Semua Bab Misteri Rumah Nomor 13: Bab 11 - Bab 20

40 Bab

Bab 11 Kekhawatiran Alma

Mereka lalu mengeluarkan beberapa lembar kain tebal yang biasa mereka pakai untuk selimut untuk menutupi jasad Santi dan menyerahkannya kepada Amar. Usai menutupi jenazah salah satu teman karibnya, Amar pun kembali duduk di ruang tamu, tetapi tidak ada satupun suara keluar dari lisan mereka. Ketegangan masih terasa di udara, dan pertanyaan-pertanyaan misterius masih menghantui pikiran mereka. Apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini? Dan mengapa Santi harus mati dengan cara yang mengerikan?Keenam sahabat itu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, sesekali mereka mengusap tengkuk dan kedua tangan mereka dikarenakan bulu kuduk mereka meremang. Di tengah suasana tegang tersebut, tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh tak beraturan dari perut Amar. "Kamu lapar, Mar?" Rusdi yang duduk paling dekat dengan Andin, auto menanyai Amar tanpa berbasa-basi lagi. "Iya, Rus. Maaf, aku tinggal dulu semuanya. Aku mau mencari bahan makanan yang sukup jawaban untuk kita semua." Usai mengatakan h
Baca selengkapnya

Bab 12 Lemari Temuan Amar

Alma merasa cemas dan tidak bisa menenangkan dirinya. Dia terus berdoa dalam hati, memohon agar Amar kembali dengan selamat dari rumah yang misterius itu. Pikirannya terus melayang pada Santi yang telah kehilangan nyawanya di tempat ini, dan dia berharap tidak akan ada korban lain.Waktu terus berlalu, dan ketegangan di ruangan semakin terasa. Mereka semua duduk dalam keheningan yang gelap, hanya diselingi oleh suara-suara aneh dari luar rumah. Mereka tahu bahwa Amar adalah satu-satunya harapan mereka untuk mendapatkan makanan, tetapi kekhawatiran mereka semakin mendalam seiring berjalannya waktu.Andin, Rusdi, Baim, dan Aldi juga merasakan ketegangan yang sama. Mereka saling melemparkan pandangan yang penuh kekhawatiran, tetapi tak ada yang berani mengucapkan kata-kata. Mereka hanya bisa menunggu dan berharap bahwa Amar akan kembali dengan selamat, membawa berita bahwa mereka bisa keluar dari rumah itu dan melanjutkan rencana liburan mereka atau kembali ke rumah dengan membawa jenaza
Baca selengkapnya

Bab 13 Ada Apa Dengan Amar?

Setelah beberapa lama berusaha, akhirnya, Amar berhasil mencongkel lemari besar itu. Dengan bernafsu, Amar membuka pintu itu, berharap mendapati beberapa bahan makanan yang bisa dibawanya dan dimakan bersama enam sahabat karibnya Namun, ternyata dugaannya salah, yang Amar dapati saat lemari itu berhasil dibuka adalah sepotong tangan kiri yang terlihat masih sangat segar seperti baru saja dipotong. Alih-alih berteriak meminta pertolongan, Amar malah mengamati potongan tangan yang bersimbah darah itu dengan penuh rasa ingin tahu. "Potongan tangan ini...sepertinya aku kenal?" Amar bergumam sendiri sambil mengamati potongan tangan itu. Dengan rasa penasaean, pemuda itu mengambil lempengan besi yang tadi dipakainya untuk mencongkel pintu lemari, kemudian memutar potongan tangan tersebut. "Hei, cincin di jari kelingking ini kenapa mirip sekali dengan cincin yang kupakai, ya? Tapi, masa iya, cincinku itu ada yang menyamai, padahal kan itu pesanan khusus." Lagi-lagi Amar hanya menggumam
Baca selengkapnya

Bab 14 Korban Kedua

Dan, bersamaan dengan itu mata Amar terbelalak lebar, mulutnya memuntahkan banyak darah tanpa sempat bersuara, dan pada detik berikutnya warna hitam matanya sudah berganti putih dan kepalanya pun terkulai lemas tanpa daya. Sementara itu, enam sekawan yang terkejut mendengar suara tawa menakutkan dan petir yang bersahutan itu pun saling memeluk sambil menutup wajah dan mata mereka masing-masing. "Al, Ndin, i-itu tadi suara siapa? Kenapa begitu menakutkan, sampai sekarang aku masih merinding." Rusdi menanyai Alma yang terkenal paling sensitif dengan hal-hal gaib di antara mereka. Alma menggelengkan kepalanya karena dia sendiri tidak tahu sosok seperti apa yang tertawa begitu nyaring dan melengking menakutkan tadi. "Hih, kenapa aku berada di sini, di tempat laknat yang merenggut nyawa salah satu teman karibku!" Rusdi mulai kembali memaki karena kesalAndin tersentak mendengar kata-kata makian yang keluar dari mulut Rusdi, dan berteriak hingga mengagetkan teman-temannya yang lain. "A
Baca selengkapnya

Bab 15 Andin Nekat

Kekuatan itu semakin lama semakin terasa mempengaruhi emosi mereka. Andin yang sebelumnya sempat merasa kesal dengan tingkah Rusdi yang selalu berkata kasar pun tampak menatap Rusdi dengan tatapan marah. Andin menatap tajam Rusdi, "Rusdi, kata-katamu tadi terlalu kasar! Hilangnya Amar bukanlah salahku atau siapapun di sini."Rusdi menyadari kesalahannya, namun bertahan, "Kita butuh fakta, Andin. Jangan terlalu emosional. Siapa yang tahu ini bukan rencana tersembunyi dari salah satu dari kita?"Andin semakin kesal, "Ini tentang sahabat kita yang hilang, Rusdi! Jangan mencari-cari alasan. Kau pikir aku akan menyusun rencana untuk kehilangan teman?"Rusdi mencoba menenangkan suasana, "Andin, aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi kita harus realistis. Amar tidak akan kembali dengan perdebatan. Kita harus fokus pada ritual ini."Andin mengangguk, tetapi ekspresinya tetap tegang. "Baik, tapi jangan sekali-kali meremehkan perasaan kami terhadap Amar. Kita perlu bekerja sama, tapi jangan sam
Baca selengkapnya

Bab 16 Bisikan

Tidak hanya Andin, Alma yang lebih sensitif dengan dunia tak kasat mata pun merasakan ketakutan yang sama bahkan jauh lebih besar daripada yang dirasakan Andin. Dia bisa merasakan ada sebuah entitas yang tengah mengawasi, menunggu mereka lengah dan akhirnya seperti nyamuk yang ditepuk keras dengan dua belah tangan.Mereka berlima benar-benar merasa kalut saat ini, sebab hingga saat ini keberadaan Amar masih belum mereka ketahui. Mereka berlima mencoba memanggil nama Amar berkali-kali, tetapi tidak ada jawaban. Suasana gelap dan tegang menggelayut di sekeliling mereka, membuat mereka semakin bingung tentang nasib Amar yang misteriusDalam kegelapan yang semakin menyelimuti, mereka merasa seperti terperangkap dalam sebuah misteri yang semakin dalam. Keberadaan Amar yang masih tidak jelas membuat ketakutan mereka semakin tak tertahankan. Dalam hati, mereka berharap agar Amar segera ditemukan dengan selamat."Ndin, sepertinya lebih baik kita kembali lagi saja ke titik awal kita menunggu A
Baca selengkapnya

Bab 17 Siapa yang Meniup Telingaku?

"E-entah, aku tidak melihat wujud sosok yang bicara itu," jawab Alma dengan suara gemetar menahan takutMendengar jawaban Alma, sontak membuat Andin dan Baim mundur ke belakang dan memilih untuk bersama Alma dan Aldi, sementara Rusdi tetap berdiri di depan memimpin rombongan. Suara gemerincing lampu hias masih terdengar, udara dingin meniup tengkuk mereka dan membuat bulu kuduk meremang. Suara celepuk menambah seram suasana. Di tengah rasa takut yang menguasai, tiba-tiba Baim merasa ada seseorang yang meniup telinganya. Baim yang merasa terganggu itu pun mengusap telinganya. Namun, tidak sampai lima menit telinga kembali seperti ditiup seseorang. "Ish, Aldi, coba, deh, kamu jangan usil," ketus Baim, wajahnya cemberut karena kesal. "Sudah tahu aku ini penakut masih saja menggangguku dengan meniup telingaku."Aldi menatap Baim dengan tatapan heran, lalu menjawab, "meniup telinga apaan? Aku sama sekali tidak mendekatimu, Im. Dari tadi aku berada di sini."Baim langsung menoleh ke arah
Baca selengkapnya

Bab 18 Sosok siapa itu?

"Duh, Gusti. Tolong bantu kami supaya bisa menemukan teman kami Amar," batin Baim. Setelah beberapa lama berada dalam tekanan rasa takut, akhirnya gangguan-gangguan itu pun berhenti begitu saja, suasana kembali tenang meski masih mencekam. Untuk meyakinkan diri bahwa tidak akan ada lagi gangguan dari makhluk-makhluk tak kasat mata, Andin, Alma, Aldi, Rusdi, dan Baim kembali melanjutkan pencarian. Di depan sebuah ruangan, Rusdi yang berjalan paling depan melihat ada sebuah kain yang tertinggal di paku yang ada di pintu. Dengan penuh rasa ingin tahu, Rusdi bergegas mendekati pintu itu dan mengambil sobekan kain yang terkait di sana. "Gaes, ini kain baju Amar, bukan, sih?" tanya Rusdi seraya menunjukkan sobekan kain di tangannya. Merasa penasaran dengan yang ditunjukkan oleh Rusdi keempat remaja itu menghampiri Rusdi dan mengambil sobekan kain yang dimaksud. "Iya, bener, Rus. Ini memang sobekan pakaian yang dipakai Amar, kenapa bisa sobek begini? Dan, ini...sepertinya ini adalah nod
Baca selengkapnya

Bab 19 Kejutan Mengerikan

"Sebaiknya kita cek saja ke dalam sana, siapa tau itu memang Amar. Seandainya benar sosok itu adalah Amar, semoga dia dalam keadaan baik-baik saja dan kita tidak terlambat menolongnya," kata Aldi. Mereka berlima pun akhirnya sepakat untuk mendatangi sosok manusia yang berada di tengah ruangan itu untuk mencari kepastian apakah sosok itu adalah Amar atau bukanDan, alangkah terkejutnya mereka berlima saat mendapati sosok itu adalah Amar yang duduk membelakangi mereka dengan tangan dan kakinya diikat erat menggunakan sebuah tali. Pemuda itu tampak menyandarkan kepalanya di tembok. "Gaes, ternyata sosok bayangan itu persis seperti yang kita pikirkan. Dia Amar, ayo, cepat kita tolong dia, semoga kita tidak terlambat," ucap Alma, suaranya terdengar panik sekaligus senang karena akhirnya berhasil menemukan Amar. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain berusaha melepaskan Amar. Namun, saat mereka mencoba melepaskan tali tersebut, terdengar tawa misterius dari dalam kegelapan lorong ters
Baca selengkapnya

bab 20

Suara angin yang mengerikan terus berdesing di luar rumah, membuat suasana semakin menegangkan. Tiba-tiba, lampu-lampu di dalam rumah mulai berkedip-kedip dan mati satu per satu, menyisakan kegelapan total. Di tengah kegelapan, terdengar langkah-langkah perlahan mendekatRombongan remaja yang kini tersisa lima orang itu memasang telinga. Waspada dan takut, itu yang tengah mereka rasakan saat ini, apalagi setelah mereka menemukan jasad Amar dengan kondisi yang mengerikan Tubuh Alma, Andin, Aldi, Baim, dan Rusdi gemetar ketakutan, wajah-wajah yang biasanya ceria penuh suka dan canda berubah penuh kengerian, curiga, waspada, pucat pasi karena kurang tidur, dan harus mengurangi isi perut demi menghemat perbekalan yang mulai menipis. Srek-srek! Srek-srek! "Hihihi! Bukankah sudah kuperingatkan kalian supaya menjauh dari rumah ini, tapi kalian tidak menurutinya. Jadi, nikmati saja semua yang terjadi di rumah ini. Berusahalah agar kalian bisa keluar dari sini, tentunya dalam keadaan hidup,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status