Home / Fantasi / Raja Baru untuk Dunia Kegelapan / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Raja Baru untuk Dunia Kegelapan: Chapter 221 - Chapter 230

240 Chapters

221. Kepedihan

Raja Arlen terhuyung, terjerembab di tanah dingin, napasnya tertahan saat mata pedang Yuichi berkilat di hadapannya. Tak pernah terlintas dalam benaknya bahwa Yuichi akan diliputi amarah yang begitu membara.“Kau sudah tahu akibatnya, namun tetap memaksa putriku untuk berkorban!” teriak Yuichi, suaranya menggema, penuh kemarahan yang menggetarkan udara. Pedangnya tetap teracung, meski Ratu Esmeralda berusaha menghalangi dengan tangan gemetar.“Bukan hanya Raja Arlen yang mengetahui hal ini, Putri Yui sendiri yang bersedia melakukannya,” ujar Ratu Esmeralda, suaranya lembut namun tegas, berusaha meredakan badai amarah Yuichi. Namun, kata-katanya seolah terhempas angin, tak berdaya.Daun kecoklatan di tangan Raja Arlen bergetar, seakan ada sesuatu yang memicunya. Dia menatap daun itu dan berusaha menguncinya.“Ayahanda! Tenanglah!” seru Yuan, memeluk ayahnya erat, perlahan menurunkan pedang yang digenggam Yuichi. Yuan menyadari bahwa daun di tangan Raja Arlen bereaksi terhadap kemarahan
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

222. Dua Bunga Satu Tangkai (1)

Rafael duduk diam, memandangi abu di depannya dengan tatapan kosong. Tangannya bergetar saat menyentuh abu tersebut, seolah merasakan sisa-sisa kehangatan yang pernah ada. “Yui,” gumamnya samar, suaranya lembut seperti desiran angin yang menyusup di antara dedaunan.Di sebelahnya, Yuan melepaskan pelukan dari Yuichi. Setelah memastikan ayahnya tenang, dia melangkah mendekati Rafael, duduk di samping pria itu, merasakan dinginnya tanah yang menyerap ke dalam kulit.“Ini salahku,” gumam Yuan, suaranya timbul tenggelam seperti ombak yang menghantam karang. Ada beban berat yang menggantung di setiap kata yang diucapkannya.“Katakan padaku, sebenarnya apa yang kalian rencanakan?” tanya Rafael, suaranya serak, penuh dengan rasa ingin tahu yang bercampur dengan kepedihan. Dia tahu semua itu tidak akan mengubah kenyataan bahwa Yui telah pergi, tetapi setidaknya dia ingin mengerti.“Yui,” ucap Yuan, masih terlihat ragu, seolah kata-kata itu adalah duri yang harus ditelan. “Yui menerima daun te
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

223. Dua Bunga Satu Tangkai (2)

“Rafael,” bisik Xavier.Tanpa ada kata lain yang terucap, Rafael tanpa menoleh menjawab, “Bawa Yuan, aku masih ingin di sini, masih ingin menemani Yui.”Melihat sahabat kecilnya masih terpaku pada abu Putri Yui, Xavier mengangkat tubuh Yuan dan mulai membawanya ke Blackdragon. Dia juga meminta seseorang untuk memanggilkan Ernesh. Selain Yuasa hanya dia yang bisa membantu mengobati Yuan. Yuasa sudah kembali bersama Yuichi dan pasukannya ke dunia atas, mereka mungkin tidak akan kembali lagi.Sementara itu, Rafael masih terdiam tanpa kata. Tempat pertempuran itu kini sepi, lebih sepi dari kuburan. Dia seorang diri di antara reruntuhan ibukota. Langit seakan melihat dirinya bersedih dan ikut menangis, tetesan butir-butir bening dari langit membuat Rafael menutup kotak abu Yui, tak ingin abu gadis cantik di hatinya basah. Dia juga memeluk kotak itu erat-erat melindunginya dari hujan.“Yui,” gumam Rafael. Seakan air dari langit mengerti keinginnnya, bayangan Yui terlihat begitu jelas di mat
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

224. Dia yang Tercinta

Sosok Yui terbentuk sempurna, seakan tidak terjadi apapun padanya. Dia terdiam sejenak, mengamati situasi baru yang mengelilinginya saat baru saja membuka matanya.“Paman?” gumam Yui, suaranya lembut seperti bisikan angin. Dia sendiri masih tidak percaya, semua ingatannya masih sangat jelas, seolah terukir dalam benaknya. Yui sadar saat tubuhnya perlahan terbakar menjadi serpihan, seperti daun kering yang terhempas oleh api.“Apa aku hidup lagi?” batin Yui, mencerna keadaannya saat ini. Di balik punggung Rafael, dia menatap tangannya, menggerakkan perlahan, dan merasakan kehangatan yang mengalir di sepuluh jarinya. Dia juga merasakan kuatnya pelukan Rafael, seolah pria itu adalah pelindung yang tak tergoyahkan.“Paman,” bisik Yui perlahan, suaranya hampir tak terdengar di telinga Rafael.Pria itu melonggarkan pelukannya, perlahan menurunkan Yui hingga kakinya menyentuh tanah gersang nan tandus. Dia menatap lekat-lekat wajah cantik yang sempat menghilang dalam hidupnya, seolah ingin mem
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

225. Kondisi Yuan

Kediaman Blackdragon.Ernesh sedang berada di dapur kediaman Blackdragon menyiapkan ramuan untuk Pangeran Yuan. Aroma ginseng dan juga daun-daun yang lain menyeruak saat tutup dari ramuan itu dibuka. Api mulai dikecilkan dan dengan sabar dia menunggu hingga ramuan tersebut siap untuk diminum.“Kau yakin obatmu itu bisa membuat Pangeran Yuan sembuh,” ucap Xavier yang sedari tadi berjalan mondar-mandir. Langkahnya cepat dan tidak teratur menencerminkan dirinya sedang gelisah dan tidak tenang.“Kita hanya bisa mencoba, Xavier, tenangkan dirimu,” jawab Ernesh. Setelah mendengar kondisi Pangeran Yuan lalu memeriksanya, dia mengambil kesimpulan bahwa Pangeran Yuan tidak benar-benar terluka. Dia hanya kelelahan setelah menggunakan kekuatannya dalam jangka waktu lama dan tanpa jeda.“Ini sudah ramuan kedua yang kau buat dan dia belum juga siuman,” balas Xavier semakin merasa frustasi, dia takut, takut terjadi sesuatu pada Pangeran Yuan.Ernesh menatap iba ke arah Xavier. Temannya itu benar-be
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

226. Pembatalan Pertunangan (1)

Ibukota Kerajaan Cahaya.Gerbang dimensi yang masih menghubungkan dunia bawah dengan dunia menjadi jalan tercepat pasukan bangsa kristal untuk kembali. Tidak ada satu pun pasukan yang terluka karena Raja Yuasa yang telah menyembuhkan semua luka pasukannya. Mereka keluar dari gerbang dimensi dengan senang hati tanpa ada lagi rasa duka maupun kebencian.“Akhirnya kembali, udara di dunia atas memang yang terbaik,” ucap Yuasa menghirup dalam-dalam udara yang ada dan menghembuskannya perlahan.“Ya, sekarang cepatlah kembali, Yuan memerlukanmu dan juga jubah ini!” perintah Yuichi mendesak Yuasa. Dia juga menyerahkan jubah hitam perak kepada Yuasa.Yuasa mengangguk, “Ayahanda tidak apa-apa? Mungkin lebih baik tinggal di istana saja dulu baru ke Kota Naga besok atau lusa,” saran Yuasa.Baru beberapa langkah Yuasa berpisah dengan Yuichi dia merasa kepalanya berdenyut dengan rasa sakit luar biasa. Dia memijit pelipisnya dengan satu tangan.“Yang Mulia? Anda baik-baik saja?” tanya Rosaline yang
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

227. Pembatalan Pertunangan (2)

Mata gadis itu berkaca-kaca, seolah lautan emosi bergelora di dalamnya. Tangannya terkepal erat, menggigit bibir bawahnya hingga terasa pahit. Dia menahan diri untuk tidak berteriak, suara hatinya terperangkap setelah mendengar ucapan dari ayahnya, Reymond Rubyheart.“Tenangkan dirimu, Rosaline,” bisik Damian lembut di telinga adik perempuannya. Ia menahan bahu Rosaline, berdiri kokoh di depan gadis itu, seolah menjadi perisai dari badai yang mengamuk di dalam hatinya.“Ayah, apa tidak bisa diteruskan saja?” sambung Damian, suaranya penuh harap. “Bagaimana pun juga, Yuasa sudah pernah melakukan ujian untuk meminang Rosaline, dan semua itu telah disetujui.”Pria dengan mata dan rambut merah yang senada itu menoleh ke arah Damian. Wajahnya terlihat kaku, seperti batu yang tak bisa digoyahkan. “Saat itu aku bisa mentolerir karena dia memiliki kekuatan naga, tapi semua sudah hilang. Kristalnya tidak cocok untuk kristal merah kita,” balas Reymond, bersikukuh menolak Yuasa sebagai calon pas
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

228. Jubah Keemasan (1)

Yuichi mengajak Aurum keluar ruangan, meninggalkan Damian dan Rosaline yang masih gamang dengan semua pemikiran mereka.“Kau yakin Yuan tidak memerlukan jubah ini lagi?” tanya Yuichi memastikan. Dia tidak ingin Yuasa merasakan apa yang Yuan rasakan, menguliti dirinya untuk mencabut jubah itu.“Awalnya jubah itu memang menjadi pelindung terbaik saat penyatuan, tetapi begitu jubah itu dilepaskan, Yuan tidak akan bisa menggunakannya lagi,” Aurum menjawab tanpa keraguan, seakan dia paham dengan hal ini.“Kenapa? Jelaskan padaku,” pinta Yuichi. Dia tidak akan memberikannya pada Yuasa begitu saja karena jubah itu untuk Yuan.“Tubuhnya akan menolak, jubah itu sudah menyerap setidaknya energi tubuhmu, apa kau bisa memastikan Yuan akan baik-baik saja?” balas Aurum. “Lagipula Yuan adalah penguasa dunia bawah. Sebentar lagi, kau bahkan tidak perlu jubah untuk ke sana. Kita tunggu saja perubahan dunia itu,” balas Aurum, yang terdengar meragukan di telinga Yuichi.Yuichi mengerutkan alisnya, menat
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

229. Jubah Keemasan (2)

Yuasa membuka matanya perlahan, merasakan aroma teh yang kental memenuhi ruangan. Cahaya matahari yang terik menyapu wajahnya saat seseorang membuka tirai, membuat ruangan yang terasa begitu familiar itu menjadi lebih terang.“Bangunlah, Yang Mulia," suara lembut samar-samar terdengar di telinga Yuasa, suara yang sudah lama tak didengarnya.“Rosaline!" Yuasa bangkit mendadak, merasakan sakit yang menusuk di kepalanya. Ia memijat pelipisnya, melihat gadis cantik berambut merah yang sedang meletakkan secangkir teh ginseng sisik naga di nakas.“Selamat pagi, Yang Mulia," ucap Rosaline, matanya berbinar penuh cinta saat menatap kekasih hatinya.“Pagi, Rosaline," jawab Yuasa, mengambil cangkir dari nakas dan mencicipi sedikit teh untuk meredakan sakit kepalanya. "Sedikit pusing karena bangun mendadak," ucapnya, melihat Rosaline yang tampak khawatir.“Yang Mulia baik-baik saja?" tanya Rosaline, duduk di sebelah Yuasa yang masih berada di atas tempat tidur.“Aku baik-baik saja, Rosaline. Leb
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

230. Jubah Keemasan (3)

Para penonton yang hadir seakan berhenti bernapas, serangan ketiga yang diberikan Reymond pastilah menghancurkan seluruh sendi, serangan mematikan yang dia berikan tidak main-main. Yuasa terkapar tidak bergerak, membuat mereka yang menonton menjadi iba. Banyak juga cuitan yang dilontarkan kepada Reymond yang tidak memiliki belas kasihan.“Aku sedang menguji calon menantuku!" ucap lantang Reymond, telinganya gatal karena mendengar cemoohan penonton padanya. "Kalian kira aku akan menyerahkan putriku kepada seorang pria tidak berguna!” lanjut Reymond menatap para penonton yang kini terdiam. “Jika dia tidak layak, maka tidak ada gunanya lagi meminang putriku!" Reymond berbalik, dia sudah tidak lagi berminat untuk melanjutkan dengan kondisi Yuasa yang sudah tidak bisa bergerak.“Tunggu!" teriak Yuasa yang masih terbaring di lantai arena pertandingan. Dengan susah payah dia berusaha berdiri kembali meskipun jelas luka-luka di tubuhnya. "Saya masih bertahan," lanjut Yuasa menatap Reymond deng
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more
PREV
1
...
192021222324
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status