Semua Bab Suami Premanku Ternyata Sultan: Bab 41 - Bab 50

125 Bab

41. Rasa Bersalah.

Leon menertawakan laki-laki di depannya yang sedang berjuang untuk menyerangnya, setelah beberapa kata-kata yang Leon keluarkan, laki-laki itu terus saja menggeliat seperti cacing yang sedang kepanasan. “Apa yang kamu katakan? Kenapa dia bisa sampai seperti itu?”Alis dan bibir Leon terangkat secara bersamaan, pandangannya tertuju pada pantulan ayahnya yang ada di cermin depannya.Tangannya tergerak untuk memberikan selembar kertas kepada ayahnya yang berada di belakangnya.Dengan berbagai pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya, pak Arjuna mengambil kertas dari Leon. Dan untuk yang kedua kalinya pak Arjuna di buat terkejut dengan apa yang baru saja di berikan oleh putranya.“I-ini maksudnya apa? Kamu nggak lagi bercanda kan?”Dada pak Arjuna bergemuruh ketika membaca sebuah surat dari rumah sakit yang menyatakan bahwa bu Laras atau yang sekarang menjadi istrinya kini di nyatakan mandul dan rahimnya rusak setelah satu tahun melahirkan Satria.“Itu laporan 19 tahun yang lalu, satu ta
Baca selengkapnya

42. Salah Satu Penggoda.

Riri menatap sebuah bayangan hitam yang tak jauh dari tempat perkelahian antara Brian dan Dion, hatinya kini terasa sangat gelisah ketika memikirkan bagaimana nasib adik-adik iparnya. Riri tak menyangka bahwa kehidupan orang-orang kaya ternyata tak seindah seperti yang dia bayangkan.Awalnya Riri tak menyadari karna lampu rumah yang sudah di matikan, tapi karna langkah Leon yang tiba-tiba terhenti dan menatap kearah dapur ketika ingin menghampiri pak Arjuna, Riri akhirnya menyadari bahwa ada seseorang yang sedang bersembunyi di dekat sana.“Apa nggak sebaiknya di tangkap saja? Bahaya kalau dia terus di sini.”“Nggak papa, ada orang yang mengawasi gerak-geriknya, jadi kamu nggak perlu khawatir.”Walaupun sudah di tenangkan oleh suaminya, hati Riri tetap saja masih resah.Bayangan seseorang yang dari tadi berada tak jauh dari dirinya dan Leon masih terlihat dengan jelas, sudah dari tadi dia memperhatikan gerak-gerik pak Arjuna dan ketiga si kembar yang berada di ruang keluarga, dan samp
Baca selengkapnya

43. Kabar Buruk.

Kaki Riri terus saja bergetar cemas ketika melihat Leon yang sedang bekerja di depannya, ingin sekali Riri menanyakan kata sandi ponsel ketiga Leon yang tadi malam tidak bisa dia buka, namun Riri berpikir jika dirinya secara gamblang menanyakan hal tersebut, Riri takut jika Leon akan marah karna dirinya membuka ponsel-ponselnya tanpa izin terlebih dahulu.Dengan perasaan yang tak tenang, Riri menutup matanya untuk mencari-cari alasan agar dapat mengetahui kata sandi itu. Tapi tanpa Riri sadari, selama dia memejamkan matanya, Leon terus saja menatap wajahnya tanpa berkedip sedetik pun.Sudut bibir Leon terangkat melihat dahi Riri yang menyengit ketika sedang berpikir keras, matanya yang tajam menelisik seluruh wajah Riri tanpa terlewat sedikit pun, bahkan tangannya yang tadi sedang mengetik keyboard laptop pun kini mulai tergerak untuk mengambil potret yang akan menjadi koleksi di galerinya.Di tengah-tengah suasana yang hening tiba-tiba saja suara ketukan pintu pun terdengar di iringi
Baca selengkapnya

44. Berhutang Nyawa.

Mata Riri terbelalak ketika melihat sesosok laki-laki paruh baya yang sangat dia kenal sedang berdiri di sampingnya. Berkali-kali Riri menggosok matanya untuk membuktikan bahwa dirinya saat ini tidak sedang salah lihat.“Ayah?!... Ayah nggak jadi meninggal?!”“Kamu mau jadi anak yatim?!”Mata Riri yang awalnya suram dan di penuhi dengan kekosongan kini menjadi berbinar seolah-olah di penuhi dengan kehidupan yang penuh warna.Riri tak tahu bagaimana dan kenapa bisa, tapi yang pasti saat ini Riri merasa sangat bahagia karna ayahnya tak jadi pergi untuk selamanya.Dengan perasaan bahagia Riri melompat kearah ayahnya lalu memeluknya dengan sangat erat.“Makanya kalau ada apa-apa itu di pastikan dulu, ini malah langsung nangis sampai pingsan!”Riri tersenyum senang, kata-kata sindiran dari ayahnya terasa seperti hiburan di telinganya, setidaknya Riri merasa yakin bahwa ayahnya tidak pergi karna bisa menyindirnya secara langsung.Riri melepaskan pelukannya, matanya menelisik seluruh tubuh d
Baca selengkapnya

45. Kata-kata Janggal.

“Sayang~. Yang aku maksud itu pulang ke rumah orang tuaku, bukannya malah pulang ke makam mamah!”Leon menekan Kata-kata dan amarahnya sembari tersenyum creepy kearah Riri yang sedang menatapnya.“Bilang dong... Tapi aku mau melayat dulu, lagian ini juga udah hampir tengah malam, lebih baik kita menginap saja di...”“Hotel!”Riri yang sudah merasa kesal karna di halang-halangi terus akhirnya memutuskan untuk pergi saja dan tak mau mendengarkan ucapan Leon lagi. Namun langkah Riri langsung terhenti ketika tangan Leon tiba-tiba saja ada di depan tubuhnya.“Kamu mau kemana?!...”“Ya mau kemana lagi?! Ya jelas mau pulang ke rumahlah, kan aku niatnya juga baik, aku mau mendoakan orang yang sudah meninggal, terlebih lagi beliau itu sudah menolong ayah loh.”“Iya, aku tahu, tapi kali jangan dulu, ini semua demi kebaikan kamu.”Tangan Riri mengepal kuat, dengan wajahnya yang sudah memerah, Riri menunjuk kearah wajah Leon dan mulut yang sudah terbuka lebar untuk melampiaskan rasa kesalnya yang
Baca selengkapnya

46. Penderitaan Leon.

Sebuah cahaya yang menyilaukan masuk melalui celah-celah tirai jendela.Mata Riri perlahan-lahan terbuka, terasa berat dan sakit sekali, walaupun begitu Riri tetap memaksakannya agar dapat terbuka.Riri bangun dari posisi tidurnya dengan perasaan tak nyaman, mata beratnya mengedar ke seluruh penjuru ruangan yang saat ini di gunakannya untuk tidur.Mulut Riri bergumam dengan kesal, pemandangan di sekitarnya yang cukup familiar membuat emosi Riri memuncak, di tambah lagi ingatan tentang ucapan dan perilaku Leon sebelum meninggalkannya di dalam mobil.“Kenapa di bawa ke sini sih, kan aku maunya pulang ke rumah ayah.”“Kakak udah bangun?”Kepala Riri tergerak untuk melihat pemilik dari suara yang terasa tak asing di telinganya.Dion berjalan kearah tempat tidur yang kini sedang di gunakan oleh Riri.“Kakak kamu mana?!”Dion berdecak kesal namun tetap berjalan kearah Riri dengan sebuah nampan putih di tangannya.“Makan dulu, cari suami nanti aja.”Perut Riri bergemuruh melihat makanan yang
Baca selengkapnya

47. Gosip.

“Ya iya lah. Impian aku itu dapat suami yang baik, pengertian, peka, suka manjain istri, nggak suka main cewek, nggak sombong, nggak kasar, dan masih banyak lagi deh. Sekarang lihat apa yang aku dapat, udah nyebelin, suka marah-marah, boro-boro di manjain, setiap hari aja di tinggal pergi, mana suka main cewek sana sini lagi.”Leon berdecak, jawaban Riri ternyata tak sesuai dengan harapannya. Padahal Leon sudah membayangkan bagaimana wajah Riri ketika salah tingkah atau pun menyesal dengan perkataannya, tapi tak tahunya dia malah mendapatkan serentetan penilaian buruk dari Riri secara blak-blakan.“Iya, terserah kamu aja, aku diam.”“Untung aja ganteng, kalau nggak udah dari dulu aku buang ke tong sampah.”‘Ya ampun kasihan banget, gimana ya rasanya di hujat langsung di depan mata sama istri sendiri.’Langkah Leon terhenti, merasa ada yang mengejeknya dari belakang, Leon mengerjakan pandangannya dan akhirnya menemukan sesosok tikus yang sedang bersembunyi.“Keluar! Kalau nggak mau di
Baca selengkapnya

48. Gosip 2.

“Hah?!... Buat apa aku jadi simpanan orang kaya kalau suami aku aja udah kaya. Nggak masuk akal banget sih, lagian itu gosipnya dari mana sih? Siapa yang nyebarin?!...”Fafa mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu.“Aku nggak tahu, tadi pagi waktu cari bunga sama Radit, aku nggak sengaja dengar tetangga samping rumah bilang kalau kakak jadi simpanan orang tua kaya yang udah bau tanah.”Tambahan kata-kata dari Fafa membuat Riri naik pitam, selain tak terima karna di gosipkan sebagai simpanan orang kaya, Riri juga tak terima karna seleranya di rendahkan serendah-rendahnya.“Terus apa lagi yang kamu dengar?!”“Katanya, kakak itu hamil duluan sama orang kaya bau tanah itu, terus kakak juga di sebut sebagai pelakor karna jadi simpanan orang kaya itu.”“Terus apa lagi?!”“Udah, kalau selain itu sih aku kurang tahu.”Kurang puas dengan jawaban adiknya, Riri berjalan untuk mencari ibunya dan menanyai tentang gosip yang sedang beredar tentangnya.“Ada satu lagi.” Ucap Fafa tiba-tiba.Riri meng
Baca selengkapnya

49. Pembalasan.

"Benar kata pak ustaz, jodoh itu cerminan diri."Riri berdecak sebal mendengar gumaman adiknya yang tak bisa di sangkal lagi, merasa sudah puas melampiaskan kekesalannya, Riri berdiri lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya sembari mendorong tubuh adiknya untuk ikut masuk.“Itu nggak papa di biarin begitu? Kalau dia kenapa-kenapa gimana? Pasti bakal marah tuh induknya.”“Kamu mau tolong dia? Kalau mau sih kamu keluar aja, tapi yakin mau bantu? Kamu lupa kalau dia pernah video-in kamu waktu lagi joget-joget di kamar pakai baju pendek? Gara-gara itu kan kamu jadi di bully satu sekolahlah, di katai nggak sadar diri, item, kayak orang gila, yakin masih mau bantuin orang kayak dia?”Kaki Fafa langsung beraksi dan menendang sebuah lemari baju yang ada di sampingnya, mengingat tentang kejadian satu tahun yang lalu membuat dada Fafa bergejolak hebat, sampai saat ini pun Fafa masih belum melupakan kejadian waktu itu, bahkan videonya pun saat ini masih ada dan sering di gunakan oleh taman-temannya
Baca selengkapnya

50. Menyangkal.

Tangan Riri bergetar ingin meraih tangan Leon untuk menenangkannya.“Mas, kasihan ibu yang kelihatannya ketakutan banget, ayah juga masih sakit loh, nggak lihat itu Fafa udah hampir nangis?”Leon menarik nafasnya panjang-panjang untuk menenangkan dirinya dan menormalkan ekspresi wajahnya.“Sudah hampir malam, lebih baik bude susul saja anak liar menyebalkan yang tak tahu malu itu, takutnya dia nyasar ke rumah orang lain dan menggoda laki-laki di sana.”Tanpa banyak bicara lagi, mereka berdua segera pergi tanpa berpamitan atau mengucapkan sepatah kata apa pun.“Maaf ya bu, kita masuk ke dalam kamar dulu, ibu sama ayah istirahat saja dulu.”Bu Khansa mengangguk pelan dan berjalan menuju kamarnya di ikuti pak Fikri di belakang.“La terus aku gimana?!”Riri tersenyum licik dengan tatapan mata penuh mengintimidasi yang terlihat di wajahnya.“Kamu mau ikut kakak ke kamar?”Mendengar itu Fafa bergegas berjalan kearah ruang keluarga dan duduk di sana.Leon mencium pipi Riri lalu memeluknya dar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status