Home / Pernikahan / Istri Sah Presdir Arogan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Sah Presdir Arogan: Chapter 31 - Chapter 40

110 Chapters

30. Mengorek Masa Lalu

Lucius menyambar ponsel di tangan Calia dan mendengus keras melihat panggilan tersebut dari Alex. “Sekarang kau terang-terangan menjawab panggilan darinya?”“Aku sudah mengatakan padamu, Lucius. Hubunganmu dan Alex sama sekali tidak ada hubungannya denganku. Kami …”Lucius menggeram kesal, memotong kalimat Calia.“Aku tak akan memintamu mempercayaiku. Aku tak layak mendapatkan kepercayaan itu dan aku tak berhak meminta seperti yang kau tegaskan.” Calia mengucapkannya dengan tak kalah tegasnya. “Kau tak perlu mengkhawatirkan apa pun itu yang kau pikirkan tentang kami. Hanya itu yang bisa kukatakan padamu meski kau tak mempercayaiku. Dan tenang saja, aku tak akan menjadi lebih menyedihkan untuk mengulang ketololanku di masa lalu. Kau tahu aku tak akan menjadi setolol itu meski harga diri pun aku tak memilikinya. Setidaknya sekarang aku masih memiliki ketiga anakku.”Lucius hanya terdiam mendengarkan kalimat panjang tersebut. Menatap wajah Calia yang kemudian mengambil ponsel di tanganny
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

31. Masih Tentang Alan Khu

“Kenapa kau memiliki fotonya? Apa yang dia lakukan padamu?”“Siapa dia?” Caleb tak menjawab dan malah balik bertanya. Lebih mendekatkan wajahnya pada Calia. “Apakah dia ada hubungannya dengan Lucius? Atau Lukas?”Calia menatap wajah sang kakak. “Kau tidak menjawab pertanyaanku, Caleb.”Mendesah pelan, Caleb pun memutuskan menjawab untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. “Dia datang ke perusahaan, menanyakan sesuatu yang bukan urusannya.”Calia jelas tak puas dengan jawaban itu. “Kenapa dia mendatangimu? Apa kau membuat masalah?”“Kau pikir aku membuat masalah sehingga perlu didatangi oleh orang tak dikenal seperti dia?”Calia terdiam. Hidup Caleb sepenuhnya hanya tentang dirinya dan ketiga kembar. Pria itu hanya fokus mendapatkan uang lebih banyak untuk membantunya membayar biaya perawatan Zayn yang harus menguras seluruh tabungan mereka dan bahkan berpindah ke apartemen yang lebih kecil. “D-dia… hanya perantara perdagangan mulai dari barang bagus, mobil, dan beberapa properti.”
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

32. Menegaskan Posisi

Part 32 Menegaskan PosisiSetelah mendatangi kamar Zsazsa dan Zaiden yang sudah terlelap, juga mencium kedua anaknya untuk Lucius, Calia kembali ke kamarnya. Membaringkan tubuhnya di tengah tempat tidur dengan berbagai kemelut yang masih memenuhi kepalanya. Pandangannya menatap langit-langit yang berwarna abu gelap dalam tarikan napasnya yang panjang. Kemudian menatap sisi lain tempat tidur. Tempat Lucius biasa berbaring.‘Aku hamil.’ Calia meletakkan testpack di tangannya ke meja kecil. Berdiri menatap Lucius yang duduk bersandar di kepala ranjang dengan tab di pangkuan.Pandangan Lucius terangkat pelan, menatap benda pipih tersebut sekilas sebelum kemudian menatap wajah Calia. ‘Kau sungguh memberikan benda itu padaku? Sekarang? Di tengah-tengah kekacauan ini?’ Suara Lucius kasar dan dingin. ‘Aku tak akan memintamu bertanggung jawab.’Lucius membanting tab di tangannya ke lantai tepat di samping kaki Calia. Yang sama sekali tak menghindar meski matanya terpejam ketakutan oleh kemara
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

33. Hasutan Divya

“Saya sama sekali tak merasa besar kepala dengan keluarga besar kita, Mama. Tak hanya terlahir dari kelas sosial yang rendah, saya bahkan tidak memiliki orang tua. Saya sadar di mana posisi saya di rumah ini.”Wajah Vania tak bisa lebih pucat dengan penekanan dalam kalimat terakhir Calia. Posisi yang seolah seperti pisau bermata dua.Calia mengangguk sekali dan membalikkan badan. Menyeberangi ruang tamu dan menghilang dari pandangan Vania dengan langkah yang tenang. Berbanding terbalik dengan gemuruh amarah di dadanya.“Apa mungkin dia akan mengatakan semuanya pada Lucius, Tante? Bagaimana jika Lucius mengusirku dari rumah ini? Pertunangan kami sudah dibatalkan, Divya tak punya alasan tetap tinggal di rumah ini.” Divya tiba-tiba sudah berdiri di samping Vania. Memegang lengan wanita itu paruh baya itu dengan wajah pucat yang diselimuti kecemasan. “Lucius akan menendang kita jika wanita sialan itu buka mulut.”“Dia bisa mengatakan apa pun, Divya. Dia tak punya bukti. Jadi kita pun bisa
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

34. Tak Pernah Tidak Berhasrat

“Orang yang kau tabrak mengalami luka yang lebih buruk dan mendapatkan cacat permanen. Sudah lima tahun menyendiri di desa asalnya. Dan apa kau tahu yang lebih menarik. Tadi malam aku mendapatkan laporan bahwa pria itu ditemukan tak bernyawa di tempat tidurnya. Entah ini kebetulan atau apa, aku tahu ada yang tak beres dengan kecelakaan itu. Karena dia adalah saksi kunci dari kecelakaanmu. Dan apa kau tahu yang lebih menarik?” Lucius sengaja memberi jeda di antara penjelasan panjang tersebut agar Calia mendengarkan dengan seksama. “Pria itu memang sengaja menunggu di lokasi kejadian, menunggu kemunculanmu untuk mengacaukan pandanganmu. Itulah sebabnya dia tak bisa menuntutmu.”Calia sepenuhnya kehilangan kata-kata. Telapak tangan kanannya membekap mulutnya. Meredam suara tercekatnya. Butuh waktu lebih dari semenit untuk menelaah semua kesimpulan tersebut. Kesimpulan yang tak main-main karena pasti Alan Khu yang memberikan informasi ini pada Lucius. Semua kesimpulan tersebut pasti memili
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

35. Permohonan Sang Mama

Lucius baru saja duduk di belakang mejanya ketika pintu ruangan kembali diketuk dua kali dan Vania melangkah masuk. Langsung menyeberangi ruangan dan berhenti tepat di depan meja.“Nyonya Evanthe sudah memberitahu mama apa yang terjadi kemarin.”Lucius mengangguk singkat. “Seharusnya mama memberitahu mereka lebih awal. Atau …” ia mengangkat wajahnya, menatap wajah sang mama sejenak sebelum melanjutkan. “Mama masih berniat melanjutkan rencana ini?”Vania mengerjap sekali kemudian menggeleng. “Ehm, mama hanya … setelah Zayn dan adik-adiknya kembali, kau tahu mama tak sempat memikirkan hal ini dan memberitahu orang tua Divya. Sebenarnya Divya sendiri yang ingin memberitahu mereka secara langsung.”“Bukankan dia sendiri yang meminta pada mereka untuk datang ke tempatku?” Salah satu alis Lucius terangkat. Ya, tentu saja ia mengetahui hal tersebut. Kemarin ia sempat mendengar pembicaraan Divya dan Leana yang menanyakan kunjungan wanita itu malam harinya.Sekali lagi kegugupan melapisi wajah
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

36. Berbaikan

Calia pikir Caleb tak akan datang malam itu karena sejak kemarin malam tak menghubunginya sama sekali, tetapi rupanya sang kakak malah datang lebih awal. Masih mengenakan pakaian kerja dengan satu kantong yang berisi pakaian ganti dan satu kantung berisi makanan. Yang kemudian disodorkan kepadanya.Kening Calia berkerut tipis. Menatap wajah sang kakak yang kemudian membuang wajah. Ada penyesalan yang kental di kedua mata Caleb sebelum pria itu benar-benar berpaling. “Apa itu?” tanyanya kemudian.“Kau belum makan, kan?” Caleb meletakkan kantong tersebut di meja karena Calia tak juga mengulurkan tangan untuk mengambil. Meletakkan kantong pakaian gantinya di sofa pendek dan duduk di samping Calia. “Cumi asam manis. Kesukaanmu. Dan dari resto langganan kita.”Calia pun mengulurkan tangan, membuka kantong tersebut dan aroma familiar yang lezat segera menyergap hidungnya. Jadi ini alasan Caleb pulang lebih awal. Untuk mengantre makanan favoritnya. “Sebagai permintaan maaf?” tanyanya sembari
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

37. Insting Lukas

Lukas dan Rhea baru saja keluar dari kamar tidur Cailey ketika melihat Lucius dan Calia yang baru muncul dari arah tangga. Langkah keduanya terhenti melihat Lucius yang setengah menyeret pinggul Calia, menuju ke kamar utama. Pria itu tampak terburu, dan keduanya sempat melihat Lucius yang menangkap tengkuk Calia untuk menyentuhkan bibir di atas bibir Calia sebelum pintu kamar benar-benar tertutup. Tak perlu kecerdasan tinggi untuk menebak apa yang terjadi selanjutnya di balik pintu itu.Ujung mata Rhea melirik ke samping, bisa merasakan ketegangan dari tubuh sang suami. Pandangannya turun ke bawah, melihat kedua tangan Lukas yang mengepal dengan buku jari yang memutih. Ia menggigit bibir bagian dalamnya, berusaha meredam hatinya yang patah."Kau baik-baik saja?" Rhea berhasil mengeluarkan suaranya setenang mungkin. Tangannya menyentuh lengan Lukas dan memasang senyum selembut mungkin.Lukas mengerjap, menggeleng sekali dan berkata, "Aku akan keluar.""Ke mana?""Kembalilah ke kamar,"
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

38. Permintaan Maaf

Tubuh Calia didorong ke tengah tempat tidur, bersamaan pakaiannya yang mulai dilucuti oleh Lucius. Pria itu sudah melepaskan sebagai pakaian ketika menindih setengah tubuhnya. Kembali menangkap bibirnya dalam lumatan yang panjang. Saat ia nyaris kehilangan napas, pria itu akan melepaskan pagutannya, dengan ciuman yang mulai merambati rahang dan lehernya. Dengan tak sabaran melepaskan sisa pakaian yang masih menempel di tubuhnya.Erangan pelan lolos bersamaan dengan napasnya yang terengah. Setiap sentuhan bibir, telapak tangan, dan tubuh mereka yang saling bergesekan membuatnya seperti diserang dari segala arah. Jatuh tenggelam dalam gairah yang dipimpin oleh Lucius. Ya, ia selalu kehilangan arah setiap kali pria itu menyentuhnya. Menguasai dirinya hingga di titik yang membuatnya tak bisa mengenali dirinya sendiri sebaik pria itu mengenali tubuhnya. Dan yang lebih buruk, ia membiarkan Lucius mengambil alih semuanya dengan penuh kerelaan dan kepasrahan.Suara desahan yang panas saling b
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

39. Hubungan Yang Mulai Membaik

Lucius belum pernah merasakan bangun pagi sesempurna ini. Dengan sang istri yang berada dalam pelukannya, dan senyum yang melengkung di wajah Calia. Tangannya bergerak perlahan, menyentuh ujung bibir Calia, memastikan senyum benar-benar nyata. Dan ya, senyum itu nyata. Saat ujung jemarinya bergerak menyentuh wajah Calia, tubuh wanita itu menggeliat pelan, semakin menenggelamkan tubuh ke dalam dekapannya.Sepanjang pernikahan mereka, ia tak pernah melihat senyum di wajah Calia selain hanya senyum simpul ketika membalas semua kebaikan yang telah diberikannya untuk wanita itu. Ia tak sebodoh itu untuk tak memahami senyum sebagai ucapan terima kasih tersebut. Tak pernah lebih.Selama ini ia terlalu dibutakan terhadap perasaan cintanya pada wanita itu. Tanpa benar-benar menyelami perasaan wanita itu yang sesungguhnya. Bahwa ternyata ada nama lain yang sudah mendekam di hati wanita itu. Adiknya sendiri.Matanya terpejam, mendaratkan satu kecupan di bibir Calia. Lembut dan hangat. Seperti tu
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status