All Chapters of MADU TAK TAHU MALU, SIAP KUJADIKAN BABU. : Chapter 21 - Chapter 30

36 Chapters

Pembukaan

Aku mendekat, menajamkan mata melihat adegan demi adegan yang terpampang di layar berukuran 14 Ins. Aku menatap tanpa suara, saat Tari tengah malam terlihat sedang membuat minuman, bahkan juga makanan. Itu artinya?Aku mengkerutkan kening, mengingat kejadian enam bulan yang lalu. Saat Tari kulihat depresi bahkan tak sekalipun keluar kamar. Tapi ini?Aku mengelengkan kepala. Merasa tertipu pada sosoknya yang polos namun penuh tipuan.Si*l!Aku tertipu mentah-mentah ular berkepala tujuh itu. Ternyata saat malam hari, ia baru keluar kamar dan tak depresi sama sekali. Bahkan dengan santainya membuatkan Mas Damar makanan.Aku meremas tanganku sendiri. Geram? Tentu sangat geram. Kecolongan sampai segitu jauhnya."Ternyata dia itu wanita iblis, Bun! Nyatanya, dia baru beraksi saat malam hari. Saat siang ia akan bersembunyi di balik kamar. Menjadi wanita yang tak berdaya!" Benar juga apa yang di katakan Aziz. Tak salah sedikitpun. Ternyata Tari telah menipu dayaku selama ini. Kebaikanku dia
Read more

Dunia sempit

PoV DamarHidup bersama Tari itu bukan pilihan Sekarang, karena Fatwa sudah mengusirku dari rumah itu. Tentu, wanita mana yang bisa menerima di madu? Aku sangat tahu itu. Tapi, entah kenapa aku kasian melihat Tari kala itu.Konsekuensi yang aku terima memang berat. Aku kehilangan anak-anak. Beruntung, Wulan masih mau berhubungan denganku, berbeda dengan anak sulung laki-lakiku. Dia kuekeh tak mau bahkan mungkin sudah jijik melihatku."Ayah, Wulan kangen!" ucapnya via telfon. Tentu aku juga merindukannya tapi, aku sudah tak mungkin untuk kerumah tiap hari. Bahkan hari itu saja terjadi pertengkaran sengit saat aku ingin menemui Wulan."Ayah juga kangen, Wulan. Tapi, tak mungkin Ayah datang kesana!" Aku berkata dengan sendu."Kalau begitu, biar Wulan yang kesana, Yah. Ayah kirimkan alamatnya. Wulan mau ikut ayah saja!" Tentu aku senang mendengar ini. Namun, bagaimana dengan Tari? Aku melirik wanita yang tengah ngemil tak jauh dariku."Tar, Wulan mau ikut tinggal disini. Kamu senang kan?"
Read more

Pengakuan

"Tolong bungkuskan 3 porsi ayam geprek!" Perintahku pada seorang pelayan. Sengaja aku meminta 3 agar nanti satu porsi bisa untuk Wulan."Baik, Mbak!" Dengan cekatan ia langsung berbalik meminta pesanan pada pekerja dibalik layar. Di bagian belakang maksudnya.Tak berapa lama pesananku sudah siap. Aku sangat suka kerja keras mereka. Cekatan dan profesional. Segera aku berbalik badan. Namun, Mas Damar sudah tak ada di tempat semula. Aku celingukan dan mendapati dia tengah berbicara dengan Mas Adam.Kok mereka seperti sudah kenal?Segera saja aku menuju mereka. Terdengar obrolan hangat dimana ternyata Mas Damar pernah menolong Mas Adam saat jatuh struk.Akupun memperkenalkan mereka, baik Mas Adam ataupun Mas Damar. Namun ada raut kaget saat aku bilang jika Mas Adam adalah suami Tari. Apakah dia tahu sesuatu?"Kenapa, Mas?" tanyaku pada Mas Damar yang seperti berfikir kosong."A-anu!" Dia gelagapan. Kaget karena kusenggol."Apa Bapak hanya menikah satu kali? Atau pernah menikahi wanita la
Read more

Masuk penjara

"Istri?" Aku berusaha menjelaskan. Jika aku tak salah dengar."Yahh! Istri bagi hatiku walau belum Syah sechara agama dan negara karena terkendala identitas," ucapnya dengan santai. Tanpa rasa bersalah ataupun dosa. Mungkin ... Ah! Sudahlah, lebih baik aku cari Tari dulu.Kuketuk pintu dengan keras. Memang tak ada sahutan. Seperti tak ada kehidupan didalam sana.Aku mencoba melihat kesamping. Aku melihat Tari yang tengah berjalan dengan berjinjit."Tari!" Panggilku menghentikan langkahnya. Dia berhenti tanpa menoleh."Ini aku bawakan makanan. Kata Mas Damar kamu pengen cobain ayam geprekku!" Sengaja aku berteriak menawarkan makanan. Semua itu agar Tari tak jadi pergi. Karena seratus persen aku yakin jika ia akan kabur.Dia membalikan badan, "sebentar!" Teriaknya yang langsung masuk kedalam rumah. Ucapannya yang terlihat sudah sedikit tenang membuat aku yakin dia ingin membuka pintu depan."Bersembunyilah dulu!" ucapku pada orang asing itu. Ia kelimpungan tapi kujelaskan jika kita buat
Read more

Ingin rujuk

"Iya, Mas. Kenapa? Apa dia sudah di sel?" jawabku dengan santai."Justru itu! Tari kabur entah kemana. Sudah dua hari ini tidak kembali. Aku pusing karena di datangi polisi terus! Memang apa masalahnya? Polisi bilang dia berencana membunuhmu?" Mas Damar mengintrogasi. Aku hanya mengeleng pelan."Kamu masih ingat saat aku kecelakaan? Dialah biang keroknya. Menyuruh pacarnya yang bule itu untuk menyabotase mobilku!" Jelasku panjang lebar.Mas Damar melonggo, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja aku katakan. Mungkin dia pikir Tari itu lugu!"Be-benarkah demikian? Apa kamu punya bukti!" ujarnya."Tentu! Laporan kepolisi tanpa bukti tentu hanya akan menyia-nyiakan waktu." "Bo-boleh aku lihat?" tanyanya penasaran.Sebenarnya aku malas, apa untungnya menjelaskan padanya. Paling juga ngga akan berpengaruh padanya."Baiklah! Akan aku tunjukan bukti itu!" Aku segera masuk kedalam. Duduk di kursi dan meletakan HPku. Kuputar dulu video rekaman saat Erix masuk kerumah. Saat CCTV tak menan
Read more

Sakit

Aku harus bagaimana menghadapi Aziz. Pasti ia kecewa karena melihat aku dan Mas Damar baik-baik saja. Bagaimanapun, Aziz pasti terluka hatinya. Terlebih ia anak laki-laki! Pasti takut jika suatu saat ia meminang kekasihnya dan mengetahui menyatakan jika ayahnya pernah menikahi wanita lain selain ibunya."aku kekamar AZIZ dulu ya!" Pamitku pada mereka yang masih tengah asik menikmati santapan sambil bercanda.Tak perlu menunggu jawaban. Aku langsung saja menuju atas. Tepat kekamar Aziz.Kuketuk pintu."Boleh Bunda masuk?" tanyaku sambil mendorong pintu. Membuka sedikit agar bisa melihat kedalam."Kalau mau bahas tentang Ayah, lebih baik besok saja, Bun. Aziz capek!" jawabnya dengan membanting diri ke kasur dan menarik selimut. Aku memilih kembali menutup pintu.Kuhela nafas. Memang susah memiliki anak yang sudah dewasa. Memiliki pemikiran sendiri. Aku memilih kembali kekamar, sepertinya tak perlu lagi kembali kesana. Biar Wulan dan Ayahnya saja, aku masih belum siap dan menerima sepenu
Read more

Masa lalu

Dia bukan orang yang berasal dari Bali, tapi entah kenapa namanya seperti marga orang Bali. Kata pamanku dulu, bapaknya bocah t3ngik sangat ingin ke Bali. Makanya nama dia Teguh Ngurah Rai dan aku singkat Tengur dan lama-kelamaan jadi t3ngik."Maksud Ibu apa?" tanya suster yang dari tadi menatapku heran karena aku menyebut dokternya dengan sebutan bocah t3ngik."Oh ... Ngga papa, Sus. Salah sebut." Suster menganguk, kemudian pamit untuk keluar.Wulan dan Aziz setia menemaniku. Mereka tak beranjak dan akan langsung berangkat saat kusuruh sesuatu."Kamu ngga ke Resto, Ziz?" tanyaku padanya yang tengah fokus pada HPnya. "Siapa tahu ada bahan yang habis dan belum datang.""Ini aku lagi ngontrol lewat HP, Bun," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan. Aku sendiri takjup dengan kerja kerasnya."Semua amankan?" Tanyaku lagi memastikan."Aman, Bun. Semua sudah Aziz persiapkan. Bunda jangan terlalu banyak pikiran. Fokus saja pada pemulihan kesehatan Bunda. Aziz pengen Bunda cepet sehat dan tak ma
Read more

Tobat

"Siapa, Si?" tanya Mas Damar penasaran."Lah kan tahu dari seragamnya? Dokter lah!" Aku tak mengatakan sejujurnya. Biarlah ini menjadi rahasiaku dulu. Toh, palingan Mas Damar tak peduli."Oh ... Kenapa si kamu masuk rumah sakit ngga kabarin aku?" Mas Damar kemudian menatap Aziz dan Wulan yang tengah duduk di sofa. "Wulan, Aziz, kenapa ngga beritahu ayah tentang ini?"Wulan terlihat membisu, sambil sesekali menatap kakaknya. Pasti sudah di setir oleh Aziz dan Wulan dilema."Kenapa kalian diam?" tanya Mas Damar kembali."Aku yang menyuruh mereka tak mengabarimu, Mas. Aku baik-baik saja!" ujarku agar dia Tek mencerca anak-anak.Aziz beranjak, kemudian langsung pergi meninggalkan ruangan ini dengan pintu sedikit dibanting."Sampai di rawat begini kok bilang ngga papa. Kamu kenapa? Sakit apa?" tanya Mas Damar memberondong."Cuma kelelahan saja, Mas. Ini juga udah membaik. Palingan besok sudah boleh pulang." Aku meriah HP, tak ingin terlalu serius menanggapi obrolan bersama Mas Damar."Lain
Read more

Biang masalah

Aku tak bisa menolak ibu mertua. Kubiarkan saja, aku hanya butuh memantau dan melihat gerak geriknya. Aku memiliki perasaan jika Ibu mertua memiliki niat tertentu.Dua hari sudah aku tidak meninjau Resto, juga Aziz, aku menyuruhnya fokus belajar karena akan menghadapi ujian. Jadi tak kuizinkan dia pergi ke Resto.Aku sudah merasa enakkan hingga ada keniatan untuk menghilangkan jenuh yang sudah hampir satu minggu tak melakukan rutinitas apapun. Aku pergi ke Resto.Tiba di sana suasana tegang tak seperti biasanya. Wajah pada karyawan yang biasanya ramah tersenyum kini serius bahkan terlihat takut.Ada apa ini?"Sisil! Bagaimana kondisi Resto?" tanyaku dengan ramah. Dia yang biasa paling supel."Alhamdulilah, Bu. Semua baik-baik saja! Permisi." Aku heran dengan perubahan mereka. Kenapa? Bahkan Sisil saja seperti ketakutan setengah mati."Kemana Lukman?" tanyaku kembali pada Sisil yang mau pergi."Dia-dia sudah di pecat kemarin, Bu." Aku tersentak kaget. Bagaimana bisa karyawan seramah L
Read more

Penyebab Selingkuh

Aku terperangah karena tak menyangka jika yang datang itu si Bocah T3ngik. Lagian, kenapa coba tadi karyawan tak bilang. Aku menabok keningku sendiri."Kenapa kamu masuk kesini? Ini tempat pribadi! Tak ada yang boleh kesini kecuali keluarga dan karyawan!" gerutuku padanya.Dia tampak kelimpungan, "aku disuruh masuk kesini! Bukan inisiatif kusendiri."Aku mengkerutkan kening. Apa mungkin? Ah ... Sudahlah."Kan bisa nyuruh karyawan panggilkan bukan masuk." Aku masih mencoba mencari kesalahannya walau sebenarnya aku juga yang salah. Entah kenapa aku ingin dia serba salah. "Ada apa datang?" tanyaku padanya cuek."Tadinya mau bawa Sifa. Dia kepengen ketemu kamu katanya!" ujarnya.Aku celingukan. "Mana dia?""Dia sedang sekolah. Dia minta aku jemput kamu dan jemput dia saat pulang." Aku memijit pelipis. Bukan menolak, aku juga suka sekali dengan Sifa. Karena pada dasarnya aku pencinta anak-anak."Bagaimana?" tanyanya kemudian.Aku mengangguk, tak dapat kutolak permintaan anak kecil yang m
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status