Ternyata dari kejauhan, ada mobil yang terparkir dari tempat kejadian. Seperti sengaja berhenti di situ, tak beranjak sejak tadi. Itu artinya, seseorang yang berada di dalam mobil menyaksikan kejadian dari awal hingga akhir. Orang-orang yang ada di dalam mobil itu adalah Bastian, Susan dan Mario. Karena ingin memastikan secara langsung jika orang suruhan keluarga Haryadi berhasil menghabisi Aditama dan Vania, maka, setelah mobil mereka beranjak pulang dari kediaman kakek Hermanto, sejatinya mereka tidak benar-benar pulang, melainkan berhenti menunggu mobil yang ditumpangi Aditama dan Vania melaju hendak pulang sebelum akhirnya mereka segera menyusul—mengikuti keduanya. Dan kini ketiganya terkejut bukan main setelah menyaksikan kejadian itu. Mendadak, kepala mereka kompak terasa berat. Siapa Aditama sebenarnya? Walau pun mereka bertiga sudah mendengar bahwa Aditama bukan siapa-siapa, tapi mereka malah ragu akan hal tersebut setelah menyaksikan kejadian itu. Seketika benak
Setelah Haryadi dan Edward terlihat di sana, Bastian, Susan dan Mario turun dari mobil, lalu bergegas menghampiri mereka. Melihat kedatangan mereka bertiga, Haryadi dan Edward yang sebelumnya tampak tengah terbengong langsung marah. Sementara Heru menyeringai lebar, sekalian saja ia akan memberitahu dan mengancam keluarga Bastian. Mata Heru memicing dan berkata. "Kebetulan sekali kalian semua ada di sini." Mendengar itu, ketiganya kompak mengerjap. Mencerna sepersekian detik perkataan Heru, lalu kompak menautkan alis. Apa maksudnya? Bastian menatap Heru dengan tajam dan berkata. "Siapa kau? Kenapa kau tiba dengan sangat cepat dan berhasil menyelamatkan Aditama dan Vania? Dan berhasil ... menghabisi seseorang yang hebat berasal dari keluarga mafia seperti Delon?" ujar Bastian penasaran sembari menuding muka Heru, sesekali menatap ke arah orang suruhan keluarga Haryadi yang kini telah terkapar mengenaskan. Tak sadarkan diri. Mendadak, ia merinding bukan main. Bukti jika ora
Sementara itu, di tempat lain, ruang kerja rumahnya Laksana Gandara.Panji dan Ricard tampak sedang duduk bersebelahan di kursi depan Tuan Besar Laksana Gandara yang dibatasi oleh meja. Anak dan Ayah itu tengah menjelaskan hasil penyidikanya terhadap Arumi kepada sang konglomerat tersebut.Selagi Laksana Gandara terdiam kaget sebab apa yang baru saja disampaikan, Panji angkat suara. "Dan ... ini identitas pria itu, Tuan Besar." Panji menyerahkan tablet kepada Laksana Gandara. Seketika pandangan Laksana Gandara tertuju pada layar tablet tersebut. "Sudah kau pastikan, jika dia sungguh suaminya, Panji? Mereka benar-benar ... menikah?" tanya Laksana Gandara tanpa menoleh ke arah Panji disela-sela menggulir layar tablet. "Sudah, Tuan Besar. Bahkan, mereka berdua menunjukan dokumen pernikahan asli. Pun saya telah mengeceknya secara langsung dan pernikahan mereka terdaftar resmi, Tuan Besar." Jelas Panji penuh keyakinan. Seketika Laksana Gandara menghentikan apa yang tengah dilakukany
Saat Bastian beserta anak dan istrinya turun dari mobil, baru saja sampai rumah, terdengar bunyi notifikasi pesan masuk yang berasal dari ponsel milik Susan dan Mario diwaktu hampir bersamaan. Seketika Susan dan Mario mengurungkan niatnya hendak melangkah masuk ke dalam rumah, berhenti di samping mobil seraya kompak meraih ponsel masing-masing untuk mengeceknya. Melihat hal tersebut, Bastian pun ikut menghentikan langkah, balik badan dan memperhatikan apa yang tengah dilakukan oleh keduanya. Selama sesaat, pandangan Susan dan Mario tertuju pada layar ponsel masing-masing. Namun tiba-tiba keduanya kompak membelalak! Detik berikutnya, keduanya kompak memicingkan pandangan ke arah layar ponsel, seakan hendak memastikan apa yang baru saja dilihatnya. "Ma ... lihat ini!" tiba-tiba Mario berujar setelah terdiam beberapa saat selagi melangkah maju dan berdiri di samping Susan sambil memperlihatkan layar ponsel yang memperlihatkan pesan yang baru saja ia terima berisi foto-foto dan
Vania melakukan audit investigasi yang diadakan oleh auditor independen yang menghasilkan bahwa Presdir di perusahaan tersebut terbukti menggelapkan dana perusahaan senilai miliaran rupiah yang tidak jelas peruntukanya. Namun pihak perusahaan belum bisa menginterogasi sang presdir karena hari ini, secara kebetulan pula, Bastian tidak berangkat ke kantor. Mereka menduga, selain karena masalah penggelapan dana perusahaan, juga karena perselingkuhanya telah tersebar di media sosial. Alhasil, dua hal tersebut menjadi topik bahasan panas di kalangan seluruh karyawan kantor sejak tadi pagi hingga saat ini. Berhubung Bastian tidak berangkat ke kantor, pun tidak bisa dihubungi, pihak perusahaan akhirnya memilih menunggu klarifikasi dan penjelasan dari yang bersangkutan lebih dulu, jika nantinya akan berlangsung alot, tidak menemukan titik terang, maka, mereka terpaksa akan meloporkan kasus tersebut ke polisi. Juga menunggu keputusan Kakek Hermanto selaku pemilik dan pendiri perusahaa
Aditama pindah menatap Edward. "Bagaimana denganmu, Ed? Apa rencanamu sebelumnya kepada Mario?" Kemudian, ia memicingkan pandangan. "Apa kau juga sudah melakukanya?" Dengan bibir dan mulut bergetar, Edward menjawab. "Su ... sudah, Tuan Muda. Saya sudah menyuruh wanita yang sedang mengandung anaknya Mario untuk menemui dan mengaku kepada tunanganya Mario dan keluarganya." Mendengar hal tersebut, terbit senyum miring di bibir Aditama. "Anak pintar," Edward pun tak elak merasakan hal yang sama seperti apa yang tengah dirasakan oleh sang Ayah, malah kian tak keruan. Di saat ini, Aditama kembali angkat bicara. "Kalian pasti sedang merasa khawatir, bukan?" Singgungnya. "Karena salah satu anggota keluarga kalian hilang secara mendadak?" Haryadi dan Edward kompak mengerjap mendengar hal itu, lalu saling pandang satu sama lain. Seakan tengah menyamakan frekuensi atas perkataan Aditama barusan. Bertanya-tanya, mereka berdua lalu kembali menatap ke arah Aditama dengan jantung berde
Kakek Hermanto dan Stephanie langsung meluncur ke rumahnya Bastian saat mengetahui jika perselingkuhan Bastian tersebar di internet. Juga karena mendapat kabar bahwa Bastian tidak berangkat ke kantor dan tidak bisa dihubungi. Pun keduanya sudah mencoba menghubungi. Tapi hasilnya tetap sama. Kakek Hermanto kini benar-benar murka dengan anak laki-lakinya tersebut. Ia serasa ingin membunuhnya! Bagaimana tidak? Anak laki-lakinya itu telah membuatnya marah dan kecewa. Serta mempermalukan, mencoreng nama baik keluarga besar Hermanto. Bastian yang menggelapkan dana perusahaan saja sudah membuatnya marah besar dan sekarang harus ditambah kabar yang begitu mengejutkan darinya lagi? Bastian berselingkuh? Rumah tangganya berantakan?! Setelah puas menampar Bastian berkali-kali, Kakek Hermanto berseru-seru dengan kemarahan hebat yang membara kepada Bastian. Mendapati hal itu, Bastian hanya bisa pasrah. Tak melawan. Tak membela diri. "Di mana Susan?!" tanya Kakek Hermanto dengan nada
Akhirnya Susan dan Mario pulang ke rumah, tentu saja karena terpaksa, dengan wajah dan suasana hati buruk. Saat melihat Bastian, seolah mereka langsung ingin menerkamnya. Lalu, anggota keluarga Hermanto segera meluncur ke perusahaan Gandara corporation untuk menemui Aditama. Selain hendak meminta maaf dan memohon ampunan, meskipun sepertinya hal itu akan berakhir sia-sia karena sudah terlambat, pun keluarganya Bastian sudah berantakan, hancur lebur lebih dulu, mereka hendak memastikan dengan mata kepala mereka sendiri bahwa Aditama itu memang benar-benar Presiden Direktur Gandara corporation. Pasalnya, mengetahui bahwa Aditama adalah Presiden Direktur Gandara corporation, masih seperti mimpi saja bagi seluruh anggota keluarga Hermanto. Tiba di sana, dengan jantung berdetak kencang, perasaan tak keru-keru an, mereka digiring menuju ruangan Presiden Direktur. Seketika semua orang terpana saat baru saja menginjakan kaki di ruangan tersebut, apalagi saat melihat sosok Aditama de