Semua Bab SEBATAS ISTRI FIGURAN: Bab 31 - Bab 40

47 Bab

31. Hampir Saja

"Stop! Perutku kram, Mas!" pinta Hilmi yang kini sudah meringis memegangi perut bagian bawahnya.Seketika Arfan menghentikan tarikannya pada tangan Hilmi. Beruntung mereka sudah keluar dari dari mall. Lelaki itu menatap khawatir pada Hilmi. Celingukan Arfan mencari tempat duduk yang tak jauh darinya, setelah dapat gegas ia membawa Hilmi untuk duduk di kursi tersebut.Hilmi menyenderkan tubuhnya dan berusaha mengatur nafas hingga kram yang dirasakannya sudah mulai mereda."Maaf, maafkan aku. Apakah masih terasa sakit?" tanya Arfan menatap cemas pada Hilmi."Sudah mendingan. Lebih baik sekarang kita pulang saja, Mas. Aku takut Fika mendapati kita di sini," ajak Hilmi yang memejamkan matanya."Baiklah, sekali lagi aku minta maaf. Semoga tak terjadi apa-apa pada anak kita,""Insyaallah nggak. Kram sudah biasa terjadi pada orang hamil."Arfan menuntun Hilmi menuju mobil, dia membuka pintu mobil, setelah memastikan Hilmi duduk dengan nyaman, Arfan menutup kembali pintu mobilnya dan berlari
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-18
Baca selengkapnya

32. Nasihat Umi Zakia

."Wah, lagi pada ngumpul toh. Boleh saya ikutan ngumpul-ngumpulnya?" tanya umi Zakia pura-pura gak tahu akan pembahasan mereka sebelumnya."Hehe, ini lagi nanya-nanya saja ke Hilmi perihal lelaki yang sering berkunjung ke kontrakannya beberapa bulan terakhir ini." seseibu dengan gamblangnya memberitahukan maksud kedatangan mereka pagi ini ke rumah Hilmi."Walah, emangnya kenapa toh?""Ya, ya kan ... kan kesannya mereka ini kayak pasangan kumpul kebo gitu loh, Umi. Soalnya si lelaki pulangnya sering larut malam.""Memangnya mereka cuma berdua di dalam rumah?""Ya nggak sih. Sama itu siapa itu ibu-ibu yang juga sering datang ke sini,""Nah, kalau ada orang lain selain mereka berdua kenapa berpikiran yang negatif? Toh mbak Hilmi juga ada Rian kan di rumah?""Iya sih, Umi. Tapi meresahkan saja kepada kami para tetangganya,""Ya sudah. Nanti tak nasihati mbak Hilminya biar nggak terlalu sering menerima tamu laki-laki yang bukan keluarganya.""Nah iya, Umi, setuju. Kalau Umi yang ngomong p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-19
Baca selengkapnya

33. Pilihan Yang Sulit

Ummi Zakia tetap terlihat gelisah, setiap kata demi kata yang Zidan lontarkan tak mampu menenangkan hatinya. Ia masih sangat takut, takut sang anak tak bahagia, takut sang anak menyakiti istrinya."Zidan, jangan membuat Abah bahagia dengan menghancurkan kebahagiaanmu. Abah tak memaksamu menikah dengan Aina, Nak. Tolong, carilah kebahagiaanmu sendiri. Jika kau sedang patah hati, tatalah dulu hatimu. Jika kau berniat menikahi wanita lain, pastikan dulu hatimu tidak terikat pada satu pun wanita. Lepaskan dulu perasaanmu, baru mencari yang lain yang bisa membahagiakanmu."Hal yang wajar ketika seorang anak apalagi anak lelaki memutuskan menikah hanya karena terpaksa. Hanya sebuah pelarian. Sebagai seorang ibu, Ummi Zakia takut Zidan dzolim pada istrinya dan mengabaikan hak dan kewajibannya. Dan berpikir sebagai sesama wanita, tentu wanita manapun akan sakit hati ketika memiliki suami yang mencintai wanita lain. Memiliki suami yang tak bisa membahagiakannya. Memiliki suami yang tak menghar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-20
Baca selengkapnya

34. Hadiah fantastis

Senyum tak pernah luntur dari bibir wanita paruh baya yang sebentar lagi akan sah menjadi seorang nenek tersebut. Dia sudah tak sabar untuk bertemu cucunya yang selama ini begitu diimpikannya. Apalagi setelah melihat rupa sang cucu ketika di USG 4D. Hatinya semakin kebat-kebit begitu tak sabar untuk melihat langsung rupa sang cucu perempuannya."Apa ada yang mau di tanyakan?""Tidak ada dokter, semuanya sudah jelas.""Baiklah, ini resep obat yang bisa di tebus di apotek depan."Selembar nota kecil berisi catatan obat yang entah apa tulisannya hanya tim dokter dan farmasi yang paham tulisan tersebut."Terimakasih, Dokter. Kalau begitu kami permisi," Hilmi dan mama Agni berpamitan setelah menerima nota resep obat tersebut."Iya, Silahkan.""Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Hilmi dan mama Agni keluar dari ruang dokter lalu menuju apotek untuk menebus obat. Keduanya berjalan beriringan layaknya seorang menantu dan mertua yang begitu akrab. Tak henti-hentinya mama Agni mengatakan tentan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-21
Baca selengkapnya

35. Lahiran

"Kakak mau melahirkan!" Tanpa basa basi Rian langsung mengatakan alasannya menelpon membuat Arfan seketika terbelalak.Belum juga Arfan menjawab, panggilan sudah diakhiri oleh Rian.Gegas Arfan menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil, di kamar Arfan, ia melangkah dengan sangat pelan pelan agar tak membangunkan Fika yang sudah tertidur terlebih dahulu. Setelah mendapatkan kunci mobil serta dompetnya, Arfan segera keluar dan dengan sedikit berlari menuju mobilnya.Dalam perjalanan menuju ke kontrakan Hilmi, tak lupa Arfan menghubungi mama Agni untuk memberitahukan kondisi Hilmi.Setibanya di kontrakan Hilmi, Arfan membunyikan klakson mobilnya untuk memberitahukan yang di dalam kalau dirinya sudah datang. Benar saja, Rian langsung membukakan pintu untuk Arfan."Cepetan, Kak!" Seru Rian saat Arfan baru saja turun dari mobil."Iya-iya. Perlengkapan bayinya apa sudah disiapkan?" Tanya Arfan seraya melangkahkan kakinya memasuki kontrakan kecil yang ditinggali oleh mantan istrinya tersebu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-22
Baca selengkapnya

36. Nailal Amani

****"Arfan, kenapa kamu berkaca-kaca seperti itu? Cucu mama baik-baik saja 'kan? Hilmi selamat 'kan?"Mama Agni tampak begitu khawatir melihat Arfan yang keluar dari ruang bersalin dengan wajah yang berkaca-kaca. Rian pun tak kalah khawatirnya takut terjadi apa-apa pada kakak dan keponakannya."Nggak, Ma. Mereka berdua selamat. Bayiku perempuan dan sangat cantik. Aku terharu akhirnya aku sudah menjadi seorang ayah. Aku sudah punya anak, Ma. Keinginan mama pun sudah kesampaian untuk punya cucu.""Alhamdulillah, mama sangat bersyukur mendengarnya." Mama Agni mengusap kedua sudut matanya, "Ah, mama jadi gak sabar pengen gendong cucu mama.""Sebentar lagi mereka akan dipindahkan ke ruang rawat, Ma."Sudah jam tiga dini hari, tapi terlihat tak ada yang mengantuk dari ke tiga orang yang menjaga Hilmi yang sudah dipindahkan ke ruang rawat sekitar dua jam yang lalu. Mereka bertiga begitu asyik menemani bayi Hilmi yang masih terjaga, sedangkan Hilmi sudah tertidur pulas karena kelelahan."Duh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-24
Baca selengkapnya

37. Kedatangan Fika

Ma, mama juga butuh istirahat. Kalau mama sakit karena kurang istirahat siapa yang akan menemani Naila?" Hilmi berusaha membujuk mama Agni agar pulang untuk istirahat. Karena tak mungkin bagi Hilmi menawarkan mama Agni untuk menginap, karena kamar di rumahnya hanya ada dua, dan itu pun kasurnya tak seempuk kasur di rumah mantan mertuanya tersebut."Benar yang dikatakan Hilmi, Bu. Ibu sebaiknya istirahat dulu di rumah, tenang saja warga sini pada kompak kok, mereka tak akan membiarkan salah satu tetangganya kesusahan. Saya pun akan membantu Hilmi menjaga bayinya." Ummi Zakia turut membujuk mama Agni.Mama Agni menghela napas berat, dia menyerahkan baby Naila kepada Hilmi, "Ah, baiklah, mama akan pulang. Besok pagi mama akan balik lagi ke sini. Kalau ada apa-apa, langsung kabari mama jam berapapun itu!" Pesan mama Agni sebelum meninggalkan kediaman Hilmi."Iya, Ma. Terimakasih sudah begitu perhatian pada kami.""Tentu, kamu adalah ibu dari cucuku, jadi sudah seharusnya aku mencurahkan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-27
Baca selengkapnya

38. Mempertahankan Nayla

"Hilmi semakin awas menatap Fika. Ia takut kedatangan wanita itu akan mengambil putrinya. Kakinya semakin melangkah menjauh dengan perlahan hingga ia tiba di depan pintu kamar sang adik. Ia mengetuk pintu kamar Rian dengan tergesa, membuat Rian yang tengah tertidur terkejut dan gegas bangun membukakan pintu untuk sang kakak."Ada apa, Kak?" Tanya Rian sambil mengucek matanya. Lelaki itu masih belum menyadari seorang tamu yang ada di ruang tamunya."Bawa Naila ke dalam, dan jangan di buka kalau bukan kakak yang nyuruh!"Hilmi segera menyerahkan Naila kepada Rian yang terkejut dan tampak belum siap menerima bayi itu, tapi beruntung bayi itu tak jatuh. Setelah bayinya berpindah pada Rian, Hilmi segera mendorong Rian agar masuk kembali ke kamarnya dan menutup pintunya dengan rapat."Dikunci pintunya!" Titahnya yang langsung dituruti oleh Rian.Sekalipun pemuda itu kebingungan akan tingkah sang kakak, tapi tak ayal kalau Rian mengikuti perintah Hilmi."Ekhm, langsung ajah ya pada intinya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-02
Baca selengkapnya

39. Kedatangan Arfan

Kemudian pandangan Fika berpusat pada Hilmi, "Ini adalah kompensasi yang akan di terima olehmu sebagai ganti dari bayi itu. Jumlah keseluruhan uang yang ada di dalam koper ini senilai 1 Miliar sesuai yang tertera dalam lembaran perjanjian itu. Jadi, dengan uang ini kamu akan hidup lebih layak lagi dan kamu pasti bisa membeli rumah yang jauh lebih bagus dari rumah yang bagaikan kandang kambing ini." ujarnya dengan kalimat ejekan di akhirnya membuat ibu pemilik kontrakan yang juga ada disana menahan geram akan ucapan Fika yang sangat merendahkan rumah kontrakan miliknya."Cih!" Hilmi meludah ke hadapan Fika, "Sekalipun seluruh isi dunia ini kamu berikan sebagai pengganti bayiku, jangan harap aku akan memberikannya!""Sebaiknya lekas berikan bayi itu, atau aku telepon polisi sekarang, tak hanya dirimu, mereka semua," tunjuk Fika pada orang-orang selain para pengikutnya, "Akan ikut terseret ke dalam penjara!" Lanjutnya menakuti Hilmi.Braakkk!!!Suara pintu yang di dobrak oleh salah satu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-09
Baca selengkapnya

40. Pengkhianatan

"Fan, kenapa kamu diam? Jawab pertanyaan Mama!" Bentak mama Agni pada putranya tersebut."Maaf, Ma. Arfan minta maaf." Arfan menjeda ucapannya, "Awalnya Arfan tak menyetujui niatan Fika, tapi mendengar usulan Mama waktu di restoran tadi pagi membuat Arfan yakin untuk menyetujui permintaan Fika. Ini demi kebaikan kita bersama, Ma." penjelasan Arfan membuat Hilmi mematung."Ja-jadi, kamu sudah tahu maksud kedatangan Fika, Mas? Kamu mau misahin aku dari Naila?" Tanya Hilmi dengan suara yang gemetar.Arfan duduk berjongkok di hadapan Hilmi, kemudian ia memegang kedua tangan Hilmi sambil menatap lekat pada manik mata yang kembali mengeluarkan cairannya itu, "Dengerin aku dulu, percayalah padaku, Naila akan lebih baik bersamaku dan Fika. Naila akan terjamin kebahagiaannya dengan di asuh oleh orang tua yang lengkap sebagaimana saran mama. Aku akan ... ""Arfan! Orang tua yang lengkap maksud mama itu kamu dan Hilmi, orang tua Naila, bukan kamu dan Fika!" Bentak mama Agni memotong ucapan Arfan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status