Semua Bab Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik: Bab 231 - Bab 240
257 Bab
Bab 231. Aku Tidak Main-Main
Diva sengaja belum keluar dari ruang kerjanya, padahal jam sudah menunjukkan pukul lima lebih. Tersisa Deska, Farel dan juga Miko. Wanita ini sengaja menunggu Elvan menghubunginya, sekaligus otaknya sedang menerka-nerka apa yang akan ditanyakan oleh kedua orang tuanya nanti.“Div, belum pulang?” tanya Farel dari kejauhan.Diva hanya menggeleng.“Ah, nungguin Pak Bos, ya? Lagian, kenapa gak tunggu di ruangannya aja kalo udah selesai?” Pertanyaan Farel ini hanya membuat Diva tersenyum simpul, tetapi saat mata Diva melihat ke arah Miko, pria itu menatapnya tajam, segera Diva mengalihkan pandangannya.“Duluan ya semuanya!” Farel kemudian kembali berkata sambil menenteng tas punggungnya.Lalu, Diva mengubah pandang ke arah Deska yang sepertinya juga akan beres-beres untuk pulang, dengan cepat Diva ikut membereskan semua barangnya dan mengangkat tasnya.“Pak Miko, Bu Deska, saya duluan ya!” pamit Diva pada kedua atasannya dan segera berjalan ke luar.Sebenarnya tidak enak langsung menuju rua
Baca selengkapnya
Bab 232. Berhenti di Depan Rumah
Di dalam mobil Elvan yang mengantarkan Diva kembali pulang ke rumah, otak Diva penuh dengan bayangan Elvan yang benar-benar serius dengan kata-katanya. Bukan hanya sekali atau dua kali pria itu menegaskan hal ini padanya, tapi sudah sering dan Diva selama itu tidak terlalu menganggapnya nyata.Kali ini Pria itu kembali mengatakannya, dan sebentar lagi dirinya juga jelas akan dipanggil oleh kedua orang tuanya untuk bicara. Setidaknya, dia harus memperjuangkan hubungannya dengan pria itu. Walaupun dalam hati kecilnya dia masih ragu dengan kepercayaan kedua orang tuanya pada dirinya.‘Aku berharap kali ini ayah bisa kembali percaya padaku,’ ucap Diva dalam hatinya.Bukan tanpa alasan dia mengkhawatirkan hal ini, sebelumnya dia juga membawa Nico ke rumah dengan sangat mati-matian mempertahankan pria itu. Sampai dirinya merajuk pada kedua orang tuanya dan berujung tidak keluar dari kamar selama beberapa hari.Diva kembali mengembuskan napas berat. Jika dulu saja dia bisa membuat kedua orang
Baca selengkapnya
Bab 233. Aku Akan Ikut Kalian
Mendapatkan perlakuan barusan membuat seulas senyum di wajah Elvan. Diva dengan cepat menarik tuas pintu dan keluar dari dalam mobil.Namun, Elvan memanggilnya segera saat menyadari satu bungkusan masih tertinggal di mobilnya. “Diva, makananmu tertinggal!” serunya pada Diva dengan membuka penuh kaca mobilnya.Diva melihat ke arahnya dan tersenyum lalu menjawab, “Ya aku tahu, simpan dulu di sana, tunggulah aku sebentar dan jangan pergi kemana-mana!” Setelah mengatakan hal itu, Diva kembali membalikkan tubuhnya dan berjalan dengan cepat melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.Hal ini membuat Elvan sedikit keheranan, dia ingin bertanya kembali tetapi wanita itu sudah jauh melangkah meninggalkannya. Kalau saja dia nekat untuk terus memanggil Diva, jelas hal itu akan memancing suara kegaduhan yang jelas akan membuat ... mungkin Ayah Diva akan keluar dari rumahnya.Elvan menghela napas dalam, dia masih sedikit bertanya-tanya apa gerangan yang sebenarnya akan Diva lakukan, kenapa dia meny
Baca selengkapnya
Bab 234. Permohonan Diva
Sesaat sebelumnya.Setelah keluar dari mobil Elvan, Diva gegas melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Dia jelas tidak bisa melihat Elvan merasa kesakitan.“Mau menyembunyikan rasa sakit dariku? Yang benar saja?! Memangnya aku ini buta atau tidak punya mata?!” desis Diva pada dirinya sendiri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sesaat sebelum mengetuk pintu rumahnya,Walaupun dia gugup dengan pertanyaan orang tuanya nanti, entah kenapa hatinya lebih tidak nyaman saat melihat Elvan yang menyimpan rasa sakit di hadapannya dengan berpura-pura tidak terjadi apapun..“Aku harus izin sama ayah!” tekad Diva dalam hati.“Kak Diva, akhirnya kakak pulang juga! Ditungguin ayah tuh daritadi.” Prisya berkata setengah berbisik saat membukakan pintu untuk Diva.“Sama Kakak ipar ya pulangnya?” tanya Prisya lagi, namun Diva tidak menjawab dia hanya memberikan bungkusan makanan yang dia bawa tadi dengan Prisya lalu melenggang masuk begitu saja, membuat Prisya memanyunkan bibirnya.“Awas saja ya kalo
Baca selengkapnya
Bab 235. Menurut Ayah Gimana?
Diva memang selalu membuat kejutan untuknya, sampai dirinya kehabisan stok kalimat untuk mengungkapkannya. Elvan lalu melihat ke arah kediaman Diva, dia melihat sosok ayahnya yang sedang memandangnya dengan tatapan tajam dari kejauhan.Untuk kali pertama Elvan merasa bahwa dia kalah telak hanya dengan tatapan saja. Dia langsung menundukkan pandangnya saat mata mereka bertemu. Kemudian, pria itu langsung membalikkan badan dan menutup pintu rumah dari dalam. Entah kenapa ada kegentaran dalam hati Elvan tatkala melihat ayah Diva ini.“Van!” Diva memanggil Elvan, membuyarkan pikirannya sendiri.“Aku sudah baik-baik saja kok.” Elvan berkata pada Diva dengan lembut.“Kata siapa?” tanya Diva dengan tatapan tajam, Elvan hanya bisa terdiam saat Diva bertanya dengan nada menghakimi.“Aduh, kalian berdua ini. Sudah mending temani saja kakak iparku duduk di belakang biar adikmu ini jadi sopir dadakan!” Prisya memisahkan keduanya yang terlihat masih ingin berdebat dan mendorong keduanya ke arah kur
Baca selengkapnya
Bab 236. Panggilan Video Bersama
Sesaat sebelum kedua kakak beradik ini keluar dari rumah. Diva yang mendapat izin ini dengan cepat mencari ibunya di kamar untuk berpamitan kembali. Baginya masalah rentetan pertanyaan ayahnya biarlah menjadi urusan besok saja. Di sela waktu itu, Lukman memanggil Prisya. “Kamu, awasi kakakmu.” Lukman berkata dengan suara yang cukup berat, ini seperti perintah yang tidak bisa dibantah. “Tentu Prisya akan mengawasinya sesuai dengan perintah ayah,” ucap Prisya dengan hati-hati. "Nanti Prisya akan share lokasi terkini dengan ayah, jadi ayah bisa melihat keberadaan kami secara real time." Prisya menambahkan lagi. Mendengar hal itu Lukman diam sejenak, lalu tersenyum penuh makna. Membuat Prisya curiga dengan arti senyuman itu. Biasanya akan ada hal yang membuatnya terkejut! “Tidak perlu share lokasi kamu." Lukman berkata dengan tenang. "... Kita akan melakukan panggilan video selama kamu pergi dengan kakakmu itu,” sambung Lukman lagi dengan intonasi tegas. Benar saja! Ayahnya ini t
Baca selengkapnya
Bab 237. Apa Mungkin Masih Akan Menyakiti Kakakku?
Prisya tanpa membantah lagi, akhirnya menambahkan kontak Diva dalam panggilan mereka. Sayangnya, panggilan pertama gagal.Lalu pesan masuk ke ponsel milik Prisya.[Kakak sedang ada di dalam perawatan bersama dokter, nanti kakak hubungi lagi, kamu tunggu saja di lobi.]Setelah membacanya, Prisya langsung memberi tahu pada ayahnya.“Ayah gak dijawab sama Kak Diva, katanya sekarang mereka sedang ada di dalam ruang perawatan ada dokter juga. Mana enak juga Yah, kak Diva melakukan panggilan video, pasti bikin gak nyaman.” Prisya memberikan laporannya sekaligus membujuk ayahnya agar tidak bertindak berlebihan menurut versinya.Lukman hanya diam tidak memberikan respon, membuat Prisya menghela napas berat, dia mengerti arti diam dari ayahnya ini.“Baiklah, Prisya akan terus coba menghubungkannya.” Prisya berkata dengan suara lemah. Dia duduk di bangku ruang tunggu sembari menunggu panggilan videonya pada Diva tersambung.Kebosanan jelas ada, seandainya ayahnya tidak memerintahnya seperti ini,
Baca selengkapnya
Bb 238. Sudah Menjadi Giliranku!
Selama di dalam perjalan yang mengantarkannya pulang, Diva hanya diam saja. Dalam kepalanya jelas penuh dengan pikiran tentang bagaimana caranya untuk membawa Elvan pada orang tuanya!Jelas ayahnya akan membuat banyak pertanyaan untuknya besok. Membayangkan akan ditanyai banyak hal oleh ayahnya besok benar-benar membuat Diva merasa sedikit frustasi. Ayahnya pasti tidak akan bisa menerima begitu saja semua penjelasannya itu.Otaknya mengingat hal yang sebelumnya pernah terjadi, dimana dia memaksa untuk bersama dengan Nico sampai akhirnya kedua orangtuanya ini menyetujuinya, padahal saat itu, Ratri menjalani masa-masa beratnya dan nyaris putus asa karena hubungannya dengan pria dari kalangan kelas atas. ‘Ah! Saat itu berbeda, Nico bisa dengan mudah mengambil hati ayahnya karena pria itu juga punya kegemaran yang sama, yaitu memancing di laut! Tapi Elvan?’ Entah kenapa dia menjadi sangat khawatir memikirkan hal ini.Seketika, Diva mengingat kalau Elvan ingin pergi memancing dengan Andi.
Baca selengkapnya
Bab 239. Tidak Boleh Terjadi
Elvan duduk di kursi penumpang dengan sedikit lemas, dia merasakan tubuhnya memang sangat kesakitan tadi. Saat ini matanya terpejam karena pengaruh obat yang baru saja dia minum lagi sebelum masuk ke mobil ini.“Pak Elvan, kita sudah sampai di Manor Wongso.” Andi berkata pada tuannya ini saat mereka sudah sampai.Tidak ada sahutan dari belakang, selama menjadi sopir pribadinya dan salah satu orang kepercayaan Elvan, baru kali ini Andi melihat Elvan terlihat lemah seperti ini. Sepanjang hubungan mereka Elvan selalu sukses untuk menyembunyikan segala kelemahannya, pun termasuk di depan Andi.Andi sengaja tidak membangunkannya, dia tahu kalau tuannya butuh istirahat sejenak. Apalagi belakangan ini Elvan terlalu memaksakan dirinya untuk mengurus semua hal, seolah dia bisa mengendalikan segalanya.‘Laut? Kenapa tiba-tiba dia mau ke laut?’ Andi tiba-tiba teringat ucapan Elvan, karena mencari alat pancing itulah membuatnya tidak bisa menemani Elvan selama sisa waktu hari ini.‘Apa Pak Elvan i
Baca selengkapnya
Bab 240. Pesan dari Marissa
Setelah sampai di rumah, Ayahnya tidak langsung bertanya pada Diva tentang apa yang baru saja terjadi. Pria itu hanya menyuruhnya bebersih dan makan malam.“Nanti, kalau selesai semua kamu langsung tidur saja.” Lukman berkata pada Diva, seolah tidak terjadi hal yang besar tadi.“Baik, Yah. Ibu mana?” tanya Diva dengan sedikit takut menatap ayahnya.“Ibu sudah tidur di kamar. Ayah juga akan tidur, kamu malam ini tidurlah. Besok pagi ayah ingin bicara denganmu, jangan coba-coba untuk menghindar lagi.” Setelah mengatakan hal itu, Lukman meninggalkan Diva yang sedang berdiri di depan televisi ruang keluarga. Pria itu masuk ke dalam kamarnya seakan semuanya baik-baik saja, dan yang akan dibicarakan oleh mereka besok bukan hal yang besar.Namun, hal ini tidak lantas membuat Diva tenang, karena dia sudah tahu betul, setiap ada ketenangan yang tiba-tiba seperti sekarang ini, kemungkinan akan ada badai besar melanda. Diva lalu melihat ke arah Prisya yang sedang menatapnya dari depan pintu kamar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
212223242526
DMCA.com Protection Status