Semua Bab Istri Presdir yang Hilang: Bab 141 - Bab 150

154 Bab

141. Hadiah dari Sky

Saat Lucas sedang fokus mencari jawaban, Sky mengguncang kakinya. "Ayolah, Papa. Kita berdamai saja. Jangan bertengkar lagi dengan Papa Edmund. Nanti Mama jadi sedih. Aku juga merasa tidak tenang kalau Papa Lucas masih marah kepada Papa Edmund." Lucas tertunduk menatap Sky. Wajah lugu itu hampir berhasil meruntuhkan gengsinya. "Apakah ada alasan bagiku untuk berdamai dengan ayah kandungmu? Dia adalah alasan kita harus berpisah." "Kita tidak benar-benar berpisah, Papa. Kita hanya tidak tinggal bersama, tapi ke depannya, kita akan sering bertemu. Kami berencana untuk mengelilingi dunia. Kalau kami berada di dekat tempat Papa Lucas bekerja, kita bisa mengatur janji pertemuan." Tiba-tiba, Sky melompat kecil. Matanya berbinar lebih terang. "Papa tahu? Kami juga berencana untuk sesering mungkin singgah di sini. Di rumah hutan! Aku sudah berjanji dengan Felis, Gigi, dan Gusi untuk sering menemui mereka." Selang satu anggukan, ia menurunkan pandangan. "Canis, kamu dengar yang kukatakan ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-12
Baca selengkapnya

142. Hubungan Harmonis

Lama, Lucas menatap kompas di tangannya. Tidak ada satu pun suara atau gerakan yang ia buat. Hal itu meredupkan binar di wajah Sky. "Ada apa, Papa? Kamu tidak senang mendapat kompas itu?" Lucas menggeleng. "Tidak—" Suaranya tersekat. Sky menjadi salah paham. Wajahnya berubah manyun. "Papa tidak suka?" Sambil mengembuskan napas panjang, gadis kecil itu tertunduk. Ia mainkan tali jumpsuit-nya. "Sayang sekali. Padahal, aku sengaja mengosongkan celengan ayamku untuk membeli itu. Ternyata Papa tidak suka dengan hadiahku." "Tidak. Bukan begitu." Lucas menekuk lutut. Ia tunjukkan kompas barunya dengan senyum penuh haru. "Aku sangat suka dengan hadiah ini. Saking sukanya, aku sampai tidak bisa berkata-kata." "Begitukah?" Mata Sky kembali bercahaya. Lucas mengangguk. "Ya. Kau sangat hebat dalam memilih, Sky. Ini hadiah yang luar biasa. Tapi, kenapa kau sampai memecahkan celengan ayammu? Kau seharusnya menggunakan tabungan itu untuk keperluanmu." Sky terkikik lucu. "Sebetulnya, saat mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-13
Baca selengkapnya

143. Akhir dari Perjalanan Panjang

"Nenek!" Sky melompat-lompat saat speedboat yang digunakan oleh sang ayah kembali. Wajahnya begitu cerah, senyumnya semringah. Tangannya tak berhenti melambai. Di belakang mereka, speedboat lain menyusul. Dua wanita terlihat tegang di sana. Mereka memegang koper masing-masing dengan erat. Saat kaki mereka menyentuh darat, barulah mereka bisa bernapas lega. "Astaga, perjalanan kemari menyeramkan sekali. Mulutku tidak henti-hentinya mengucapkan doa. Untung saja perahu kita sampai dengan selamat." "Ya, aku juga takut sekali tadi. Aku nyaris tidak bergerak. Bisa gawat kalau perahu kita oleng. Kita bisa saja berakhir menjadi santapan buaya." Mendengar komentar teman-temannya, Elizabeth mengibaskan tangan. "Sudahlah, jangan menggerutu lagi. Bukan aku yang memaksa kalian untuk menemani aku ke sini. Kalian sendiri yang menawarkan diri." Dua wanita lain mengatupkan mulut dengan gaya khas masing-masing. Yang satu sibuk merapikan rambut. Yang satu lagi sibuk membetulkan kerah baju. Melihat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-14
Baca selengkapnya

144. Keluarga Petualang yang Hebat

Setibanya di rumah hutan, Alice ternyata sudah siap untuk menyambut mereka. Ia berdiri di depan tangga dengan senyum hangat. Nyonya Anggrek dan Nyonya Kupu-Kupu dengan senang hati membalas dekapannya. "Bagaimana kabarmu, Alice? Kau tampak lebih bersinar di sini. Apakah karena lingkungan yang damai ini?" "Dia pasti bahagia telah terbebas dari tekanan Elizabeth. Tapi kau tahu, Alice? Mertuamu sudah berubah. Kau tidak perlu takut padanya lagi. Karena itulah kami di sini. Kami—aduh!" Wanita itu mengusap lengannya dan melirik Elizabeth. "Kenapa mencubitku?" "Jangan merebut bagianku. Biar aku saja yang menyatakannya. Kalian tidak perlu mewakiliku." Dua wanita itu tersenyum miring. "Kau yakin? Sepanjang latihan, kau selalu membuat kesalahan." "Nyonya Anggrek, tolong jangan meledek Nenek. Nanti dia malu dan tidak jadi meminta maaf kepada Mama," tutur Sky dengan bibir menguncup dan tangan di pinggang. Wanita itu terkekeh. "Aku tidak meledeknya, Sky. Aku memberinya keberanian." Sedetik k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-14
Baca selengkapnya

Special Chapter 1. Menyambut Tamu

"Louis! Emily!" Sky melambaikan tangan dengan sekuat tenaga. Suara tawanya begitu ringan, apalagi saat si Kembar membalas panggilannya. "Sky! Sky!" Mereka melompat-lompat di atas speedboat yang meluncur ke arah dermaga. Di samping mereka, bocah lain yang lebih kecil ikut melambai. Melihat itu, mata Sky berbinar lebih terang. "Russell, kau juga ikut?" Sambil tertawa lebih kencang, ia ikut melompat. "Russel!" Menyaksikan betapa antusias Sky menyambut teman-temannya, Edmund tanpa sadar mendengus. Alice mendengar itu. Ia melirik, tersenyum geli. "Ed, bukankah kau sudah pernah bertemu dengan Louis? Kupikir kau setuju kalau dia anak yang baik." Edmund menaikkan alis sedikit. "Ya, dia memang anak baik. Tapi itu bukan berarti dia bisa lolos dari pantauanku." Alice mengernyitkan dahi. "Kau masih cemburu? Ayolah, Ed. Dia masih kecil, dan kamu sudah dengar sendiri pengakuan Sky. Laki-laki favoritnya tetap kamu." Alice menyikut lengan Edmund. Akan tetapi, suaminya itu tetap memasang tampang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-19
Baca selengkapnya

Special Chapter 2. Mengawasi Louis

Semua orang bertepuk tangan saat Sky dan teman-teman hewannya selesai melakukan pertunjukan. Bukan hanya anak-anak Harper yang terkesima, tetapi orang tua mereka juga. "Terima kasih, Sky. Ini adalah sambutan paling manis yang pernah kami terima," tutur Kara dengan senyum lebar. "Ya, ini sambutan yang luar biasa. Bagaimana caramu melatih hewan-hewan itu? Bukan hanya kucing dan anjing, kamu juga berhasil melatih dua ekor angsa." Frank mengacungkan jempolnya. Sky terkekeh bangga. "Itu karena mereka bukan sembarang hewan, Tuan. Mereka adalah teman-temanku dan mereka pintar. Kurasa mereka mau mengikuti aba-aba dariku karena kami akrab." "Mereka teman-temanmu?" Frank menaikkan alis. Si Kembar langsung berebut menjelaskan. "Tidak ada anak-anak lain di sini, Papa. Karena itu, Sky hanya bermain dengan teman-teman hewannya." "Sky bilang dia selalu memberi mereka makan yang banyak. Kurasa, karena itu juga hewan-hewan itu patuh padanya. Mereka suka pada Sky!" Sky melompat antusias. "Louis
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-20
Baca selengkapnya

Special Chapter 3. Janji Louis

Alis Louis berkerut mendengar pertanyaan Edmund. "Kenapa Anda bertanya begitu, Tuan? Tentu saja aku menyayangi Sky. Dia temanku. Dia sudah seperti seorang adik bagiku." Edmund berkedip kaku. "Begitukah? Kau menganggapnya sebagai seorang adik?" Louis mengangguk mantap. "Ya, kurasa Emily juga begitu. Dulu dia menginginkan adik perempuan. Ternyata, Russell yang keluar. Dia sempat sedih. Kehadiran Sky membantu mengobati kekecewaannya." Bibir Edmund perlahan mengerucut. Tangannya disempal ke dalam saku. "Jadi, kau menganggap putriku sebagai adikmu?" gumamnya. Entah mengapa, perasaan lega timbul dalam hatinya. "Apakah itu berarti kau akan menjaganya seperti adik-adikmu?" "Ya, aku akan berusaha untuk menjaga Sky dengan baik. Aku tidak akan membuatnya menangis." Alis Edmund kembali tertaut. "Tapi tadi, aku melihatmu mengusili Emily. Apakah kau bisa dipercaya untuk menjaga adik-adikmu?" Tiba-tiba saja, bibir Louis berkedut. Sambil menggaruk pelipis, ia terkekeh. "Soal itu, aku memang suk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-21
Baca selengkapnya

Special Chapter 4. Petualangan Anak-Anak

"Sayang, apakah kamu melihat anak-anak?" tanya Alice sembari menghampiri Edmund. "Anak-anak?" Edmund mengalihkan pandangan dari laptopnya. Kedua alisnya terdongkrak. "Bukankah mereka masih tidur? Aku tidak melihat mereka keluar tenda." "Kupikir juga begitu. Tapi setelah kuperiksa, mereka tidak ada." Edmund pun menoleh ke sekeliling. Mata dan telinganya menajam. Akan tetapi, tidak ada jejak anak-anak yang terdeteksi. "Mungkinkah mereka bermain di kebun belakang?" Alice menggeleng. "Aku sudah mencari mereka di sana. Tidak ada." "Kandang ayam? Siapa tahu, Sky mengajak si Kembar dan Russell melihat anak ayam." "Tidak ada juga." Edmund menjentikkan jari. "Kandang angsa! Mereka pasti sedang bermain dengan Gigi dan Gusi." Alice menghela napas berat. Guratan di keningnya tampak lebih jelas. "Tidak ada, Ed. Aku sudah mencari mereka ke mana-mana. Mereka tidak ada." "Apakah kau sudah mencari di dalam rumah? Siapa tahu mereka sedang bermain petak umpet. Mereka mungkin saja sedang bersemb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-22
Baca selengkapnya

Special Chapter 5. Suara Tembakan

"Sky, bunyi apa itu?" bisik Emily dengan suara tersekat. "Apakah itu suara ledakan?" "Kurasa itu suara senapan," potong Louis sebelum menggenggam lengan gadis yang paling kecil. "Sky, mungkinkah itu pemburu liar?" Sky berkedip-kedip gusar. "Mungkin iya. Daerah ini sudah berada di luar lingkup yayasan. Tim patroli hanya sesekali memeriksanya. Itu pun kalau mereka sempat." "Bukankah perburuan liar itu dilarang? Kenapa masih ada saja orang-orang jahat yang membunuh satwa? Kira-kira, apa yang baru saja mereka tembak? Apakah orang utan?" tanya Louis dengan ekspresi serius. Emily langsung bergidik ngeri. "Oh, kalau memang para pemburu itu mengincar orang utan, kuharap dia berhasil lolos dan selamat. Orang utan itu hewan langka. Kasihan kalau mereka punah." "Dan kuharap itu bukan Mimi," lanjut Sky sembari mengentakkan kaki. "Dia selalu membawa anaknya ke mana-mana. Dia pasti susah bergerak dan rentan terhadap serangan." "Bagaimana kalau kita memeriksanya? Kalau memang itu ulah pemburu l
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-22
Baca selengkapnya

Special Chapter 6. Keputusan yang Tepat

"Tidak, Louis." Emily mengernyitkan dahi. "Kita tidak boleh meninggalkan Mimi sendirian di sini. Dia bisa mati.""Tapi itu yang dia mau. Dia ingin anaknya selamat. Dia pasti bertahan. Kita hanya perlu menyelamatkan anak Mimi dengan cepat. Menurutku, kita bisa melakukannya. Kita ini anak-anak terlatih, kau ingat?" Alih-alih setuju, Emily menggeleng tegas. "Tidak, Louis. Itu terlalu berisiko. Kita tidak boleh egois dan memikirkan kesenangan kita sendiri. Bagaimana kalau kita hubungi rumah hutan saja? Ini masalah serius."Sementara Louis menghela napas berat, Sky menautkan alis. Ia terlihat sangat serius dengan bibir terlipat ke dalam."Kurasa Emily benar. Kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Kita butuh bantuan orang dewasa. Papa Mama kita dan orang-orang yayasan. Kita harus melaporkan hal ini kepada mereka. Mimi butuh bantuan medis, sedangkan para pemburu liar itu harus ditangkap." Louis termenung sebentar. Ia sebetulnya enggan menghubungi orang tuanya. Ia ingin mandiri.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status