All Chapters of Mendadak Jadi Pengantin Kekasih Sahabatku : Chapter 61 - Chapter 70

104 Chapters

Bab 61. Buket bunga

Selesai makan kami langsung pulang, tak lupa membungkus makanan untuk Mama di rumah. Sampai di rumah ternyata ada mobil Papa terparkir di sana. "Papa udah pulang dari luar negeri, kok nggak ngabarin dulu, kan bisa kita jemput di bandara," ucapku pada Raka begitu mesin mobil berhenti di depan rumah."Papa udah biasa ke luar negeri, ada supir yang stand by antar jemput Papa di bandara. Yuk masuk." Raka menggandeng tanganku memasuki rumah.Sampai di teras rumah kulihat Papa sedang duduk santai dengan secangkir teh di ruang tamu."Assalamualaikum, Pa, kok nggak ngabarin dulu mau pulang hari ini." Aku dan Raka bergantian meraih tangan Papa dan Mama dan menciumnya takzim.Namun Papa justru menatap kami berdua dengan senyuman."Kenapa Papa?""Nggak. Nggak apa-apa, Papa sampai bandara langsung telpon Mama, dan Mama bilang masih di rumah kamu, jadi Papa langsung kemari." Kami berdua duduk di sofa berisitirahat sebentar, bercengkrama dengan Papa."Raka, Amira, terimakasih ya, sudah menjaga M
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

Bab 62. Cemburu

Raka merebut buket bunga yang ada dalam genggamanku, aku pun pasrah, sekaligus bingung, takut, siapa ya yang mengirim bunga ini."Nggak ada nama pengirimnya?" tanya Raka sambil mencari sesuatu mungkin ada secuil kertas terselip di dalam buket, nyatanya nihil tak ada apa-apa."Buang aja bunga ini, besok aku belikan lagi yang baru yang lebih besar dan lebih bagus dari ini," ucap Raka, ia melangkah keluar rumah dan langsung membuang bunga itu ke dalam tong sampah yang ada di luar pagar."Sudah nggak usah terlalu dipikirkan, mungkin itu cuma orang iseng," ucap Raka ketika sudah memasuki rumah dan menghampiriku yang masih berdiri di ruang tamu."Udah yuk masuk." Tanganku di gandeng, satu tangan lainnya mematikan lampu ruang tamu, karena hari sudah larut."Sepi ya nggak ada Mama di sini." Aku menjatuhkan bobotku di tepi ranjang."Hem, ya iya sih sepi, tapi kita jadi lebih bebas berduaan." Raka menjawab, menggeser tubuhnya mendekatiku."Sekarang kamar depan kembali kosong, apa perlu aku pind
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

Bab 63. Tetangga Nyinyir

"Darimana kamu Mir?!" Aku terkejut, melihat Raka sudah berdiri di ruang tamu ini, dan menatapku penuh selidik."Oh, tadi ada tetangga lewat, ngobrol sebentar.""Oh, teh-ku mana?""Ya, sebentar aku buatkan."Aku melenggang masuk ke dalam, sambil membuat minuman hangat untukku dan Raka, pikiranku berkelana, sebenarnya siapa yang mengirim barang itu, apakah Billy?Ah laki-laki itu, apa maunya sebenarnya? Belum puaskah dia setelah beberapa tahun lalu dia menghancurkan hidupku? Kini di saat aku ingin hidup tenang bersama suamiku, justru ia hadir kembali dan membuat kekacauan ini.Aku berdecak kesal. "Amira!"Aku terlonjak kaget, mendengar Raka memanggilku dengan suara keras, tiba-tiba saja ia sudah ada di depanku."Dipanggil dari tadi malah ngelamun? Tuh lihat air sudah mendidih kamu-nya malah bengong. Kenapa? Kamu sakit? Atau kecapekan? Hem? Kalau capek nggak usah ke Kafe dulu, istirahat, kamu itu terlalu gila kerja sih." Raka mengomel."Nggak aku nggak apa-apa kok, lagi bingung aja, sia
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

Bab 64. Pelakunya

"Kamu kenapa kok mukanya bete, gitu?" tanya ibu ketika kami sudah berada di dalam rumah, aku langsung ke dapur sama ibu, sedangkan Raka duduk di teras sama ayah."Itulah, biasa, Bu Inneke tadi lewat, ish, ngeselin banget kalau ngomong!" sungutku."Memangnya dia ngomong apa?""Ya biasa soal anak." Aku menjawab malas pertanyaan Ibu."Oh, itu sih biasa, udah biarin aja nggak usah di dengerin, kamu kayak nggak tahu dia aja, kapan sih dia ngomong enak di kuping, setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu bikin panas kuping, kamu kayak baru kenal Bu Inneke." Ibu menjawab santai."Iya Bu, tapi tetap aja aku kesel!" keluhku. Aku juga punya perasaan, mulutnya orang itu benar jahat banget.Aku hanya menghela napas."Ibu tumben ke pasar? Biasanya juga beli sayur di Mbok Min," tanyaku heran."Nggak apa-apa tadi pagi tiba-tiba pengin aja jalan ke pasar beli bubur ayam yang di deket pasar itu, eh jadi sekalian belanja. Bener aja taunya kamu datang, jadi deh nanti kita masak untuk makan sama-sama
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

Bab 65. Pengakuan Arya

"Dia orangnya yang selama ini kirim-kirim barang ke rumah kita," ucap Raka datar.Aku melirik tajam pada laki-laki yang duduk tak jauh dari Raka."Aku nggak nyangka kamu orangnya? Maksud kamu apa kirim-kirim barang-barang ke aku? Arya!"Arya bungkam. Ya ternyata dugaanku salah, bukan Billy tapi Arya. Sekilas postur tubuh mereka sangat mirip, hampir sama, apalagi ketika terekam dalam cctv meletakkan barang dia memakai topi, jadi tak kelihatan wajahnya."Ya. Maaf, aku hanya ....""Hanya apa?!" sentak Raka."Hanya ingin memberi saja.""Memberi sesuatu atau barang pada istri orang?! Kayak nggak ada cewek lain aja Lu!" bentak Raka lagi, membuat Arya tertunduk dalam."Seperti apapun hubungan aku dan Amira, dia tetap istriku, sah di mata hukum dan agama, kamu nggak berhak memberi suatu apapun padanya tanpa seizinku! Dia tanggung jawabku!" ucap Raka berapi-api, dengan wajah memerah."Maafkan aku Bro.""Maaf jika yang aku lakukan membuatmu marah," imbuh Arya lagi.Raka membuang pandangan."K
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Bab 66. Tespek

Setelah hari itu tak ada lagi kiriman paket yang datang, hidup kami jauh lebih baik, lebih tenang, semuanya telah kembali berjalan normal, aku pun sudah tak pernah bertemu dengan Billy lagi. Ya semoga saja tak bertemu dia lagi untuk selamanya, itu jauh lebih baik. Aku ingin menjalani hidupku bersama Raka dengan tenang.Soal Arya, aku dengar beberapa hari setelah kejadian itu, Arya meminta langsung pada Ayah untuk fokus di kantor cabang yang ada di Bandung. Ayah pun menyetujuinya, karena memang kehadiran Arya di sana sangat dibutuhkan untuk pembangunan dan kemajuan perusahaan baru itu.Tapi aku dan Raka merasa itu hanya alasan Arya saja untuk menghindari bertemu dengan Raka. Mungkin memang sebaiknya begitu. Walau dia teman baik, tapi jika sudah ada konflik apalagi masalah cinta tentu saja hubungan mereka tak lagi bisa sebaik dulu."Apa yang sedang kau pikirkan Sayang?" tanya Raka malam ini sebelum beranjak tidur."Tidak ada.""Kau yakin? Atau ada yang ingin kamu sampaikan?"Aku mengg
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

Bab 67. Evita Kembali

Tespek yang kedua juga sama, menunjukkan garis dua. Jantungku berpacu lebih cepat antara percaya dan tidak. Benarkah ini aku hamil? Aku bermonolog sendiri.Masih ada sisa tespek satu lagi, aku langsung gunakan lagi untuk mengeceknya. Ternyata memang ada dua garis dua di sana. Seketika rasa bahagia membuncah di dalam dada."Alhamdulillah, ya Allah, terimakasih!" Lagi-lagi Aku bermonolog sendiri, menangis haru, akhirnya Allah kabulkan doa-doaku. Air mata tak terbendung lagi, aku yang masih duduk di atas closet yang tertutup, segera bangkit, cepat-cepat kuseka air mataku.Sebentar lagi jam makan siang tiba, Aku akan langsung datang ke kantor Raka untuk memberitahunya langsung. Ya, aku yakin dia akan sangat senang mendengar berita ini.Cepat-cepat aku bersiap untuk ke kantornya sekarang. Aku mengenakan dress berwarna biru garis-garis dan legging hitam, pasmina hitam. Lalu menyambar kunci motor yang tergeletak di atas meja.Namun seketika aku sadar, kehamilan ini sangat begitu kami harapka
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

Bab 68. Butuh waktu sendiri

Ya Allah mengapa kini ia datang di saat keadaannya sudah seperti ini? Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus merelakan Raka dan membiarkan cinta mereka bersatu kembali? Ataukah aku harus mempertahankan pernikahan ini? Bagaimana dengan nasib anak ini?Aku pejamkan mata ini kuat-kuat merendam rasa yang luar biasa sakit.Aku tergugu pilu, meratapi betapa kejamnya takdir mempermainkan diri ini. Tak kupedulikan tatapan aneh dari sang supir taksi yang melihatku menangis. "Maaf Mbak, tujuan kita kemana ya?" tanya Pak supir sesekali melirikku, dari kaca spion, seperti ragu-ragu bertanya."Ke komplek Almahira Barat no 20 Pak." Aku menyebutkan alamat rumah Ibu. Ya, aku putuskan untuk ke rumah orangtuaku.Aku butuh waktu untuk menenangkan diri, ini terlalu mengejutkan bagiku, di tambah lagi keadaanku kini sedang mengandung darah daging Raka. Melihat Evita hadir kembali di kehidupan Raka, membuatku bingung harus berbuat apa. Bahkan untuk sekedar bertegur sapa dengan Evita saja rasanya aku
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more

Bab 69. Petuah Ayah.

"Lho Raka? Kok masih di luar kamar begini? Astaghfirullah, Amira! Ada suami datang kok nggak dibukain pintu? Ayo buka pintunya Nak!" Suara Ibu terdengar menggelar di depan pintu kamar ini.Aku berdecak kesal, sudah pasti ibu akan memaksaku untuk membukakan pintu untuk Raka."Amira!" Tok! Tok! Tok!"Ibu tahu kamu bisa dengar Ibu, ayo buka pintunya Sayang!" bujuk Ibu."Amira!"Semakin lama suara Ibu makin mengganggu. Terpaksa aku bangun dari ranjang, berjalan ngontai menuju pintu, dengan berat hati membukanya.Setelah pintu terbuka, Ibu buru-buru masuk. Terlihat Raka berdiri di belakang ibu, beberapa saat netra kami bersitatap."Kamu ada suami datang mbok ya dibukain pintu, nggak baik lho istri mengabaikan suami," ucap ibu serius.Aku menarik napas panjang berniat ingin menjelaskan alasan mengapa aku menolak bertemu Raka saat ini."Ibu tahu, tapi Raka sudah datang kemari sekarang itu artinya dia ingin menyelesaikan semuanya! Sudah seharusnya kamu menerima dia dengan tangan terbuka, den
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more

Bab 70. Raka membawa Evita Pulang

"Ayah tahu kalian menutupinya dari kami," ucap Ayah dengan tatapan menelesik.Kami berdua diam."Tapi ayah menghargai keputusan kalian untuk tak membuka permasalahan kalian di depan kami orang tua kalian. Ayah hanya berharap kalian berdua harus sama-sama saling pengertian. Saling menguatkan. Karena sejatinya tak ada rumah tangga yang sempurna, semuanya pasti ada ujiannya sendiri-sendiri. Tergantung bagaimana kalian menyikapinya," tutur ayah dengan gaya khasnya ketika memberi nasihat."Amira terutama kamu sebagai istri, jangan sedikit-sedikit ngambek lalu pulang ke sini. Bukannya Ayah tak suka kamu kesini, Ayah senang anak ayah datang, tapi bila kesini hanya untuk lari dari masalah untuk apa?""Masalah itu untuk di selesaikan bukan untuk ditinggalkan? Yang ada masalah tak 'kan selesai."Aku menunduk mendengar petuah ayah."Untuk kamu juga Raka, Ayah minta kamu lebih mengerti Amira, biasanya perempuan itu lebih perasa, jika ada masalah ia lebih mengedepankan perasaan bukan logika, maka
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status