"Heh, Lalat Buah... Semalam kau tidak macam-macam dengan adikku, kan?!" Tatapan tajam Tino tertuju pada Aldrich yang duduk di depannya. Di samping Aldrich ada Tiano yang memangku laptop. Aldrich mendengkus kesal. "Tanyakan sendiri pada adik kembaranmu. Aku apakan dia," seru Aldrich menjawabnya. "Halah wajah-wajah suka mencari kesempatan dalam kesempitan, sudah terlihat!" seru Tino menuduhnya. "Kau sendiri, ke Italia ngapain? Ngurung anak orang ya, kabarnya?" sindir Aldrich. Tiano langsung menoleh. "Ngurung anak orang?" "Tidak! Jangan dengarkan Lalat Buah!" pekik Tino mengelak. Aldrich langsung tertawa, mereka yang seumuran adik bagi Aldrich sangat lucu bila dalam keributan seperti ini. Sampai akhirnya muncul Tiana membawa sebuah nampan berisi camilan dan jus. Gadis itu langsung mengambil posisi duduk di samping Aldrich, bersandar di lengan calon suaminya. "Kakak nanti berangkat lagi, Tiana. Papi dan Mami belum kembali, ikut dengan Aldrich lagi ya," ujar Tino. Kedua mata Tian
Last Updated : 2024-04-27 Read more