Share

bab 20

Penulis: Maylafaisha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-21 23:34:29

Suara angin yang mengerikan terus berdesing di luar rumah, membuat suasana semakin menegangkan. Tiba-tiba, lampu-lampu di dalam rumah mulai berkedip-kedip dan mati satu per satu, menyisakan kegelapan total. Di tengah kegelapan, terdengar langkah-langkah perlahan mendekat

Rombongan remaja yang kini tersisa lima orang itu memasang telinga. Waspada dan takut, itu yang tengah mereka rasakan saat ini, apalagi setelah mereka menemukan jasad Amar dengan kondisi yang mengerikan

Tubuh Alma, Andin, Aldi, Baim, dan Rusdi gemetar ketakutan, wajah-wajah yang biasanya ceria penuh suka dan canda berubah penuh kengerian, curiga, waspada, pucat pasi karena kurang tidur, dan harus mengurangi isi perut demi menghemat perbekalan yang mulai menipis.

Srek-srek! Srek-srek!

"Hihihi! Bukankah sudah kuperingatkan kalian supaya menjauh dari rumah ini, tapi kalian tidak menurutinya. Jadi, nikmati saja semua yang terjadi di rumah ini. Berusahalah agar kalian bisa keluar dari sini, tentunya dalam keadaan hidup,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 21

    "Al, apa tidak ada tempat lain yang lebih terang gitu? Aku merasa begitu takut menyusuri rumah ini, apalagi setelah kematian Amar yang begitu mengerikan dengan perut terburai," kata Baim yang menempel erat di lengan kanan Aldi. "Ck, Im. Mana ada tempat seperti itu di rumah ini, seluruh ruangan tidak ada lampunya, senter pun sekarang kita harus bergantian supaya tidak habis dalam waktu bersamaan. Berdoa sajalah, Im, dan yakin kalau kita semua akan keluar dari sini dalam keadaan selamat dan hidup," jawab Alma"Iya, betul itu apa yang dikatakan Alma, Im. Sebaiknya kamu berpikiran positif saja, supaya makhluk itu tidak mudah mendekati kita, sepertinya dia datang saat mencium aroma ketakutan dari diri kita," sahut Aldi. Untuk meredakan rasa takut di hati, Baim menghela napasnya berulang kali. Bahkan tidak jarang dia menarik napas dalam-dalam, menahannya beberapa saat lamanya baru dihembuskannya secara perlahan. Melihat Baim, Alma dan Aldi pun memutuskan untuk mengikuti gerakan Baim. Alm

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 22

    "Bau itu kenapa? Jangan bilang kalau kamu yang buang gas, Im!?" tegas Alma dan Aldi bersamaan. Baim mengangkat kepalanya, wajahnya terlihat memohon belas kasihan dari kedua kakak beradik itu hingga membuat keduanya mengerutkan dahi mereka karena curiga jika dugaan mereka benar adanya. Alma dan Aldi memasang tampang bengis di depan Baim, seakan ingin memotong-motong pemuda itu dan menjadikannya umpan untuk makhluk yang tidak kasat mata di rumah itu Melihat kemarahan di wajah keduanya, Baim langsung memasang wajah memelas dengan puppy eyes yang cukup menghipnotis Alma dan Aldi. "Eheee, begitulah adanya, Al. Maaf, padahal tadi sudah berusaha kutahan sebegitu rupa, tapi rupanya kelepasan. Mungkin karena perut ini berisi banyak angin makanya dia jadi menggembung dan akhirnya... ." Kembali kalimat Baim terpotong oleh sebuah suara yang cukup menggetarkan kalbu siapa pun yang mendengarnya."Tuuuuut, broooooottt!""Baaiiiiiiiiimmmm!"Teriakan Alma dan Aldi sontak memenuhi dan menggema di

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 23

    Aldi menatap pilu Alma dan Baim yang masih bercanda, seakan tidak pernah ada kejadian menyedihkan dan mengerikan di dalam hidup mereka. Namun, Aldi pun tidak bisa menyalahkan mereka berdua. Pemuda itu paham jika keduanya pasti juga merasa frustrasi sehingga memerlukan sedikit jokes untuk menyegarkan otak dan suasana. Sementara itu, Alma dan Baim yang masih bercanda riang langsung berhenti tatkala melihat ekspresi wajah Aldi yang murung. "Ada apa, Al?" tanya Alma dan Baim berbarengan. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang teringat masa-masa dimana Amar dan Santi masih hidup. Kita bercanda ria bersama, tak ada satu pun yang merasa tersinggung meski candaan kita melewati batas. Tidak seperti saat ini dimana semuanya terasa begitu mengerikan dan menekan isi kepala," keluh Aldi dengan nada lirih. "Maafkan kami, Al, jika tingkah kami berdua keterlaluan," ucap Baim seraya meletakkan tangannya di bahu Aldi. Aldi menggeleng dan mengatakan bahwa dia tidak pernah tersinggung dengan candaan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 24

    Aldi, Baim, dan Alma saling berpelukan. Mereka berusaha saling menguatkan dan mendukung satu sama lain. Mereka bertekad untuk menghadapi teror apa pun yang ada di dalam rumah megah ini, harus keluar dalam keadaan selamat dan hidup. "Kita tidak akan menyerah begitu saja. Santi dan Amar akan selalu bersama kita dalam semangat kita untuk bertahan hidup," tegas Aldi. Alma mengangguk setuju dengan ucapan Aldi, saudara kembarnya. "Kita harus tetap tenang dan berpikir jernih. Mereka pasti ingin kita selamat," sahut gadis itu sambil mengusap air matanya. ketiga sahabat tersebut menjelajahi setiap sudut rumah yang penuh misteri. Mereka berusaha untuk tetap tenang dan berpikir jernih, seperti yang Santi dan Amar pasti ingin mereka lakukan."Kita harus hati-hati dan waspada, tetap bersatu. Jangan sampai terpisah karena ego kita," kata Baim mengingatkan"Kamu benar, Im. Kita tidak boleh membiarkan apapun memisahkan kita, kita harus tetap hidup agar bisa keluar dari sini. Semoga Andin dan Rusdi

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 25

    Aldi, Alma, dan Baim berusaha untuk perlahan-lahan mundur dari sosok-sosok bayangan yang mencekam itu. Namun, mereka tetap merasa terjebak dalam situasi yang sangat menakutkan.Masih berjalan mundur dengan hati-hati, mereka berharap untuk menghindari konfrontasi apapun dengan sosok-sosok misterius ini. Ketegangan dalam ruangan semakin intens, dan keberanian mereka diuji dalam kegelapan yang mengancam."Al, sampai kapan kita harus berjalan mundur seperti ini?" bisik Baim, lututnya sudah gemetar karena ketakutan. "Sst! Mending kamu diam, Im. Aku juga tidak tahu sampai kapan kita harus begini. Tapi, kita juga tidak mungkin berjalan membelakangi mereka, sebab kita harus tetap waspada dengan para makhluk tak kasat mata itu. Kamu paham, 'kan, Im," jawab Alma yang juga ikut berbisik."Hh, ya, baiklah. Aku paham, Al," desah Baim sambil menghela napasnya dalam-dalam.Dalam kehati-hatian, mereka bertiga terus melangkah menjauhi para makhluk tak kasat mata yang masih terus bergerakSosok-sosok

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 26

    "Ya, Tuhan, jika memang akan terjadi hal besar semoga saja itu adalah hal baik. Semoga kami bisa keluar dari sini secepatnya, Tuhan. Sungguh kami sudah lelah dengan semua peristiwa mengerikan ini. Ditambah lagi dengan jasad Santi dan Amar yang sudah pasti membusuk, semuanya terasa begitu buruk," batin Alma. Dalam diam, Alma tampak gelisah dan itu membuat posisinya terus bergerak tidak karuan sehingga membangunkan Baim. "Eh, Al, sudah lama bangun, Kamu?" sapa pemuda itu tatkala melihat Alma tengah membersihkan wajahnya dengan tisu basah yang diambilnya dari dalam tas ransel yang dipakainya sebagai bantal tidur. "Ya, lumayanlah. Kenapa memangnya, Im? Apa aku mengganggu tidurmu? Maaf, ya," ucap Alma"Ah, tidak mengapa. Memang sudah waktunya untuk bangun. Aldi belum bangun?" tanya Baim lagiAlma menggeleng, lalu berkata, "dia baru saja tertidur ketika aku bangun tadi. Kasihan, dia sepertinya begadang tadi malam.""Hmm, ya, begitulah. Sebenarnya aku dan Aldi memang membuat jadwal gilir

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 27

    Pemuda itu lalu kembali mengeluarkan sebungkus roti dari dalam tasnya kemudian membagi untuk Aldi, Alma dan dirinya sendiri. Mereka bertiga kemudian memakan roti itu sedikit demi sedikit dan menyimpan sisanya untuk waktu berikutnya. "Bagaimana, kalian sudah siap untuk kembali menjelajahi rumah ini? Siap bertualang di kegelapan rumah yang semakin mencekam?" tanya Aldi. "Siap tidak siap, kami harus dan pasti siap, Al." Alma dan Baim menyahut secara bersamaan. Aldi mengangguk, kemudian mengajak Alma dan Baim kembali menjelajahi seisi rumah untuk mencari jalan keluar dari rumah yang semakin suram dan menakutkan itu. Aldi, Alma, dan Baim melewati ruang tamu, tempat dimana mereka meletakkan jasad Santi dan Amar secara berdampingan. Dengan penuh perasaan takut, ketiganya melalui ruang tamu. Namun, sesampainya di ruang tamu mereka menemui sebuah keanehan"Alma, Aldi, kok ruang tamu ini tidak berbau busuk, ya? Seharusnya, 'kan, dari sini tercium bau busuk dari jenazah Santi dan Amar yang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 28

    Aldi menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk meredakan kepanikannya. "Kamu benar, Al. Kita harus tetap tenang dan mencari tahu apa yang terjadi."Alma mengangguk, lalu memalingkan wajah ke arah Baim yang masih terlihat pucat pasi karena ketakutan. "Kamu baik-baik saja, 'kan, Im?""Se-sebenarnya aku sendiri tidak yakin jika diriku saat ini sedang baik-baik saja. Semoga saja tidak ada lagi kejadian aneh di luar nalar seperti ini," ujar Baim. "Lalu bagaimana jalan keluar untuk masalah jenazah Santi dan Amar yang tiba-tiba menghilang ini, gaes? Apalagi kita tidak bisa menghubungi polisi atau siapa pun untuk meminta bantuan?"Aldi menatap Alma dan Baim dengan tatapan serius, "kita harus bergerak hati-hati dan tidak boleh gegabah, karena kita tahu di rumah ini ada sebuah kekuatan tak kasat mata yang kita tahu seberapa besar kemampuannya untuk menyerang dan menyebabkan kematian, hingga menghilangkan jasad kita."Alma dan Baim menghela napas mereka dalam-dalam. Di dalam hati mereka membenark

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22

Bab terbaru

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 40

    Melihat hal itu, Baim tidak dapat lagi menahan rasa mual yang dia rasakan. Di detik berikutnya, Baim memuntahkan semua isi perutnya yang sudah tidak terlalu banyak. Setelah berhasil menguras habis semuanya, dengan tenaga yang hanya tersisa sedikit, pemuda itu mengajak Alma dan Aldi keluar dari tempat itu. "Tunggu, apa itu? Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu, aku menyusul. " Aldi yang melihat beberapa buah gulungan di bawah tumpukan pakaian Andin dan Rusdi pun bergegas mengambilnya dan membawanya keluar menyusul adik dan sahabatnya sambil menatap nanar ke arah mayat kedua sahabatnya yang begitu mengerikan. Setelah Aldi dan dua temannya bergegas keluar dari rumah nomor tiga belas, mereka merasa gemetar dan cemas. Aldi memegang gulungan-gulungan tersebut, dan begitu mereka berada di luar, dia membukanya. Gulungan-gulungan itu berisi sejumlah dokumen dan catatan rahasia. Dalam catatan-catatan itu, terkuaklah rahasia besar yang selama ini tersembunyi di dalam rumah tersebut.Merek

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 39

    "Astaga, Al! Lihat ini, kalian harus melihat ini sekarang! Kalian tidak akan mempercayainya!" Baim berteriak memanggil Alma dan Aldi, sementara Rusdi terkulai lemas di atas jasad Andin dengan darah yang terus mengucur keluar dari luka menganga di lehernyaAlma dan Aldi yang sempat saling pandang satu sama lain langsung mendatangi Baim yang masih heboh menunjuk ke sebuah arah, lebih tepatnya ke bawah tubuh kedua teman mereka tersebut. Kedua remaja tujuh belas tahun itu tersentak kaget, Andin bahkan berteriak lalu menangis saat dirinya melihat apa yang terpampang di depan matanya. "Astaga, Rusdi! Kenapa kamu dan Andin bisa melakukan hal semenjijikan ini di sini, bahkan kalian berdua menjadi gancet dan tidak bisa dipisahkan lagi." Aldi mengusap wajahnya kasar sambil mengentakkan kaki kanannya geram. "Terus bagaimana ini, Al? Apa yang harus kita lakukan untuk memisahkan mereka berdua?" tanya Baim pada Alma yang masih terlihat syok dengan apa yang sudah dilakukan kedua sahabat mereka.

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 38

    Aldi yang berada paling depan otomatis bergerak mundur dengan perlahan, diikuti oleh Alma dan Baim yang sempat terhipnotis dengan sosok bayangan hitam tersebut"Al, kita balik aja, yuk. Aku takut," bisik Baim pada Alma yang berada di depannya. "Ssstt, aku juga takut, Im. Tapi, kita tidak bisa balik lagi, kalau kita balik bagaimana nasib Andin dan Rusdi," kata Alma yang juga berbisik. Baim menghela napasnya dalam, di dalam hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh sahabat karibnya itu. "Ya, sudah kalau begitu. Ayo, kita lanjutkan lagi," sambung Baim masih dengan berbisik. "Sabar, kita tunggu dulu sampai bayangan itu menghilang, baru kita bergerak lagi." Kali ini Aldi ikut menimpali. Alma dan Baim menganggu, mereka kembali bergeser mundur dengan sangat perlahan hingga akhirnya makhluk tak kasat mata yang mengerikan itu menghilang dari pandangan.Setelah memastikan makhluk astral itu benar-benar tidak ada lagi, barulah mereka bergerak maju kembali dengan langkah tak kalah pelan de

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 37

    Alma dan Aldi spontan memelototkan mata mereka ke arah BaIm yang masih tertawa konyol. Tatapan tajam kedua sahabatnya, rupanya mampu membuat tawa Baim hilang dari bibirnya. Pemuda yang terkadang gemar bergaya seperti wanita itu kontan menunduk dan meminta maaf karena kekonyolan yang sudah baru saja dia lakukan. "Sekarang bukan waktunya bercanda, Im. Kami tau kamu pasti merasa tertekan dengan semua tekanan ini. Kami pun sama sepertimu tapi tolong jangan pernah menganggap remeh dunia tak kasat mata jika kau ingin selamat," tandas Alma. "Maafkan aku, Al. Aku hanya ingin kita bertiga tidak terlalu tertekan dengan semua ini, apalagi jika nantinya kita menjumpai Andin dan Rusdi dalam keadaan tidak seperti yang kita inginkan," ucap Baim lirih. "Maafkan aku, ya.""Huft, ya. Maafkan kami juga, Im. Sekarang lebih baik kita kembali fokus mencari Andin dan Rusdi, semoga saja mereka berdua dalam keadaan selamat."Baim dan Aldi mengangguk setuju, sebelum masuk ke dalam ruang bawah tanah lebih j

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 36

    Alma, Aldi, dan Baim terus menyusuri ruang bawah tanah rumah mewah itu, mencari tahu keberadaan Andin dan Rusdi. Di tengah gelapnya lorong, suara aneh bergema di sekitar mereka, dan udara terasa semakin dingin. Mereka merasa bahwa sesuatu yang jahat mengintai di sana.Terdengar suara langkah mereka bergema di koridor gelap ruang bawah tanah. Lampu redup bergetar, menciptakan bayangan yang menakutkan di dinding. Alma, Aldi, dan Baim terus berjalan, hati-hati memeriksa setiap sudut ruang.Saat mereka mendekati pintu yang terbungkus oleh aura misterius, Baim merasa bulu kuduknya merinding. "Apa yang kita cari di sini?" tanyanya, suaranya gemetar.Aldi yang mencoba menjaga ketenangan menjawab, "seperti rencana awal, kita mencari di mana Andin dan Rusdi. Kita sudah terlalu lama terpisah dari mereka berdua, semoga saja tidak terjadi apa-apa pada mereka berdua."Mereka meraih gagang pintu dengan perasaan waspada. Saat pintu terbuka, mereka dihadapkan pada pemandangan yang mengejutkan. Di dal

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 35

    Andin berusaha keras memisahkan diri dari Rusdi tetapi semuanya sia-sia belaka, sebab bukannya terlepas, mereka berdua malahan semakin menempel satu sama lain, milik Rusdi seakan terhisap begitu kuat oleh inti tubuh Andin. Mereka berdua bergerak ke sana-ke mari berusaha melepaskan inti tubuh masing-masing, tetapi hisapan itu semakin kuat seolah tidak ingin melepaskan milik Rusdi. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu terus bergerak liar maju mundur, ke atas dan ke bawah berharap bisa terlepas. Erangan, desahan, dan desisan bercampur baur menjadi satu dengan keringat yang mengalir di tubuh mereka berdua. Keinginan untuk melepaskan diri, timbul tenggelam oleh kenikmatan haram yang mereka reguk bersama-sama. "Ugh, gila, Ndin. Kenapa ini rasanya enak sekali, meskipun agak sedikit sakit tapi rasa nikmatnya sungguh luar biasa," ucap Rusdi dengan napas tersengal oleh kenikmatan duniawi. "Huh, iya, Rus. Enaknya sungguh tak terperikan," jawab Andin. "Gerakan pinggulmu sedikit lebih cepa

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 34

    "Rus, ini semakin aneh. Apakah kamu merasa bahwa kita berada di jalur yang benar?" tanya Andin dengan ketidakpastian.Rusdi mengangguk, "Iya, Andin. Ada sesuatu di sini yang memandu kita, tapi kita harus tetap waspada."Mereka melanjutkan langkah mereka, semakin dalam ke dalam ruang bawah tanah yang gelap. Cahaya senter Rusdi mengungkapkan lebih banyak misteri di sekitar mereka, seperti simbol-simbol aneh di dinding dan lorong-lorong yang tampaknya tak berujung.Ketika mereka berjalan, tiba-tiba suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Rasanya seperti bumi berguncang. Andin dan Rusdi saling memandang, jantung mereka berdebar kencang."Apakah itu gempa, Rus?" tanya Andin dengan nada khawatir.Rusdi merasa udara semakin panas, "Aku tidak yakin, Andin, tapi kita harus mencari tahu. Ini bisa jadi kunci dari semua misteri ini."Mereka terus berjalan menuju asal suara gemuruh tersebut, dengan harapan bahwa mereka akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang menghantui mereka. Akan tetapi,

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 33

    Dengan perasaan campuran antara harapan dan kekhawatiran, Andin berkata, "Rusdi, kita harus mencari Permata Kelam ini. Mungkin itulah kunci untuk menghentikan kekuatan jahat ini."Rusdi setuju, "Tapi kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu apa yang akan kita temui dalam pencarian ini. Kami mungkin harus bersiap untuk menghadapi bahaya yang lebih besar."Mereka memutuskan untuk mengakhiri sesi penelitian mereka dan bersiap-siap untuk pencarian Permata Kelam. Dengan harapan dan keberanian, mereka merasa semakin dekat dengan mengungkap semua misteri dan mengatasi kekuatan jahat yang mengancam mereka dan rumah ini.Andin dan Rusdi memasuki ruang bawah tanah yang gelap dan penuh misteri di rumah kuno itu. Mereka membawa senter sambil mencari petunjuk untuk menemukan Permata Kelam yang konon tersembunyi di dalamnya. Suasana yang terasa semakin mencekam membuat detak jantung mereka semakin kencang."Kita harus tetap hati-hati dan selalu waspada, Ndin. Jangan terbuai dengan apapun yang kita

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 32

    Tiba-tiba, suasana berubah. Cahaya merah yang mengepung mereka memudar, dan bayangan itu lenyap. Mereka merasa beban mencekam hilang dari ruangan, dan mereka bisa keluar dengan aman. Namun, mereka tahu bahwa rumah itu menyimpan rahasia yang lebih dalam dan menakutkan dari yang mereka bayangkan.Andin dan Rusdi keluar dari kamar dengan perasaan lega, tetapi rasa ingin tahu mereka menggelitik. Mereka berdua duduk di ruang tengah yang kuno, ditemani oleh cahaya temaram dari lilin yang mereka nyalakan.Rusdi bertanya dengan hati-hati, "Andin, apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini? Mengapa kita merasa ada kekuatan gelap di sini?"Andin merenung sejenak sebelum menjawab, "Mungkin ini adalah rumah yang menyimpan kenangan yang tak pernah terselesaikan. Mungkin ada seseorang atau sesuatu yang masih terikat di sini."Mereka berdua merasa seperti ada yang memanggil mereka. Tiba-tiba, sebuah suara bisikan pelan terdengar di udara, "Kembalilah, kembalilah ke rumah ini..."Rusdi menelan ludah, "

DMCA.com Protection Status