Accueil / Romansa / Dalam Jeratan Bodyguard Tampan / Chapitre 101 - Chapitre 110

Tous les chapitres de : Chapitre 101 - Chapitre 110

120

Bab 101

Setelah Grita pergi dengan emosi yang menggebu-gebu, Kara langsung masuk ke dalam rumah tanpa sepatah kata pun. Melewati Kaisar, Vano, dan Pak Adi dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Anton masih termangu selama beberapa saat ditempatnya setelah Grita dan Kara pergi, dua perempuan yang berharga baginya. Ia menghela nafas kasar, mengusap wajahnya lalu masuk ke dalam rumah. 3 penjaga rumah itu langsung mengalihkan pandangannya kearah lain tidak menatap ke Anton. Langkah pria itu terasa berat, sesekali ia juga terlihat menyugar rambutnya. Setelah Anton masuk ke dalam rumah, 3 penjaga itu langsung mendekat. "Apa kotaknya lebih baik jangan kita beritahu dulu?" tanya Vano.Pak Adi menyetujui, suasana hati Anton sedang tidak baik, akan lebih baik jika ia menenangkan dirinya dulu."Setuju, kita simpan saja dulu.""Kita perketat keamanan, firasatku akan ada kejadian yang lebih besar lagi terjadi," ujar Kaisar.Vano dan Pak Adi serentak menoleh pada Kaisar, menatap pria itu dengan waja
last updateDernière mise à jour : 2025-04-12
Read More

Bab 102

Di rumah Anton, malam mulai turun. Lampu-lampu menyala, tapi suasananya tetap suram. Kara mengurung diri di kamarnya, menolak makan malam dan bahkan tak menjawab panggilan ayahnya. Anton sendiri hanya duduk di ruang kerjanya, menatap kosong ke arah tumpukan berkas yang tak sempat disentuh. Pikirannya melayang ke Grita, ke cara perempuan itu pergi—marah, terluka, dan kecewa. Dan ia tak bisa menyalahkannya.Pintu ruang kerja diketuk pelan."Masuk," ucap Anton pelan.Pak Adi membuka pintu dan melangkah masuk dengan ragu. "Maaf, Tuan. Saya cuma mau memastikan semuanya aman."Anton mengangguk tanpa menoleh. "Terima kasih."Pak Adi berdiri beberapa detik, lalu berkata pelan, "Kalau butuh sesuatu... kami siap."Anton akhirnya menoleh, menatap satpam setianya itu. "Terima kasih, Pak Adi. Untuk semuanya."Pak Adi membalas dengan anggukan kecil lalu pergi, membiarkan Anton kembali tenggelam dalam pikirannya. Tapi tidak lama setelah itu, ponsel Anton bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor tak d
last updateDernière mise à jour : 2025-04-13
Read More

Bab 103

Pada malam yang gelap dan sunyi, di sudut kompleks perumahan elite tempat Anton tinggal, cahaya temaram dari pos satpam menjadi satu-satunya penerang yang menembus pekatnya malam. Di dalam pos kecil itu, suasana terasa tegang namun penuh semangat. Anton, sang pria dengan wibawa seorang pemimpin, duduk bersandar di kursi plastik yang mulai lapuk. Di hadapannya, tiga pria yang selama ini menjadi perisai sekaligus rekan kepercayaannya: Kaisar, Vano, dan Pak Adi.Kaisar, bertubuh tegap dengan tatapan tajam seperti elang, bersandar di dinding sambil melipat tangan. Ia bukan orang yang banyak bicara, tapi setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu berbobot. Di sebelahnya, Vano, si lebih muda dan bersemangat, duduk di tepi meja pos, menggoyang-goyangkan kakinya, ekspresi wajahnya menunjukkan antusiasme yang nyaris tidak terkendali. Lalu ada Pak Adi yang usianya paling tua di antara mereka, tapi justru memiliki insting yang sangat tajam karena pengalaman puluhan tahun menjaga keamanan tempa
last updateDernière mise à jour : 2025-04-13
Read More

Bab 104

Di sebuah ruangan gelap yang hanya diterangi layar monitor dan lampu neon redup, Sean menatap layar dengan sorot mata tegang. Ia baru saja menerima kabar dari salah satu informannya. Dengan cepat, ia menghubungi Dodi.“Dia mulai bergerak,” suara Sean terdengar rendah tapi penuh ketegangan.“Siapa?” tanya Dodi di seberang, meski ia sudah tahu jawabannya.“Anton. Dia mulai melacak asal kiriman kotak hitam itu. Tentu dia akan bersama dengan timnya.”Dodi terdiam sejenak, lalu tertawa pelan. “Bukankah itu bagus? itu yang kita tunggu-tunggu. Kau akan melihat bagaimana gilanya Anton nanti.”“Lalu bagaimana dengan kotak selanjutnya?” ucap Sean sambil menatap sebuah kotak hitam yang tergeletak dihadapannya.“Tetap kirimkan, tapi jangan kau yang mengirimnya. Suruh salah satu dari mereka untuk melakukannya," perintah Dodi.'Mereka' yang dimaksud adalah anak buah Dodi. Mereka berjumlah sekitar 50 orang ada di dalam satu bangunan yang sama dengan Sean saat itu. Mereka beralih ke bangunan kedua un
last updateDernière mise à jour : 2025-04-13
Read More

Bab 105

Langit malam pekat tanpa bintang. Awan gelap menggantung berat, menekan kota dengan hawa dingin yang menusuk. Di sebuah sudut jalan yang remang, sebuah mobil hitam berhenti beberapa meter dari gerbang rumah mewah milik Anton. Mesin menyala pelan, lampu dimatikan. Di dalamnya, duduk seorang pria dengan wajah tenang namun sorot mata tajam, Sean.Ia melihat jam tangannya. Sudah waktunya.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia menoleh ke kursi belakang. Dua pria bertubuh kekar duduk tegap, mengenakan jaket gelap. Anak buah Dodi, pria yang selama ini menjadi perpanjangan tangan Sean untuk urusan lapangan.“Letakkan kotaknya. Jangan banyak gerak,” ucap Sean singkat.Keduanya mengangguk. Mereka keluar dari mobil, masing-masing membawa sebuah kotak hitam seukuran microwave, tanpa tulisan apa pun. Isinya masih misteri, bahkan bagi mereka yang mengantarkannya. Itu bukan pertama kalinya bagi Sean untuk mengantar kotak semacam itu ke rumah Anton. Setiap kali, tanpa penjelasan. Hanya perintah. Tap
last updateDernière mise à jour : 2025-04-14
Read More

Bab 106

Langkah kaki bergema di lorong sempit menuju ruang bawah tanah yang tak pernah digunakan kecuali untuk urusan paling rahasia. Dua pria bermasker hitam itu diseret kasar oleh Kaisar dan Vano, napas mereka tersengal, wajah lebam, namun tetap menyiratkan keteguhan aneh.Anton berjalan di depan dengan mata tajam. Di belakangnya, Leo dan Daniel mengikuti dengan membawa sebuah koper. Raven dan Rei menutup barisan, memastikan tak ada jejak atau celah terbuka dalam pergerakan mereka.Lampu-lampu gantung redup menyala satu per satu ketika mereka memasuki ruang bawah tanah. Ruangan itu dingin, lembap, dengan lantai semen kasar dan dinding baja yang membuat gema terkunci di dalam. Di tengahnya, dua kursi kayu telah disiapkan. Di belakang kursi, tali menggantung.“Dudukkan mereka,” perintah Anton dingin.Kaisar dan Vano menjatuhkan para penyusup itu ke kursi, lalu mengikat tubuh mereka dengan cepat. Tali diperiksa dua kali. Mereka tidak boleh bergerak barang satu inci pun.Salah satu pria masih m
last updateDernière mise à jour : 2025-04-15
Read More

Bab 107

Anton melangkah keluar dari ruangan tanpa mengatakan sepatah kata pun. Langkahnya cepat, penuh ketegangan yang jelas terpancar dari setiap gerakan tubuhnya. Suara pintu yang tertutup di belakangnya menggema pelan di lorong yang sepi. Di belakangnya, Raven mengikuti, menjaga jarak dua langkah, tak bersuara seperti bayangan.Sebelum benar-benar menghilang dari pandangan, Anton menoleh sebentar ke arah Kaisar dan Vano."Tetap di sini. Interogasi dia. Jangan sampai dia mati sebelum kita tahu segalanya,” ucap Anton, suaranya datar tapi tak terbantahkan. “Dan jangan sentuh mayat yang satu lagi. Biar Daniel yang urus.”Kaisar dan Vano mengangguk serempak, tak banyak bicara. Begitu Anton dan Raven menghilang di balik lorong, suasana dalam ruangan mendadak terasa semakin berat. Lampu gantung yang redup menggoyang pelan, seperti menyaksikan adegan yang tak ingin diingat.Vano berjalan mendekati mayat pria yang tergeletak dengan luka tembak di dada. Ia berjongkok sejenak, memperhatikan luka itu
last updateDernière mise à jour : 2025-04-16
Read More

Bab 108

Langkah Sean terdengar tergesa ketika memasuki markas yang tersembunyi di balik bangunan tua bekas pabrik. Lantai beton yang berdebu memantulkan gema sepatunya yang berat. Udara di dalam terasa lembap dan dingin, seolah menyimpan bau masa lalu yang membusuk perlahan. Lampu-lampu neon di langit-langit menggantung rendah dan bergetar pelan, beberapa bahkan berkedip seperti nyaris padam, menambah kesan suram pada tempat itu. Langit malam di luar begitu kelam, tapi kegelapan di dalam pikirannya jauh lebih pekat. Ia baru saja lolos dari situasi genting, tapi bukan tanpa harga. Dua rekan mereka tertangkap, dan satu di antaranya berpotensi jadi lubang kebocoran fatal.Pintu baja yang berat terbuka dengan suara berderit, seperti keluhan besi tua yang dipaksa bekerja lagi. Di dalam ruangan utama markas, beberapa anak buah Dodi tampak duduk bersantai di sofa usang dan kursi kayu reyot, sebagian tidur-tiduran tanpa melepas sepatu. Layar-layar monitor pengawas menampilkan rekaman dari beberapa ka
last updateDernière mise à jour : 2025-04-16
Read More

Bab 109

Lampu kota menyala redup, memantul di jendela taksi yang melaju lambat melewati jalanan malam. Hujan tipis turun sejak setengah jam lalu, menyisakan jejak basah di aspal yang mengilap oleh pantulan cahaya lampu jalan. Genangan kecil tampak di pinggir trotoar, memantulkan bias lampu merah dan kuning dari rambu lalu lintas yang berkedip pelan.Di dalam taksi, kabin terasa hangat, namun Grita duduk di kursi belakang dengan tubuh tegak dan rahang mengatup kaku. Ia tidak bersandar, tidak juga bicara. Pandangannya menatap jendela, mengikuti butiran air hujan yang perlahan meluncur di kaca. Tapi pikirannya jauh, tertinggal di markas yang tadi ia kunjungi tempat yang kini sunyi, dingin, dan tak memberinya satu pun jawaban.Tangan kanannya menggenggam ponsel. Layarnya kosong, tanpa notifikasi. Dodi masih belum membalas.Satu-satunya alasan ia datang ke markas tadi adalah untuk bertemu Dodi. Ia butuh Dodi. Dia yang dulu membawa Grita masuk ke dalam permainan ini. Yang membimbing, melindungi, da
last updateDernière mise à jour : 2025-04-17
Read More

Bab 110

“Jadi, apa langkah kita selanjutnya?” tanya Anton, suaranya berat dan dingin. Ia menyandarkan punggung ke kursi, jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan ritme lambat tapi penuh tekanan. Matanya tajam menatap orang-orang di sekitarnya.Daniel menjadi orang pertama yang angkat bicara. Pria itu menarik napas panjang, seolah mencoba menenangkan pikirannya. Ia menatap Anton dengan serius.“Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengurus mayat itu,” katanya dengan nada tegas. “Pria yang mati di ruang bawah tanah itu. Kita tidak bisa membiarkannya di sana lebih lama. Bisa menimbulkan masalah kalau ada yang tahu selain kita.”Rei yang sejak tadi berdiri dengan tangan di saku jaketnya, mengangkat alis. “Kau yakin? Dia bisa jadi petunjuk untuk kita. Kalau kita membuangnya, bukankah itu seperti membuang bukti?”“Bukti apa?” Daniel membalas cepat. “Bahwa dia berhasil menyusup ke rumah ini dan mati tanpa sempat bicara? Kita bahkan nggak tahu siapa yang mengirim mereka.”Ucapan Dani
last updateDernière mise à jour : 2025-04-18
Read More
Dernier
1
...
789101112
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status