Selesai makan malam, kami ngobrol di ruang tamu. Rama dan Nayla ada di ruang keluarga menonton televisi."Septi, apa Ammar serius sama kamu?" tanya Pak Edi membuka pembicaraan."Iya, Pak," jawab Septi."Kapan-kapan ajak dia kesini, Bapak mau ngobrol-ngobrol dengannya," kata Pak Edi lagi.Septi tampak tersenyum bahagia, karena sepertinya Pak Edi mendukungnya."Untuk apa, Pak. Dia yang sudah membuat Septi melawan sama Ibu," seru Ibu tiba-tiba. Terlihat sekali kalau Ibu tidak menyukainya."Melawan bagaimana, Bu?" tanya Pak Edi lagi."Septi nggak nurut lagi sama Ibu," sahut Ibu dengan ketus."Bu, Septi itu sudah besar. Dia sudah tidak bisa kita atur sesuka hati. Dia bukan Rama dan Nayla yang harus nurut dengan kita. Dia juga berhak menentukan masa depannya sendiri. Kita sebagai orang tua, hanya bisa memberi saran, tapi tidak boleh memaksakan saran kita harus diterima. Bapak lihat Ammar itu orangnya baik," kata Pak Edi berusaha memberi pengertian pada ibu. Aku hanya mendengarkan saja perde
Read more