All Chapters of Mendadak Jadi Pengantin Kekasih Sahabatku : Chapter 91 - Chapter 100

104 Chapters

Bab 91. Bertengkar.

"Tau apa Lo!" Aku membalas dengan mencengkeram Hoodie yang dikenakan Arya."Jangan Lo pikir Gue nggak tahu ya, Gue tahu semuanya!"Aku tercekat. Darimana Arya tahu Evita telah kembali, dan beberapa kali aku menghabiskan waktu bersamanya."Lo, nggak perlu tahu, Gue tahu dari mana, yang jelas, Gue nggak akan tinggal diam. Gue akan rebut Amira dari Lo, biar Gue yang bahagiain dia. Ngerti Lo!"Arya melenggang begitu saja meninggalkan teras rumahku usai mengatakan itu. Aku mengacak kasar rambutku.Aarrgghh! Kenapa semuanya jadi begini? Aku baru saja mengambil keputusan untuk melepaskan Evita dan ingin memperbaiki semuanya. Tapi justru Arya datang ingin mengambil Amira dariku.Enggak. Aku nggak akan biarkan itu terjadi. Amira adalah istriku, selama aku belum mengatakan kata talak, di masih sah istriku.Aku masuk ke dalam rumah, dengan pikiran makin tak karuan.*Esok harinya. Aku tak menyerah, hari ini aku akan datangi kembali rumah Caca, aku harus menemui Amira. Aku yakin Caca tahu diman
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

Bab 92. Adu domba

"Sekarang kemasi barang-barangmu, kita pulang sekarang!" titahku."Enggak. Aku masih mau di sini." Amira menolak."Aku ini suamimu, wajib hukumnya seorang istri menurut apa kata suami!" Aku bersikeras."Tadinya aku pikir kamu benar-benar sudah berubah, tapi ternyata aku salah! Kamu tetap tak pernah memperdulikan perasaanki, Raka!""Apa maksudmu! Oh, aku tahu, Kamu tak mau pulang karena di sini lebih mudah bertemu dengan Arya? Begitu kan 'kan?!" Aku dongkol bukan main, tapi aku harus bisa meyakinkan Amira agar mau kuajak pulang."Jangan asal bicara! Aku bukan wanita seperti itu!" sanggah Amira."Suami macam apa yang lebih mementingkan wanita lain ketimbang perasaan istrinya?" Amira menatapku tajam."Soal Evita? Itu– itu sudah selesai dan sekarang aku mau kita mulai semuanya dari awal," kataku bersungguh-sungguh. Aku tak sanggup jika harus berjauhan lagi dengannya. Aku tersiksa tanpanya.Amira terdiam sambil menatapku dalam, sepertinya ia masih tak percaya dengan apa yang kukatakan."Am
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

Bab 93. Menunggu Maaf

Setelah memastikan Evita sudah benar-benar pergi, aku memutar kembali mobilku menuju ke rumah kontrakan Amira. Aku harus bisa membujuknya untuk ikut pulang ke rumah.Aku sampai di depan rumah yang satu jam lalu aku datangi. Pintunya masih tertutup rapat."Amira! Mir!" panggilku sambil mengetuk pintu.Tak ada sahutan, sepertinya Amira masih marah padaku karena ulah Evita tadi."Mir! Buka pintunya Sayang, aku tahu kamu di dalam dan mendengarku."Senyap. Amira masih berkeras hati tak ingin membuka pintu."Amira! Buka dulu, kita perlu bicara," ucapku lagi.Satu menit.Dua menit.Lima menit.Masih tak ada tanda-tanda Amira akan membuka pintu. Sampai aku lelah menunggu."Amira! Buka dulu dong! Aku ingin kita bicara. Dengerin aku dulu."Aku terus mengetuk berkali-kali pintu rumah itu. Pintu dengan daun pintu berwarna cokelat kehitaman."Amira!"Ceklek!Pintu akhirnya terbuka. Namun aku kecewa, bukan Amira yang keluar tapi seorang perempuan berusia lebih tua dari Amira, aku taksir usainya sek
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

Bab 94. Maaf

Pagi hari aku melihat Amira sedang menyapu halaman rumah itu. Dia memang selalu begitu, tak mau diam, selalu ada saja yang dikerjakan, padahal sedang hamil, harusnya dia banyak istirahat. Aku langsung melangkah mendekatinya. Tanpa bicara apapun, aku langsung meraih gagang sapu yang dipegangnya.Ia pun terkejut dan langsung menoleh."Raka!" "Kamu lagi hamil, jangan capek-capek aku nggak mau anakku kenapa-kenapa. Duduklah biar aku yang nyapu," ucapku tanpa menoleh ke arahnya, dan langsung melanjutkan menyapu daun-daun pohon mangga yang tak begitu banyak."Kamu kok udah di sini, sepagi ini?" Ia terlihat heran, apalagi aku datang tanpa membawa mobil atau motor. Ya aku memang menyewa satu kamar kos di ujung gang ini. Hanya itu satu-satunya cara untuk bisa dekat dengannya. Dan tadi pagi aku sengaja datang kemari berjalan pagi, menikmati suasana pagi di desa ini.Tak kusangka suasana di desa pagi-pagi sangat sejuk. Damai, jauh dari keramaian. Pantas saja Amira betah berlama-lama tinggal d
last updateLast Updated : 2024-05-22
Read more

Bab 95. Memaafkan

"Kamu aja tega sama aku, kenapa aku nggak bisa tega sama kamu?!"Amira menyendok sayur untuk dirinya sendiri lalu makan dengan tenang, tanpa menoleh sedikitpun ke arahku. Tak tahukah dia aku juga sebenarnya sangat lapar sekali. Apalagi makanan terlihat sangat enak."Mir, aku ikut makan ya. Please!""Aku bilang enggak ya enggak!" serunya. Aku terkejut, tiba-tiba dia seperti marah."Udah sekarang mending kamu pulang aja. Aku enek lihat muka kamu!"Aku ternganga. Ya Allah dia keserupan apa? Perasaan tadi di depan dia baik-baik saja, kenapa sekarang tiba-tiba berubah."Kamu denger nggak?" sentaknya lagi."Amira kamu ini aneh banget. Tadi kamu nggak apa-apa. Kenapa sekarang marah-marah!""Ya suka-suka aku lah! Kamu aja berbuat sesukamu sendiri, membawa mantan pacar ke rumah, mana yang lebih tega?!"Ya Salam! Ternyata dia masih dendam toh, soal itu."Amira, aku kan udah minta maaf! Aku sekarang udah sadar, aku memilih kamu. Aku udah nggak ada hubungan apapun lagi dengan dia. Aku janji akan
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

Bab 96. Kecelakaan

"Apa kau mau tetap tinggal di sini?" tanyaku padanya seraya memiringkan tubuhku, lalu mengelus perutnya. Entah mengapa sekarang aku jadi suka rela mengelus perutnya, merasakan ada calon penerusku di dalam rahimnya."Memangnya boleh aku tetap tinggal di sini?""Ya boleh saja, aku akan ikut tinggal di sini.""Lalu kerjaanmu?""Ya aku akan cari kerjaan lain di sini.""Aku rasa itu nggak mungkin Mas. Mengingat kamu adalah calon penerus perusahaan Papa.""Ya mau gimana lagi, kalau istriku maunya di sini. Masak aku di sana sendirian. Aku nggak akan kuat LDR-an sama kamu." Aku menggenggam jemari tangannya lalu mengecupnya lembut."Memangnya kamu maunya kita berjauhan lagi seperti kemarin?" tanyaku padanya. Ia hanya menggeleng.Pelan aku menarik tangannya hingga membuat tubuhnya mendekat dan semakin dekat. Kedua netra kami beradu, dan dalam hitungan detik aku mendarat sebuah civman di bibirnya yang ranum. Aku begitu merindukan bibir merah muda itu.Cukup lama kami di posisi ini, seakan salin
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

Bab 97. Pasca Kecelakaan

Aku membuka mata perlahan, rasanya tubuhku ngilu, sakit semua. Baru kusadari aku berada di sebuah ruangan dengan selang infus sudah terpasang di punggungku tanganku.Astaghfirullah, Amira dimana? Apa dia baik-baik saja. Begitu aku tersadar, orang pertama yang aku cari adalah Amira. Mengingat saat kejadian kecelakaan itu, kondisi Amira sepertinya lebih parah dariku.Aku menoleh ke kanan dan kiri, aku hanya sendirian. Ya Tuhan bagaimana keadaan istriku? Apa dia baik-baik saja? Juga bayi dalam kandungannya. Apakah dia baik-baik saja?Tiba-tiba saja aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Aku takut kehilangan mereka berdua. Aku tak 'kan memaafkan diriku sendiri jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada kalian! Air mataku lolos begitu saja. Baru kali ini aku merasa sangat takut kehilangan seseorang dalam hidupku.Ini salahku kurang hati-hati di jalan. Aku harus cari Amira.Aaaaagh!Aku berusaha untuk duduk tapi ternyata pinggangku rasanya sakit sekali. Kepalaku juga di perban.Akhirny
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

Bab 98. Kondisi Amira

Bibirnya pucat, dengan beberapa selang tertempel di tubuhnya. Aku menatapnya dengan hati teriris nyeri.Kenapa bukan aku saja yang ada diposisi ini Amira? Dia sudah koma lebih dari satu minggu lamanya. Kini aku sudah bisa mengunjunginya ke ruang ICU meski masih menggunakan kursi roda. Dan belum bisa berdiri, untuk duduk saja rasanya masih kaku dan sakit.Tapi aku berusaha untuk menahan sakitnya demi bisa menemui istriku yang masih terbaring koma di ICU. Sakitnya raga ini tak sebanding dengan sakitnya rasa di dada melihat orang yang kita cintai terbaring lemah tak berdaya.Aku genggam erat jemarinya yang lembut, kubisikkan kata-kata cinta, dan penuh semangat. Aku yakin di alam bawah sadarnya dia pasti bisa mendengarku.Aku ingin dia tahu, aku akan selalu ada di sampingnya dalam keadaan apapun."Sayang, sudah cukup lama kamu tidurnya. Sekarang kamu harus bangun. Kamu bilang kita akan sama-sama menjaga anak kita, makanya kamu harus bangun, kamu harus sehat, karena hanya beberapa bulan l
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab 99. Amira

"Kondisi Amira memburuk, Ka!"Degh!Jantungku seakan melompat dari tempatnya, mendengar kabar dari Papa."Pa! Bantu aku, aku mau ke ruangan Amira."Aku langsung berusaha bangkit, dengan dibantu Papa aku bisa turun dan beralih ke kursi roda. Dengan sigap Papa mendorong kursi roda ini menuju ke ruang ICU.Sepanjang lorong rumah sakit, jantungku berpacu cepat. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk pada istriku. Papa mendorongku setengah berlari.Hingga kami sampai di depan ruang ICU, di sana sudah ada mertuaku dan Mama. Melihatku datang, mereka semua menatapku. Semua orang menatap iba padaku, ibu sudah menangis tergugu di bahu ayah. Sedangkan Mama menatapku dengan berurai air mata. Ada apa? Apa yang terjadi pada Amira?"Gimana Amira Ma? Bagaimana keadaan Amira? Apa yang terjadi?!" sentakku."Raka, sabar Nak. Sabar." Mama berucap sambil berusaha meraih tanganku."Sabar, sabar kenapa sih! Aku mau masuk! Aku mau menemui Amira!" Aku berusaha memutar kursi roda ini sendiri berusaha untuk me
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 100. Pengakuan cinta

Amira Pov.Aku terbangun mendapati Raka telah tergugu pilu di sisiku.Ada apa? Kenapa Raka terlihat begitu kacau. Baru kusadari ternyata aku berada di sebuah ruangan ICU, dengan selang dan menempel di lengan dan tubuhku.Mendengar penuturan Raka, ternyata aku mengalami koma selama delapan hari lamanya. Aku kaget, benarkah aku tidur selama itu. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata aku sempat dinyatakan meninggal oleh dokter. Ya, aku mengalami ma ti suri.Berkali-kali ia mengecup jemariku, matanya sembab, terlihat sorot matanya yang teduh dan penuh cinta. Aku percaya, laki-laki yang kuperjuangkan kini ternyata benar mencintaiku. Aku benar-benar merasakan itu.Setelah beberapa jam aku sadar, aku dipindahkan ke ruang rawat. Dengan telaten ibu merawatku karena kondisi Raka juga belum sepenuhnya sembuh, ia masih harus terus melakukan terapi sampai minimal dia bisa berdiri, walau dengan alat bantu kruk.Kecelakaan yang menimpa kami beberapa waktu lalu, aku benar-benar tak tahu, Raka bi
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status