Home / Lain / Suamiku Lebih Memilih Pelakor / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Suamiku Lebih Memilih Pelakor: Chapter 11 - Chapter 20

42 Chapters

11. Kedatangan mantan

Beberapa hari setelah kejadian waktu aku yang mendatangi pesta pernikahan mantan suamiku. Aku mendapatkan kabar dari mantan suamiku yakni dia benar-benar datang menemuiku. Ia datang bukan karena ingin berkunjung dan menemui anak-anaknya, melainkan kedatangannya tersebut hanya untuk menyerahkan surat putusan cerai dari suaminya. Iya, selama proses persidangan perceraian kami tak pernah sekalipun aku menghadiri acara tersebut, bukan tanpa alasan melainkan karena tidak pernah sekalipun aku menerima surat pemberitahuan dari pengadilan agama. Mungkin itu semua telah direncanakan oleh Mas Irwan untuk mempercepat proses perceraian kami. Dan juga ia membawakan sejumlah uang yang entah dari mana ia mendapatkan itu. "Ini uang untuk anak-anak. Gunakan seperlunya jangan pernah lagi menganggu kehidupanku," ucapnya angkuh. Dan iya, dia datang ke sini hanya seorang diri. Dengan sombongnya dia tidak mau masuk ke dalam rumah ini maupun menemui kedua buah hatinya dengan alasan yang tidak masuk akal te
Read more

12. Jangan terlalu sombong

Peringatan yang pernah Mas Irwan tujukan padaku harusnya itu ia tujukan pada istri barunya. Sebagai korban penghianatan dari kedua manusia itu, Aku sudah berkorban banyak, bukan hanya secara materi tetapi juga secara kejiwaanku dan juga anak-anakku. Belum cukup sakit yang aku rasakan karena perbuatan mereka. Kini perempuan tidak tahu diri dan tidak tahu malu itu justru kembali berulah dengan mengusik ketenanganku.."Rum, bagaimana kabar kamu dan juga anak-anak? Apa kalian baik-baik saja di kampung? Apa kamu mengurungkan niatku untuk memberi pelajaran pada mereka?"Sebuah pesan masuk ke nomerku. Pesan yang tidak lain dikirimkan oleh mantan kakak iparku. "Alhamdulillah baik, Mas.""Aku tetap ingin memberikan pelajaran untuk mereka."Segera pesan balasan aku kirim. Aku tidak ada niatan bermain api dengan suami orang. Hubungan ini murni karena persaudaraan dan lagi pula aku sudah mengenal Mas Hendra jauh lebih lama dan lebih dulu ketimbang keluarga dari Mas Irwan.Andai saja hal buruk
Read more

13. Pertemuan Irwan dan Adelia

"Maaf, Mbak saya gak sengaja." Seorang pria yang tiba-tiba saja memijak tuas rem kendaraan yang ia kemudikan hingga menimbulkan suara berdecit sebelum kendaraan itu tersebut benar-benar berhenti bersamaan dengan suara jeritan dari seorang perempuan.Irwan sontak keluar dari pintu mobilnya untuk kemudian ia mencari tahu keadaan seseorang yang tengah terduduk di depan mobilnya itu.Tepat di depan mobilnya itu ada seorang perempuan yang tengah mengaduh kesakitan sambil memegangi pergelangan kakinya.Kondisi hujan lebat di malam hari di tambah minimnya pencahayaan selain dari lampu kendaraan yang lalu lalang membuat pengelihatan Irwan sedikit terganggu."Mbak tidak apa-apa?" tanya Irwan sambil duduk berjongkok di hadapan perempuan yang hampir saja ditabrak nya itu.Irwan memindai tampilan perempuan tersebut ia juga mengarahkan paling yang ia bawa untuk melindungi perempuan tersebut dari derasnya hujan. Pria normal dan dewasa itu seketika menelan ludahnya sendiri dengan susah payah karena
Read more

14. Dua perempuan yang berbeda

Di tempat lain, Adelia merasa hidupnya tidak tenang karena ancaman dari mantan istri pria yang sudah ia rebut kebahagiaannya.Setiap sumpah serapah yang keluar dari mulut Rumana ketika menjadi tamu undangan yang tidak pernah diharapkan kehadirannya waktu itu masih terngiang jelas di telinga perempuan dengan tampilan yang selalu cetar dan selalu paripurna."Kalau saja aku gak dikeluarkan begitu saja dari perusahaan pasti aku punya uang sendiri. Pedang uang sendiri malah Doble sama gaji suami. Dasar perempuan gila yang bisa-bisanya menyumpahi aku agar hidupku tidak bahagia. Semoga saja ucapnya itu berbalik sendiri. Aku pasti akan membuktikan kalau ucapannya itu tidak berlaku dan justru hidupku semakin bahagia dari pada dia." Di dalam kamarnya, kamar yang sebelumnya pernah ditempati oleh Rumana Adelia bermonolog. Perempuan yang usianya tidak berbeda jauh dari Rumana itu bersolek di depan cermin. Berhias diri sebelum berangkat mengantarkan sang putri untuk ke sekolah. Putri hasil pernikah
Read more

15. Sanksi

"Bu, Rum mau berangkat dulu. Grab yang Rum pesan sudah datang." Aku segera berpamitan pada ibu dan tidak lupa untuk menitipkan putra pertamaku pada beliau. Untung saja Alif menurut dan sudah akrab dengan neneknya sehingga memudahkan ku untuk sewaktu-waktu bisa meninggalkannya karena ada keperluan penting. Hanya Latifah yang ikut bersamaku. Tujuanku kali ini adalah untuk memujudkan ucapanku pada kedua orang yang tidak tahu diri itu. Sudah beberapa bulan ini Mas Irwan sengaja melalaikan tugasnya seperti yang sudah dijelaskan oleh pengadilan. Nampaknya bagi mereka peringatan itu hanyalah omong kosong biasa dan mereka bisa seenaknya untuk menyepelekannya.Aku sudah membuat janji dengan Nia dan Nia bersedia untuk menemaniku nantinya.Nia sangat mendukung keputusanku ini. Dan dia juga beranggapan bahwa nafkah itu memang disengaja untuk tidak diberikan kepada anak-anakku. Menurut penurunan Nia bahkan sebagian tetangga yang mengatakan jika Mas Irwan tipe suami yang takut pada istrinya teruta
Read more

16. Tamu

"Apa itu, Mas?" tanya Adelia pada suaminya yang memegang sebuah kertas berwarna coklat lengkap dengan kop surat sebagai penanda suatu instansi."Gila! Mantan istrimu itu memang sudah gila. Kalian sudah resmi berpisah pun perempuan itu masih juga mencoba untuk menganggu ketentraman hidup kita. Enek saja perempuan itu main lapor kita ke pengadilan. Aku gak mau tahu dan aku juga gak mau berbagi uang hasil kerja kerasmu itu sama mereka.""Tapi mau bagaimana lagi ini, Del. Apa kamu mau suamimu ini menerima sanksinya. Aku bakal dapat hukuman denda juga kurungan penjara sekalipun kalau aku sampai tidak memenuhi kebutuhan anak-anakku." Irwan sudah merasa mulai frustasi menghadapi keras kepalanya istri barunya itu."Tapi anak-anak itu sudah tanggung jawab ibunya. Jadi itu bukan lagi tugas fan kewajiban kamu untuk menjamin hidup dan kebutuhan mereka. Mereka menang tidak mau melihat kita hidup tenang.""Terus rencana kamu apa, Mas?" tanya perempuan dengan make-up tebalnya itu walau ia berada di
Read more

17. Pekerjaan baru untuk Adel

"Del, kok kamu baru pulang? Ini sudah jam berapa? Angel juga kenapa kamu tinggal sendiri sama ibu. Ibu itu lagi gak enak badan." Irwan menyambut kedatangan istrinya. Adelia seharian pergi tanpa pamit dengan tujuan yang pasti. Perempuan itu juga meninggalkan sang putri pada ibu mertuanya yang jelas-jelas kondisinya sedang tidak enak badan. Adelia sengaja mengizinkan putrinya itu untuk tidak masuk sekolah karena sedari padi ia sendiri sudah bersiap untuk keluar rumah."Aku itu tadi ada urusan penting, Mas. Aku sudah ada janji sama teman aku soal pekerjaan. Dia ngasih pekerjaan baru sama aku.""Memangnya teman kamu itu ngasih pekerjaan apa sama kamu sampai segitunya kamu pergi jam segini baru balik."Seharian itu Adelia keluar rumah setelah sang suami berangkat ke tempat bekerjanya. Sementara ia baru pulang pukul sembilan malam di mana sang suami telah sampai di rumah sejak petang tadi dan juga sang putri sudah kembali tertidur tanpa bertemu dengannya seharian ini."Aku dapat pekerjaan d
Read more

18. Kejutan untuk Ratna

Waktu terus bergulir dan hari pun terus berganti. Bukan tanpa ada halangan Rumana melalui hari-harinya tersebut sebagai orang tua tinggal untuk anaknya. Tidak terasa jika sang putra kini telah beranjak dan duduk di bangku sekolah dasar sedangkan sang putri sulung sebentar lagi juga akan menginjakkan kaki di bangku taman kanak-kanak.Tak ada lagi seorang pendamping yang menemani hari-harinya selain kedua buah hatinya dan juga ibu tercintanya. Beruntung masih ada orang baik yang mengelilinginya, masih ada seorang kakak yang begitu perhatian serta membantu baik secara finansial berupa modal usaha untuk mengembangkan usaha miliknya. Selain kakak laki-lakinya ada juga sang sahabat yang menemaninya meski terpisahkan oleh jarak tidak pelak keberadaan Nia sangat berjasa dalam masa-masa sulit dan terpuruknya.."Mas, Siapa perempuan itu?" tunjuk Ratna dengan tatapan murkanya pada sang suami. Hendra baru saja pulang dari tempatnya mengais rezeki setelah beberapa waktu lamanya tidak ada kabar da
Read more

19. Amukan ibu mertua Hendra

"Kamu kenapa, Mbak? Kamu habis nangis? Maya kamu sembab banget begitu?" Ratna sengaja keluar dari rumahnya dan mendatangi kediaman ibunya yang kebetulan tidak jauh dari rumahnya. Semalaman sudah perempuan itu menumpahkan tangisnya dan pagi ini juga ia memutuskan pergi ke tempat ibunya karena hati dan perasaannya belum siap dengan kedatangan madu yang sengaja dibawa oleh suaminya.Tangis Ratna belum reda sepenuhnya. Suara sesenggukan masih juga terdengar keluar dari mulutnya.Bukan tanpa alasan perempuan tersebut pergi menghindar dan memilih pulang ke rumah ibunya. Ratna belum bisa terima jika harus menyatu dan tinggal satu atap bersama perempuan lain terlebih mereka harus berbagi raga dan juga cinta dengan satu orang pria yang sama. Ratna masih belum bisa jika harus melayani sang madu seperti perintah dari sang suami karena dalam rahim perempuan yang sudah ia anggap sebagai perebut suami orang itu telah tumbuh benih di dalamnya."Iya, dari tadi ibu juga sudah tanya sama kakak kamu ken
Read more

20. Apakah karma sudah dimulai?

Mentari pagi mulai bersinar namun sinarnya tidak seperti biasanya yang memberikan kehangatan. Mungkin karena semalaman turun hujan yang cukup lebat hingga kelembabannya mampu menyamarkan hangatnya sinar sang surya.Sudah dari pagi buta Rumana disibukkan dengan pekerjaannya. Mulai dari memasak hingga saat ini ia menyiapkan bekal untuk putra pertamanya itu untuk dibawa ke sekolah sambil memasak air panas untuk mandi kedua anaknya. Maklum udara pagi ini cukup dingin sampai-sampai kedua buah hatinya itu masih nyaman dalam buaian gelungan selimut."Bu, biar nanti Rum saja yang kerjakan." Suara Rumana terdengar tengah mencegah ibunya. Ia, perempuan paruh baya itu nampak di pengelihatan Rumana sedang menyapu lantai rumah mereka. Kerap kali Rumana mengingatkan agar ibunya itu tidak terlalu banyak melakukan pekerjaan yang dirinya masih sanggup untuk mengerjakannya sendiri."Dingin, Rum. Ibu mau cari keringat biar badan ibu sedikit hangat." Ucapkan dari ibunya itu saja hanyalah sebuah alasan. P
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status