Beranda / Thriller / Misteri Rumah Nomor 13 / Bab 14 Korban Kedua

Share

Bab 14 Korban Kedua

Penulis: Maylafaisha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-22 21:36:07

Dan, bersamaan dengan itu mata Amar terbelalak lebar, mulutnya memuntahkan banyak darah tanpa sempat bersuara, dan pada detik berikutnya warna hitam matanya sudah berganti putih dan kepalanya pun terkulai lemas tanpa daya.

Sementara itu, enam sekawan yang terkejut mendengar suara tawa menakutkan dan petir yang bersahutan itu pun saling memeluk sambil menutup wajah dan mata mereka masing-masing.

"Al, Ndin, i-itu tadi suara siapa? Kenapa begitu menakutkan, sampai sekarang aku masih merinding."

Rusdi menanyai Alma yang terkenal paling sensitif dengan hal-hal gaib di antara mereka. Alma menggelengkan kepalanya karena dia sendiri tidak tahu sosok seperti apa yang tertawa begitu nyaring dan melengking menakutkan tadi.

"Hih, kenapa aku berada di sini, di tempat laknat yang merenggut nyawa salah satu teman karibku!" Rusdi mulai kembali memaki karena kesal

Andin tersentak mendengar kata-kata makian yang keluar dari mulut Rusdi, dan berteriak hingga mengagetkan teman-temannya yang lain.

"A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Misteri Rumah Nomor 13   Bab 15 Andin Nekat

    Kekuatan itu semakin lama semakin terasa mempengaruhi emosi mereka. Andin yang sebelumnya sempat merasa kesal dengan tingkah Rusdi yang selalu berkata kasar pun tampak menatap Rusdi dengan tatapan marah. Andin menatap tajam Rusdi, "Rusdi, kata-katamu tadi terlalu kasar! Hilangnya Amar bukanlah salahku atau siapapun di sini."Rusdi menyadari kesalahannya, namun bertahan, "Kita butuh fakta, Andin. Jangan terlalu emosional. Siapa yang tahu ini bukan rencana tersembunyi dari salah satu dari kita?"Andin semakin kesal, "Ini tentang sahabat kita yang hilang, Rusdi! Jangan mencari-cari alasan. Kau pikir aku akan menyusun rencana untuk kehilangan teman?"Rusdi mencoba menenangkan suasana, "Andin, aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi kita harus realistis. Amar tidak akan kembali dengan perdebatan. Kita harus fokus pada ritual ini."Andin mengangguk, tetapi ekspresinya tetap tegang. "Baik, tapi jangan sekali-kali meremehkan perasaan kami terhadap Amar. Kita perlu bekerja sama, tapi jangan sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Misteri Rumah Nomor 13   Bab 16 Bisikan

    Tidak hanya Andin, Alma yang lebih sensitif dengan dunia tak kasat mata pun merasakan ketakutan yang sama bahkan jauh lebih besar daripada yang dirasakan Andin. Dia bisa merasakan ada sebuah entitas yang tengah mengawasi, menunggu mereka lengah dan akhirnya seperti nyamuk yang ditepuk keras dengan dua belah tangan.Mereka berlima benar-benar merasa kalut saat ini, sebab hingga saat ini keberadaan Amar masih belum mereka ketahui. Mereka berlima mencoba memanggil nama Amar berkali-kali, tetapi tidak ada jawaban. Suasana gelap dan tegang menggelayut di sekeliling mereka, membuat mereka semakin bingung tentang nasib Amar yang misteriusDalam kegelapan yang semakin menyelimuti, mereka merasa seperti terperangkap dalam sebuah misteri yang semakin dalam. Keberadaan Amar yang masih tidak jelas membuat ketakutan mereka semakin tak tertahankan. Dalam hati, mereka berharap agar Amar segera ditemukan dengan selamat."Ndin, sepertinya lebih baik kita kembali lagi saja ke titik awal kita menunggu A

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Misteri Rumah Nomor 13   Bab 17 Siapa yang Meniup Telingaku?

    "E-entah, aku tidak melihat wujud sosok yang bicara itu," jawab Alma dengan suara gemetar menahan takutMendengar jawaban Alma, sontak membuat Andin dan Baim mundur ke belakang dan memilih untuk bersama Alma dan Aldi, sementara Rusdi tetap berdiri di depan memimpin rombongan. Suara gemerincing lampu hias masih terdengar, udara dingin meniup tengkuk mereka dan membuat bulu kuduk meremang. Suara celepuk menambah seram suasana. Di tengah rasa takut yang menguasai, tiba-tiba Baim merasa ada seseorang yang meniup telinganya. Baim yang merasa terganggu itu pun mengusap telinganya. Namun, tidak sampai lima menit telinga kembali seperti ditiup seseorang. "Ish, Aldi, coba, deh, kamu jangan usil," ketus Baim, wajahnya cemberut karena kesal. "Sudah tahu aku ini penakut masih saja menggangguku dengan meniup telingaku."Aldi menatap Baim dengan tatapan heran, lalu menjawab, "meniup telinga apaan? Aku sama sekali tidak mendekatimu, Im. Dari tadi aku berada di sini."Baim langsung menoleh ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Misteri Rumah Nomor 13   Bab 18 Sosok siapa itu?

    "Duh, Gusti. Tolong bantu kami supaya bisa menemukan teman kami Amar," batin Baim. Setelah beberapa lama berada dalam tekanan rasa takut, akhirnya gangguan-gangguan itu pun berhenti begitu saja, suasana kembali tenang meski masih mencekam. Untuk meyakinkan diri bahwa tidak akan ada lagi gangguan dari makhluk-makhluk tak kasat mata, Andin, Alma, Aldi, Rusdi, dan Baim kembali melanjutkan pencarian. Di depan sebuah ruangan, Rusdi yang berjalan paling depan melihat ada sebuah kain yang tertinggal di paku yang ada di pintu. Dengan penuh rasa ingin tahu, Rusdi bergegas mendekati pintu itu dan mengambil sobekan kain yang terkait di sana. "Gaes, ini kain baju Amar, bukan, sih?" tanya Rusdi seraya menunjukkan sobekan kain di tangannya. Merasa penasaran dengan yang ditunjukkan oleh Rusdi keempat remaja itu menghampiri Rusdi dan mengambil sobekan kain yang dimaksud. "Iya, bener, Rus. Ini memang sobekan pakaian yang dipakai Amar, kenapa bisa sobek begini? Dan, ini...sepertinya ini adalah nod

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Misteri Rumah Nomor 13   Bab 19 Kejutan Mengerikan

    "Sebaiknya kita cek saja ke dalam sana, siapa tau itu memang Amar. Seandainya benar sosok itu adalah Amar, semoga dia dalam keadaan baik-baik saja dan kita tidak terlambat menolongnya," kata Aldi. Mereka berlima pun akhirnya sepakat untuk mendatangi sosok manusia yang berada di tengah ruangan itu untuk mencari kepastian apakah sosok itu adalah Amar atau bukanDan, alangkah terkejutnya mereka berlima saat mendapati sosok itu adalah Amar yang duduk membelakangi mereka dengan tangan dan kakinya diikat erat menggunakan sebuah tali. Pemuda itu tampak menyandarkan kepalanya di tembok. "Gaes, ternyata sosok bayangan itu persis seperti yang kita pikirkan. Dia Amar, ayo, cepat kita tolong dia, semoga kita tidak terlambat," ucap Alma, suaranya terdengar panik sekaligus senang karena akhirnya berhasil menemukan Amar. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain berusaha melepaskan Amar. Namun, saat mereka mencoba melepaskan tali tersebut, terdengar tawa misterius dari dalam kegelapan lorong ters

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-10
  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 20

    Suara angin yang mengerikan terus berdesing di luar rumah, membuat suasana semakin menegangkan. Tiba-tiba, lampu-lampu di dalam rumah mulai berkedip-kedip dan mati satu per satu, menyisakan kegelapan total. Di tengah kegelapan, terdengar langkah-langkah perlahan mendekatRombongan remaja yang kini tersisa lima orang itu memasang telinga. Waspada dan takut, itu yang tengah mereka rasakan saat ini, apalagi setelah mereka menemukan jasad Amar dengan kondisi yang mengerikan Tubuh Alma, Andin, Aldi, Baim, dan Rusdi gemetar ketakutan, wajah-wajah yang biasanya ceria penuh suka dan canda berubah penuh kengerian, curiga, waspada, pucat pasi karena kurang tidur, dan harus mengurangi isi perut demi menghemat perbekalan yang mulai menipis. Srek-srek! Srek-srek! "Hihihi! Bukankah sudah kuperingatkan kalian supaya menjauh dari rumah ini, tapi kalian tidak menurutinya. Jadi, nikmati saja semua yang terjadi di rumah ini. Berusahalah agar kalian bisa keluar dari sini, tentunya dalam keadaan hidup,

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 21

    "Al, apa tidak ada tempat lain yang lebih terang gitu? Aku merasa begitu takut menyusuri rumah ini, apalagi setelah kematian Amar yang begitu mengerikan dengan perut terburai," kata Baim yang menempel erat di lengan kanan Aldi. "Ck, Im. Mana ada tempat seperti itu di rumah ini, seluruh ruangan tidak ada lampunya, senter pun sekarang kita harus bergantian supaya tidak habis dalam waktu bersamaan. Berdoa sajalah, Im, dan yakin kalau kita semua akan keluar dari sini dalam keadaan selamat dan hidup," jawab Alma"Iya, betul itu apa yang dikatakan Alma, Im. Sebaiknya kamu berpikiran positif saja, supaya makhluk itu tidak mudah mendekati kita, sepertinya dia datang saat mencium aroma ketakutan dari diri kita," sahut Aldi. Untuk meredakan rasa takut di hati, Baim menghela napasnya berulang kali. Bahkan tidak jarang dia menarik napas dalam-dalam, menahannya beberapa saat lamanya baru dihembuskannya secara perlahan. Melihat Baim, Alma dan Aldi pun memutuskan untuk mengikuti gerakan Baim. Alm

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 22

    "Bau itu kenapa? Jangan bilang kalau kamu yang buang gas, Im!?" tegas Alma dan Aldi bersamaan. Baim mengangkat kepalanya, wajahnya terlihat memohon belas kasihan dari kedua kakak beradik itu hingga membuat keduanya mengerutkan dahi mereka karena curiga jika dugaan mereka benar adanya. Alma dan Aldi memasang tampang bengis di depan Baim, seakan ingin memotong-motong pemuda itu dan menjadikannya umpan untuk makhluk yang tidak kasat mata di rumah itu Melihat kemarahan di wajah keduanya, Baim langsung memasang wajah memelas dengan puppy eyes yang cukup menghipnotis Alma dan Aldi. "Eheee, begitulah adanya, Al. Maaf, padahal tadi sudah berusaha kutahan sebegitu rupa, tapi rupanya kelepasan. Mungkin karena perut ini berisi banyak angin makanya dia jadi menggembung dan akhirnya... ." Kembali kalimat Baim terpotong oleh sebuah suara yang cukup menggetarkan kalbu siapa pun yang mendengarnya."Tuuuuut, broooooottt!""Baaiiiiiiiiimmmm!"Teriakan Alma dan Aldi sontak memenuhi dan menggema di

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21

Bab terbaru

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 40

    Melihat hal itu, Baim tidak dapat lagi menahan rasa mual yang dia rasakan. Di detik berikutnya, Baim memuntahkan semua isi perutnya yang sudah tidak terlalu banyak. Setelah berhasil menguras habis semuanya, dengan tenaga yang hanya tersisa sedikit, pemuda itu mengajak Alma dan Aldi keluar dari tempat itu. "Tunggu, apa itu? Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu, aku menyusul. " Aldi yang melihat beberapa buah gulungan di bawah tumpukan pakaian Andin dan Rusdi pun bergegas mengambilnya dan membawanya keluar menyusul adik dan sahabatnya sambil menatap nanar ke arah mayat kedua sahabatnya yang begitu mengerikan. Setelah Aldi dan dua temannya bergegas keluar dari rumah nomor tiga belas, mereka merasa gemetar dan cemas. Aldi memegang gulungan-gulungan tersebut, dan begitu mereka berada di luar, dia membukanya. Gulungan-gulungan itu berisi sejumlah dokumen dan catatan rahasia. Dalam catatan-catatan itu, terkuaklah rahasia besar yang selama ini tersembunyi di dalam rumah tersebut.Merek

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 39

    "Astaga, Al! Lihat ini, kalian harus melihat ini sekarang! Kalian tidak akan mempercayainya!" Baim berteriak memanggil Alma dan Aldi, sementara Rusdi terkulai lemas di atas jasad Andin dengan darah yang terus mengucur keluar dari luka menganga di lehernyaAlma dan Aldi yang sempat saling pandang satu sama lain langsung mendatangi Baim yang masih heboh menunjuk ke sebuah arah, lebih tepatnya ke bawah tubuh kedua teman mereka tersebut. Kedua remaja tujuh belas tahun itu tersentak kaget, Andin bahkan berteriak lalu menangis saat dirinya melihat apa yang terpampang di depan matanya. "Astaga, Rusdi! Kenapa kamu dan Andin bisa melakukan hal semenjijikan ini di sini, bahkan kalian berdua menjadi gancet dan tidak bisa dipisahkan lagi." Aldi mengusap wajahnya kasar sambil mengentakkan kaki kanannya geram. "Terus bagaimana ini, Al? Apa yang harus kita lakukan untuk memisahkan mereka berdua?" tanya Baim pada Alma yang masih terlihat syok dengan apa yang sudah dilakukan kedua sahabat mereka.

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 38

    Aldi yang berada paling depan otomatis bergerak mundur dengan perlahan, diikuti oleh Alma dan Baim yang sempat terhipnotis dengan sosok bayangan hitam tersebut"Al, kita balik aja, yuk. Aku takut," bisik Baim pada Alma yang berada di depannya. "Ssstt, aku juga takut, Im. Tapi, kita tidak bisa balik lagi, kalau kita balik bagaimana nasib Andin dan Rusdi," kata Alma yang juga berbisik. Baim menghela napasnya dalam, di dalam hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh sahabat karibnya itu. "Ya, sudah kalau begitu. Ayo, kita lanjutkan lagi," sambung Baim masih dengan berbisik. "Sabar, kita tunggu dulu sampai bayangan itu menghilang, baru kita bergerak lagi." Kali ini Aldi ikut menimpali. Alma dan Baim menganggu, mereka kembali bergeser mundur dengan sangat perlahan hingga akhirnya makhluk tak kasat mata yang mengerikan itu menghilang dari pandangan.Setelah memastikan makhluk astral itu benar-benar tidak ada lagi, barulah mereka bergerak maju kembali dengan langkah tak kalah pelan de

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 37

    Alma dan Aldi spontan memelototkan mata mereka ke arah BaIm yang masih tertawa konyol. Tatapan tajam kedua sahabatnya, rupanya mampu membuat tawa Baim hilang dari bibirnya. Pemuda yang terkadang gemar bergaya seperti wanita itu kontan menunduk dan meminta maaf karena kekonyolan yang sudah baru saja dia lakukan. "Sekarang bukan waktunya bercanda, Im. Kami tau kamu pasti merasa tertekan dengan semua tekanan ini. Kami pun sama sepertimu tapi tolong jangan pernah menganggap remeh dunia tak kasat mata jika kau ingin selamat," tandas Alma. "Maafkan aku, Al. Aku hanya ingin kita bertiga tidak terlalu tertekan dengan semua ini, apalagi jika nantinya kita menjumpai Andin dan Rusdi dalam keadaan tidak seperti yang kita inginkan," ucap Baim lirih. "Maafkan aku, ya.""Huft, ya. Maafkan kami juga, Im. Sekarang lebih baik kita kembali fokus mencari Andin dan Rusdi, semoga saja mereka berdua dalam keadaan selamat."Baim dan Aldi mengangguk setuju, sebelum masuk ke dalam ruang bawah tanah lebih j

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 36

    Alma, Aldi, dan Baim terus menyusuri ruang bawah tanah rumah mewah itu, mencari tahu keberadaan Andin dan Rusdi. Di tengah gelapnya lorong, suara aneh bergema di sekitar mereka, dan udara terasa semakin dingin. Mereka merasa bahwa sesuatu yang jahat mengintai di sana.Terdengar suara langkah mereka bergema di koridor gelap ruang bawah tanah. Lampu redup bergetar, menciptakan bayangan yang menakutkan di dinding. Alma, Aldi, dan Baim terus berjalan, hati-hati memeriksa setiap sudut ruang.Saat mereka mendekati pintu yang terbungkus oleh aura misterius, Baim merasa bulu kuduknya merinding. "Apa yang kita cari di sini?" tanyanya, suaranya gemetar.Aldi yang mencoba menjaga ketenangan menjawab, "seperti rencana awal, kita mencari di mana Andin dan Rusdi. Kita sudah terlalu lama terpisah dari mereka berdua, semoga saja tidak terjadi apa-apa pada mereka berdua."Mereka meraih gagang pintu dengan perasaan waspada. Saat pintu terbuka, mereka dihadapkan pada pemandangan yang mengejutkan. Di dal

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 35

    Andin berusaha keras memisahkan diri dari Rusdi tetapi semuanya sia-sia belaka, sebab bukannya terlepas, mereka berdua malahan semakin menempel satu sama lain, milik Rusdi seakan terhisap begitu kuat oleh inti tubuh Andin. Mereka berdua bergerak ke sana-ke mari berusaha melepaskan inti tubuh masing-masing, tetapi hisapan itu semakin kuat seolah tidak ingin melepaskan milik Rusdi. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu terus bergerak liar maju mundur, ke atas dan ke bawah berharap bisa terlepas. Erangan, desahan, dan desisan bercampur baur menjadi satu dengan keringat yang mengalir di tubuh mereka berdua. Keinginan untuk melepaskan diri, timbul tenggelam oleh kenikmatan haram yang mereka reguk bersama-sama. "Ugh, gila, Ndin. Kenapa ini rasanya enak sekali, meskipun agak sedikit sakit tapi rasa nikmatnya sungguh luar biasa," ucap Rusdi dengan napas tersengal oleh kenikmatan duniawi. "Huh, iya, Rus. Enaknya sungguh tak terperikan," jawab Andin. "Gerakan pinggulmu sedikit lebih cepa

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 34

    "Rus, ini semakin aneh. Apakah kamu merasa bahwa kita berada di jalur yang benar?" tanya Andin dengan ketidakpastian.Rusdi mengangguk, "Iya, Andin. Ada sesuatu di sini yang memandu kita, tapi kita harus tetap waspada."Mereka melanjutkan langkah mereka, semakin dalam ke dalam ruang bawah tanah yang gelap. Cahaya senter Rusdi mengungkapkan lebih banyak misteri di sekitar mereka, seperti simbol-simbol aneh di dinding dan lorong-lorong yang tampaknya tak berujung.Ketika mereka berjalan, tiba-tiba suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Rasanya seperti bumi berguncang. Andin dan Rusdi saling memandang, jantung mereka berdebar kencang."Apakah itu gempa, Rus?" tanya Andin dengan nada khawatir.Rusdi merasa udara semakin panas, "Aku tidak yakin, Andin, tapi kita harus mencari tahu. Ini bisa jadi kunci dari semua misteri ini."Mereka terus berjalan menuju asal suara gemuruh tersebut, dengan harapan bahwa mereka akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang menghantui mereka. Akan tetapi,

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 33

    Dengan perasaan campuran antara harapan dan kekhawatiran, Andin berkata, "Rusdi, kita harus mencari Permata Kelam ini. Mungkin itulah kunci untuk menghentikan kekuatan jahat ini."Rusdi setuju, "Tapi kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu apa yang akan kita temui dalam pencarian ini. Kami mungkin harus bersiap untuk menghadapi bahaya yang lebih besar."Mereka memutuskan untuk mengakhiri sesi penelitian mereka dan bersiap-siap untuk pencarian Permata Kelam. Dengan harapan dan keberanian, mereka merasa semakin dekat dengan mengungkap semua misteri dan mengatasi kekuatan jahat yang mengancam mereka dan rumah ini.Andin dan Rusdi memasuki ruang bawah tanah yang gelap dan penuh misteri di rumah kuno itu. Mereka membawa senter sambil mencari petunjuk untuk menemukan Permata Kelam yang konon tersembunyi di dalamnya. Suasana yang terasa semakin mencekam membuat detak jantung mereka semakin kencang."Kita harus tetap hati-hati dan selalu waspada, Ndin. Jangan terbuai dengan apapun yang kita

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 32

    Tiba-tiba, suasana berubah. Cahaya merah yang mengepung mereka memudar, dan bayangan itu lenyap. Mereka merasa beban mencekam hilang dari ruangan, dan mereka bisa keluar dengan aman. Namun, mereka tahu bahwa rumah itu menyimpan rahasia yang lebih dalam dan menakutkan dari yang mereka bayangkan.Andin dan Rusdi keluar dari kamar dengan perasaan lega, tetapi rasa ingin tahu mereka menggelitik. Mereka berdua duduk di ruang tengah yang kuno, ditemani oleh cahaya temaram dari lilin yang mereka nyalakan.Rusdi bertanya dengan hati-hati, "Andin, apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini? Mengapa kita merasa ada kekuatan gelap di sini?"Andin merenung sejenak sebelum menjawab, "Mungkin ini adalah rumah yang menyimpan kenangan yang tak pernah terselesaikan. Mungkin ada seseorang atau sesuatu yang masih terikat di sini."Mereka berdua merasa seperti ada yang memanggil mereka. Tiba-tiba, sebuah suara bisikan pelan terdengar di udara, "Kembalilah, kembalilah ke rumah ini..."Rusdi menelan ludah, "

DMCA.com Protection Status