" Rama bahkan hampir tergelak melihat Fatta mengikuti perkataannya. Mendengar perbincangan itu membuat si orang asing ketakutan, ia sebenarnya sudah tidak dapat menahan lapar dan haus. Jika diperbolehkan memilih, ia lebih memilih dibunuh ketimbang disiksa dengan rasa lapar dan haus seperti ini. Tapi jika ditambah dengan mematahkan anggota tubuhnya, itu akan sangat menyiksa. Melihat perubahan ekspresi orang asing itu, Rama kembali mendekatinya den
Read more

bab 74

Rama terkejut saat melihat Jaya datang bersama 16 pasukan terlatihnya. Mereka sampai sudah menjelang sore hari bersama Kemal. "Paman, bukankah aku hanya memberi pesan untuk membawa 6 orang pasukan saja?" tanya Rama pada Kemal, Kemal hanya menunduk dan melirik Jaya. Rama paham rupanya abangnya tersebut yang mengambil keputusan. "Hahaha, aku dengar kalian menemukan kapal musuh, jadi aku putuskan membawa semua orang kesini!!" jelas Jaya, ia bahkan menepuk-nepuk bahu Rama. Rama menggeleng maklum, setidaknya insting abangnya ini sangat berguna di saat seperti ini. Rama jadi kepikiran untuk menyerang kapal itu terlebih dahulu sebelum kapal bantuan musuh datang. "Baiklah, silahkan kalian beristirahat terlebih dahulu, nanti malam kita akan membicarakan ini!!" kata Rama, kemudian para pemuda yang terlatih itu beristirahat karena baru melakukan perjalanan jauh. "Kak, bagaimana dengan pembangunan di desa?" tanya Rama kemudian. "Maksudmu pembangunan bunker kita?" tanya Jaya memastikan, R
Read more

bab 75

"Tuan Muda!! Ada hal penting!!" Kobar langsung turun dengan tergesa-gesa dari kudanya. "Ada apa?!" Melihat Kobar yang datang dengan tergesa-gesa itu membuat Rama memiliki firasat yang tidak nyaman. "Tuan Muda, setelah aku melaporkan soal prajurit yang terluka itu, Kapten perbatasan langsung mengirim prajurit untuk menyerang pasukan bangsa Bar-Bar!! Mereka membawa 10 kapal, tapi tadi sudah ada satu kapal yang kembali dan menurut informasi yang kudengar, sudah ada kapal prajurit kita yang tenggelam!!"kata Kobar lagi, ia bahkan bicara dengan tubuh yang gemetar ketakutan. "Apa?! Astaga, kenapa mereka sangat nekat!!" sahut Prada Uji, ia tak menyangka Kaptennya akan mengambil keputusan dengan ceroboh."apa mereka tidak tau kalau bangsa Bar-Bar itu sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan!!" "Prada Uji, tenanglah...jadi sekarang mereka masih bertempur?" tanya Rama pada Kobar, Kobar langsung mengangguk."sebaiknya kau istirahat dulu, ada makanan di dapur, makan dan istirahatlah, aku akan
Read more

bab 76

Kapten John dengan teropong ditangannya tertawa saat melihat prajurit kerajaan Bamaraya seperti semut yang berjatuhan. "Lihatlah kebodohan mereka!! Seperti semut yang mencoba melawan ikan hiu di lautan!!" kata Kapten John dengan nada yang mengejek. Penasehat Clark ikut terkekeh, sejauh ini hanya tinggal menunggu waktu untuk menenggelamkan kapal-kapal milik prajurit perbatasan. "Kapten mereka semua memang bodoh!! Bahkan aku tidak melihat adanya penyihir seperti rumor yang beredar, sepertinya mereka hanya menyebarkan rumor itu untuk menakuti kita!!" sahut penasehat Clark, ia menatap kearah kapal-kapal prajurit perbatasan Bamaraya yang mulai berjatuhan. "Apa itu?" Tepat di saat itu Kapten John menyadari ada 2 perahu kecil datang mendekat, mereka berada sekitar 100 meter dari kapalnya dan kapal prajurit Bamaraya. "2 perahu kecil, apa mereka putus asa sampai mengirim bantuan dengan perahu kecil itu?"teropong yang Kapten John gunakan hanya mampu melihat dengan jelas di jarak 50 meter,
Read more

bab 77

Prajurit kerajaan Bamaraya yang berada di darat bersukacita setelah mendengar keberhasilan pasukan laut mereka dalam mengalahkan bangsa Bar-Bar, bahkan mereka membawa tawanan bangsa Bar-Bar yang akan diserahkan dan di bawa ke ibu kota Jawali. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, para pasukan yang baru pulang datang dengan wajah yang muram. "Laksamana, mengapa para Kapten terlihat tidak senang, begitu pula dengan prajurit kita!! Bukankah kita sudah menang?"tanya Kapten Baron yang merupakan penjaga perbatasan di darat. Laksamana Madya Brawijaya hanya semakin terlihat muram, ia duduk kemudian mengambil kertas dan mencoba menulis sesuatu untuk menyampaikan pesan. "Sampaikan pesan ini pada Jendral!!" kata Laksamana Madya, ia terlihat sangat putus asa. "Laksamana, ada apa?" tanya Kapten Baron lagi. "Kau kenal Rama Adipati?"tanya Laksamana Madya. "Tuan Muda Rama, tentu saja aku mengenalnya, tidak ada prajurit perbatasan yang tidak mengenalnya Tuan, ia yang menolong kami dari pe
Read more

bab 78

Hari ini Rama membuatkan makanan yang lumayan banyak untuk pasukannya. Sebagai bentuk penghargaan kepada mereka, meski peperangan belum berakhir. Tapi Rama ingin pasukannya merasa dihargai atas jerih payah mereka. mereka makan bersama dengan warga kampung nelayan yang tersisa. Rama membuatkan masakan rendang daging, acar timun-wortel, ayam goreng rempah, ikan bakar madu dan tak lupa soda gembira. Mereka meminta alkohol pada Rama, tapi karena Rama tak menyukai alkohol mereka juga tak berani memaksa. "Kak Rama, masakanmu tak pernah gagal, sangat lezat!!" Puji Bani, ia makan dengan lahap. "Benar, apalagi rendang daging yang kak Rama buat, sangat nikmat dan rasanya ingin makan lagi dan lagi!!" Seru Eko. "Ikan bakar madu juga tak kalah nikmat, rasa bumbunya meresap hingga ke dalam daging!! Kak Rama jika kau punya rumah makan, kurasa akan sangat ramai!!" Sahut Aprian. Rama terkekeh mendengar pujian pasukannya yang tak berhenti-henti. "Kalian ini sangat pintar berkata manis!!" sahut
Read more

bab 79

"Tuan Muda, Laksamana memintaku untuk mengambil senjatamu!!" kata Kapten Baron, ia sangat berhati-hati ketika bicara dengan Rama. Rama adalah orang yang baik, tapi bahkan Kapten Baron pun segan padanya, ia hanya menyampaikan perkataan Laksamana Madya. "Mengambil?" Kata Rama dengan penekanan nada di perkataan itu, jelas Kapten Baron jadi tambah serba salah. Ia ingin mengatakan meminjam, tapi Laksamana Madya sudah menegaskan dengan kata mengambil senjata Rama, bahkan Kapten Baron sudah menyaring apa yang telah Laksamana Madya ingin sampaikan. "Benar Tuan Muda!! Maaf jika membuatmu tersinggung, akupun sebenarnya merasa tidak enak padamu, tapi aku hanya menyampaikan perintah!!" ungkap Kapten Baron sembari menangkup kan tangan. "Jangan merasa seperti itu Kapten, aku tak masalah jika kalian ingin mengambil senjata itu, tapi jika senjata itu diambil, maka aku tidak akan menolong kalian lagi, bagaimana?" Perkataan Rama jelas dengan surat mengancam, Rama tak suka cara Laksamana Madya yang
Read more

bab 80

Laksamana telah mendapatkan laporan jika Kapten Baron dan prajuritnya telah pulang dengan membawa senjata dari Rama. Sehingga ia dengan sukarela keluar dari tendanya untuk menyambut kedatangan Kapten Baron dan prajuritnya. Ia tersenyum bangga memperlihatkan ternyata pengaruhnya masih ada. "Laksamana kami kembali!!" kata Kapten Baron seraya menangkupkan tangannya, prajurit yang mengikutinya juga ikut menangkupkan tangan meski wajah mereka terlihat muram. "Hahaha, aku senang kalian kembali!! Setelah ini kalian boleh beristirahat!!" katanya dengan tawa yang riang, Laksamana Madya lalu memberi kode untuk membuka kotak kayu berisi senjata yang mereka bawa. Ia senang ketika mengetahui Rama menyerahkan senjatanya, setidaknya ancamannya berhasil. "Klak! Tap!" Kotak kayu berisi senjata terbuka, dan betapa kagetnya Laksamana Madya ketika menyadari hanya ada senjata ketapel dan pedang di dalamnya. "Apa hanya ini?" tanyanya kemudian, wajah yang tadinya riang berubah dalam sekejap menjadi mu
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status