Semua Bab Suamiku Pewaris Kaya Raya: Bab 231 - Bab 240
261 Bab
Bab 231 - Mengintrogasi
Tiba di rumah Hermanto, Bastian, Susan dan Mario melangkah ke dalam dengan penuh percaya diri. Melihat Aditama dan Vania duduk di sofa bersama Kakek Hermanto dan Stephanie, membuat ketiganya tersenyum kecut. Tidak menyapa. Apalagi berbasa-basi. Begitu pun sebaliknya, Aditama dan Vania juga sama malasnya. Apalagi setelah mengetahui kebusukan sang Paman, jangan tanya lagi. Bastian hanya menatap ke arah Aditama dan Vania sekilas sebelum kemudian bergegas menghampiri sang Ayah dan menjatuhkan diri di sampingnya. Sedangkan Susan dan Mario duduk di sofa yang kosong. Bastian memperbaiki posisi duduk lebih dulu, menatap sang Ayah dengan lekat. "Bagaimana, Yah? Apakah Ayah sudah menginterogasi mereka berdua? Mereka berdua jujur kepada Ayah, 'kan?" Bastian langsung mencecar sang Ayah dengan pertanyaan. Suaranya lirih, karena tak mau Aditama dan Vania mengetahui niatnya yang sedang mengorek informasi tentang Aditama dan keluarganya. Akan tetapi, Kakek Hermanto tidak langsu
Baca selengkapnya
Bab 232 - Sudah Tidak Percaya Lagi!
Karena sudah tidak bisa mengelak lagi, bukti berupa dokumen-dokumen itu sudah cukup kuat untuk memojokan dirinya, Bastian pun mengaku pada akhirnya jika ia telah menggelapkan dana perusahaan kepada sang Ayah. Mendengar pengakuan Bastian, membuat semua orang terkejut bukan main. Aditama dan Vania tidak terlalu karena sudah menduga hal itu. Stephanie tidak menyangka dan menjadi sangat kecewa dengan Kakak iparnya tersebut. Kakek Hermanto menjadi kian marah. Emosinya seketika membuncah. Sudah tak terkontrol lagi. Alhasil, segala ucapan marah bernada tinggi, caci maki, serta sumpah serapah langsung keluar dari mulut pria tua itu yang ditunjukan kepada Bastian. Sementara itu, justru yang paling terkejut adalah Susan dan Mario karena keduanya benar-benar tidak menyangka. Selama ini, bagi keduanya, Bastian adalah sosok kepala keluarga yang sempurna—yang tidak akan mungkin jika sampai melakukan tindakan seperti itu. Pun merasa marah dan kecewa di waktu bersamaan. Mendapati sang Ayah m
Baca selengkapnya
Bab 233 - Terpojokan
Di saat ini, Susan berujar. "Pa ... Papa menggunakan uang perusahaan untuk membeli tanah, rumah, mobil dan barang-barang mewah lainya ... tapi ... kenapa aku tidak tahu? Kenapa Papa tidak pernah bercerita?" wajah Susan mengernyit. Tampak kebingungan. "Iya, Pa. Kenapa Papa tidak pernah memberitahu hal itu kepada kami. Lalu, di mana tanah, rumah dan mobilnya?" sambung Mario sama bingungnya. Mendengar hal itu, mata Bastian melebar! Langsung ketangkap basah tak bisa menyembunyikan keterkejutanya. Namun ia buru-buru menguasai diri, berusaha bersikap senormal mungkin. Ia tidak mungkin berterus terang kepada istri dan anaknya jika semua yang ia beli menggunakan uang perusahaan itu diberikan untuk wanita selingkuhanya. Seketika Bastian memutar otak, mencari alasan untuk menjelaskanya kepada istri dan anaknya. Mereka tidak boleh tahu jika ia mempunyai selingkuhan. Bisa mati ia di tangan mereka! Sementara Kakek Hermanto menautkan alis, beralih menatap Susan dan Mario. Ucapan ke
Baca selengkapnya
Bab 235 - Informasi Untuk Haryadi dan Edward
Jelas Bastian tidak mau mengaku jika semua yang dibeli dengan menggunakan uang perusahaan sepenuhnya ia berikan kepada wanita selingkuhanya. Itu sama saja dengan ia cari mati. Kini ia masih percaya diri dan yakin jika perselingkuhananya tidak akan terbongkar. Namun tidak menutup kemungkinan jika hal itu akan terjadi mengingat kebusukanya menggelapkan dana perusahaan yang berhubungan dengan perselingkuhanya telah terbongkar. Ditambah, Haryadi juga memegang rahasia terbesarnya, hanya tinggal menunggu waktu saja Haryadi akan membongkarnya jika ia membuatnya marah. Kala memikirkan keadaan dirinya yang malah kian memburuk, terpojok, ia pun rasanya ingin mengamuk saja. Akan tetapi, ia merasa seseorang yang bisa membongkar perselingkuhanya dengan cepat adalah Haryadi. Maka dari itu, ia tidak boleh gagal menjalankan tugas darinya. Tugas mencari tahu identitas Aditama yang sebenarnya. Juga tentang keluarganya. Ini lah saatnya yang tepat. Ia sudah tak mempunyai banyak waktu lagi. Akhi
Baca selengkapnya
Bab 235 - Keluarga Haryadi Melancarkan Aksinya
"Edward anjing!!!" teriak Mario tak sadar dengan pandangan masih tertuju pada layar ponsel. Wajahnya merah padam. Giginya bergemeretak. Mendengar hal itu, semua orang kompak menoleh ke arah Mario. Edward? Mereka pun menjadi penasaran. "Ada apa, Mar?!" tanya sang ibu sambil memutar tubuh menghadap anak laki-lakinya. "Kau berurusan dengan Edward, Mar?" sambung Kakek Hermanto, hendak memastikan diikuti tatapan penasaran Stephanie dan Vania. Sedangkan Aditama bersikap biasa saja karena dia sudah tahu apa yang terjadi dengan Mario dan Edward. Menyadari jika ia baru saja keceplosan, Mario mendongak dan gelagapan seketika. "In ... ini Edward ... ya aku sedang ada masalah denganya ... urusan bisnis, Ma, Kek." Karena tak mau semua orang mengintrogasinya, ia beranjak berdiri seraya berkata. "Aku mau keluar sebentar untuk membicarakan masalah ini," Tanpa menunggu balasan dari yang lainya, Mario segera membawa langkahnya keluar rumah. Melihat sang Ayah yang tampak sedang masuk ke
Baca selengkapnya
Bab 236 - Diserang Delon dan Anak Buahnya
Kini mobil Aditama tampak tengah dikepung oleh banyak orang. "Turun!" titah salah satu dari mereka dengan galak seraya mengetuk pintu kaca mobil milik Aditama. "Siapa mereka, Tam?" ucap Vania dengan suara dan bibir bergetar selagi mengedar pandangan ke sekeliling—kentara jelas cemas. "Orang suruhan, Pak Haryadi dan Edward, Van." Jawab Aditama santai dengan pandangan lurus ke depan, sesekali menatap ke arah istrinya. Meskipun demikian, pria tampan itu tetap tenang. Tak gentar. Juga tidak ada gurat ketakutan sedikit pun yang menghiasi wajahnya. Kemudian, ia menatap sang istri lagi. "Biar aku yang turun menghadapi mereka, kamu tunggu di sini saja." Pinta Aditama yang dijawab anggukan kepala oleh Vania. "Kamu hati-hati ya, Tam." ujar Vania. Aditama balas mengangguk. "Pasti." Usai mengatakan hal itu, Aditama turun dari mobil—yang langsung disambut tatapan garang dari orang-orang itu. Aditama lalu menatap orang-orang itu satu persatu dengan saksama. "Mau apa kalian
Baca selengkapnya
Bab 137 - Delon Beserta Anak Buahnya Berakhir!
"Haryadi dan Edward menyuruhmu untuk melakukan apa kepadaku?" tanya Aditama dengan dingin kepada Delon. Pria itu kini terkapar tak berdaya di aspal dengan kondisi babak belur. Wajahnya dipenuhi lebam. Berdarah. Giginya rompol. Juga terdapat luka di banyak tempat. Setelah anak buah Delon tumbang semua, perkelahian berlanjut antara Delon melawan Heru. Sedangkan dua anak buah Delon yang masih tersisa melawan anak buah Heru. Selagi mereka tengah saling serbu, serang, berusaha mengalahkan satu sama lain, Vania buru-buru turun dari mobil. Alhasil, Aditama dan Vania menonton perkelahian itu tak jauh dari sana. Pertempuran itu benar-benar meletus hebat. Menanjak keintensitas tertingginya. Demikian, karena ditambah menggunakan senjata dari mereka masing-masing. Heru mengakui jika kemampuan Delon tidak main-main. Ia menemukan lawan yang sepadan. Sesekali dari keduanya saling terdesak, pun sesekali unggul, hingga akhirnya Heru berhasil mengalahkan Delon yang membuat pria itu sepert
Baca selengkapnya
Bab 238 - Rencana Keluarga Haryadi Berantakan
Ternyata dari kejauhan, ada mobil yang terparkir dari tempat kejadian. Seperti sengaja berhenti di situ, tak beranjak sejak tadi. Itu artinya, seseorang yang berada di dalam mobil menyaksikan kejadian dari awal hingga akhir. Orang-orang yang ada di dalam mobil itu adalah Bastian, Susan dan Mario. Karena ingin memastikan secara langsung jika orang suruhan keluarga Haryadi berhasil menghabisi Aditama dan Vania, maka, setelah mobil mereka beranjak pulang dari kediaman kakek Hermanto, sejatinya mereka tidak benar-benar pulang, melainkan berhenti menunggu mobil yang ditumpangi Aditama dan Vania melaju hendak pulang sebelum akhirnya mereka segera menyusul—mengikuti keduanya. Dan kini ketiganya terkejut bukan main setelah menyaksikan kejadian itu. Mendadak, kepala mereka kompak terasa berat. Siapa Aditama sebenarnya? Walau pun mereka bertiga sudah mendengar bahwa Aditama bukan siapa-siapa, tapi mereka malah ragu akan hal tersebut setelah menyaksikan kejadian itu. Seketika benak
Baca selengkapnya
Bab 239 - Mengetahui Identitas Aditama Yang Sebenarnya
Setelah Haryadi dan Edward terlihat di sana, Bastian, Susan dan Mario turun dari mobil, lalu bergegas menghampiri mereka. Melihat kedatangan mereka bertiga, Haryadi dan Edward yang sebelumnya tampak tengah terbengong langsung marah. Sementara Heru menyeringai lebar, sekalian saja ia akan memberitahu dan mengancam keluarga Bastian. Mata Heru memicing dan berkata. "Kebetulan sekali kalian semua ada di sini." Mendengar itu, ketiganya kompak mengerjap. Mencerna sepersekian detik perkataan Heru, lalu kompak menautkan alis. Apa maksudnya? Bastian menatap Heru dengan tajam dan berkata. "Siapa kau? Kenapa kau tiba dengan sangat cepat dan berhasil menyelamatkan Aditama dan Vania? Dan berhasil ... menghabisi seseorang yang hebat berasal dari keluarga mafia seperti Delon?" ujar Bastian penasaran sembari menuding muka Heru, sesekali menatap ke arah orang suruhan keluarga Haryadi yang kini telah terkapar mengenaskan. Tak sadarkan diri. Mendadak, ia merinding bukan main. Bukti jika ora
Baca selengkapnya
Bab 240 - Saatnya Memberi Pelajaran Kepada Keluarga Haryadi Bintoro dan Keluarga Bastian
Sementara itu, di tempat lain, ruang kerja rumahnya Laksana Gandara.Panji dan Ricard tampak sedang duduk bersebelahan di kursi depan Tuan Besar Laksana Gandara yang dibatasi oleh meja. Anak dan Ayah itu tengah menjelaskan hasil penyidikanya terhadap Arumi kepada sang konglomerat tersebut.Selagi Laksana Gandara terdiam kaget sebab apa yang baru saja disampaikan, Panji angkat suara. "Dan ... ini identitas pria itu, Tuan Besar." Panji menyerahkan tablet kepada Laksana Gandara. Seketika pandangan Laksana Gandara tertuju pada layar tablet tersebut. "Sudah kau pastikan, jika dia sungguh suaminya, Panji? Mereka benar-benar ... menikah?" tanya Laksana Gandara tanpa menoleh ke arah Panji disela-sela menggulir layar tablet. "Sudah, Tuan Besar. Bahkan, mereka berdua menunjukan dokumen pernikahan asli. Pun saya telah mengeceknya secara langsung dan pernikahan mereka terdaftar resmi, Tuan Besar." Jelas Panji penuh keyakinan. Seketika Laksana Gandara menghentikan apa yang tengah dilakukany
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status