Aku langsung mengikuti arah telunjuk Jendra, dan panik saat melihat Dinda di sana. Jangan bilang tadi dia lihat Jendra menciumku. Sekali lagi aku memukul lengan Jendra. "Aduh! Sakit, Sayang. Kenapa aku dipukul lagi, sih?" "Udah tahu ada Dinda di sana, kenapa tadi cium-cium?" omelku. "Tenang, Sayang, Dinda gak bakalan tahu. Kaca mobil ini gelap, yang dari luar gak bisa lihat kita. Ya udah, yuk, kita turun sebelum Dinda nyamperin kita ke sini." Mengembuskan napas panjang, aku akhirnya ikut turun bersama Jendra. Jendra menungguku di depan mobil, lalu mengulurkan tangannya untuk aku genggam. "Kak Dela, akhirnya ke sini juga. Aku udah kangen tahu sama kakak." Dinda langsung memelukku begitu aku berdiri di depannya. Meskipun baru bertemu satu kali dan beberapa kali berkirim pesan dengan Dinda, aku merasa sudah dekat dengannya. "Maaf, ya, kakak lagi sibuk banget akhir-akhir ini." "Sibuk menghindari Mas lagi, tuh," cibir Jendra yang langsung aku hadiahi de
Read more