All Chapters of Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari! : Chapter 71 - Chapter 80

131 Chapters

Keras Kepala

"Ngapain Mbak kesini? Mau menertawakanku ya? Aku sakit karena doa Mbak Nova dan Mbak Aisyah. Mendoakan aku mendapatkan karma. Sekarang sudah puas kan, melihat aku menderita? Kalian memang benar-benar jahat, berhati iblis," teriak Mella dengan emosi, sambil berjalan tertatih-tatih.Aku dan Bang Jo kaget mendengar Mella berteriak seperti itu. Wajah Mella sangat pucat dan badannya tampak tidak segar. Kelihatan sekali kalau ia sedang sakit."Ma, nggak di kamar saja, istirahat. Makannya sudah habis?" tanya Deni sambil mendekati Mella. Deni menuntun Mella sampai ke kursi. Mella pun duduk di kursi. Kulihat jari kelingking kakinya yang masih terluka."Sudah, mienya kepedasan, jadi Mama tambahi nasi biar tidak terlalu pedas," ucap Mella.Mendengar ucapan Mella, membuatku mengelus dada. Berarti Mella makan mie ditambah nasi. Luar biasa sekali, seperti apa kenyangnya ya? Apa dia nggak paham apa yang dijelaskan oleh dokter tentang penyakitnya? Aku yakin, pasti dokter sudah menjelaskan semuanya.
Read more

Minta Maaf

"Biar Abang yang buka." Bang Jo melangkah menuju ke pintu, aku was-was memandang ke pintu. Penasaran siapa yang bertamu."Bang…." terdengar suara memanggil Bang Jo, ketika pintu sudah dibuka.Ternyata Deni yang datang. Ada apa ya?Deni langsung duduk di kursi dengan wajah yang kusut. Apa dia tadi bertengkar lagi dengan Mella setelah kami pulang?"Bang, Mbak, maafkan aku. Selama ini selalu menganggap kalian sebagai musuh. Pikiranku benar-benar tertutup oleh hasutan Mella. Aku malu dengan kalian. Kami selalu jahat dengan kalian, tapi kalian tetap baik dengan kami," kata Deni sambil terisak-isak. Aku ikut sedih melihat Deni menangis. Betapa berat beban Deni selama ini."Aku baru merasakan ternyata Mella wataknya seperti itu. Semenjak kecelakaan, dia selalu marah dan sering memakiku dengan menyebut suami yang nggak becus mencari uang. Ia juga merasa menyesal menikah denganku. Katanya semenjak menikah denganku, hidupnya jadi susah dan sengsara. Aku bekerja di pasar, dengan upah yang tida
Read more

Ibu Sakit

Hari ini hari yang melelahkan, tapi juga menyenangkan, karena banyak yang datang membeli nasi. Aku sampai lupa mau menelpon Septi menanyakan kabar Ibu. Aku sedang mencari-cari hpku."Minah, tolong miscall hp Ibu, ya? Ibu lupa menaruhnya," ucapku pada Minah."Baik, Bu." Minah segera mengambil hpnya.Drtt...drtt…"Sudah ketemu, ada di laci." Aku segera mengambil hp itu.Drtt ...drtt"Sudah ketemu, Minah. Nggak usah misscall lagi," kataku pada Minah. "Enggak kok Bu. Saya nggak miscall Ibu. Hp saya ada di kantong," sahut Minah.Drtt...drtt hpku berbunyi lagi, segera aku aku lihat nama yang memanggilku.Deg! Ternyata Septi memanggilku. Aku mengangkat hp dengan hati yang deg-degan. Semoga bukan kabar buruk."Assalamualaikum, Sep." Aku mengucapkan salam."Waalaikumsalam, Mbak.""Apa kabar, Sep?” tanyaku pada Septi. Jujur saja kalau aku masih deg-degan menanti kabar dari Septi.Septi langsung menangis. "Ada apa, Sep?" tanyaku pada Septi. Hatiku semakin berdebar-debar menanti jawaban dari Se
Read more

Ke Dusun

Nayla tertidur di pangkuanku, mungkin kecapekan bermain tadi. Aku juga sangat mengantuk."Dek, bangun. Sudah sampai rumah sakit," kata Bang Jo mengagetkanku."Apa? Dimana kita?" jawabku."Sudah sampai di rumah sakit," sahut Bang Jo.Aku segera menelpon Septi untuk menanyakan ruang tempat ibu dirawat. "Di ruang Kenanga, Bang," kataku pada Bang Jo, setelah menelpon Septi. Kami segera menuju ke ruangan tempat Ibu dirawat. Hanya aku dan Bang Jo yang masuk ke ruangan. Nayla masih tidur di mobil, ada Eko yang menunggunya.Ada Septi dan Pak Edi, suami Ibu yang sedang menunggu Ibu. Pak Edi orangnya baik, sama seperti Ibu Sis. Beliau duda anak satu ketika menikah dengan Ibu. Anaknya perempuan bernama Tina dan sudah berkeluarga."Assalamualaikum." Aku mengucapkan salam."Waalaikumsalam," jawab Pak Edi.Kami segera mendekati Pak Edi."Kok sudah sampai sini, Mbak. Cepat sekali?" kata Septi."Iya, Sep. Waktu kamu telepon tadi, Ayah Nayla langsung mencari mobil untuk kesini. Gimana kondisi Ibu?" t
Read more

Pencerahan

"Bang, kalau Abang mau pulang hari ini, nggak apa-apa. Aku kayaknya agak lama disini. Nunggu sampai Ibu pulang ke rumah," kataku pada Bang Jo ketika kami sedang makan siang di rumah makan."Bener nggak apa-apa kalau Abang pulang duluan?" tanya Bang Jo lagi. Seolah ingin memastikan apa yang aku bicarakan. Sepertinya ia tidak tega meninggalkanku disini dalam kondisi seperti ini."Nggak apa-apa. Kasihan anak-anak kalau kita terlalu lama disini. Aku pulang kan bisa naik travel. Ada yang harus aku selesaikan, Bang." Aku menjelaskan."Ada masalah apa?" tanya Bang Jo penasaran."Sepertinya ada masalah antara Ibu dengan Septi. Abang lihat nggak, tadi waktu Septi datang, Ibu kelihatannya nggak suka atau mungkin marah dengan Septi. Makanya aku mau tahu, ada apa dengan mereka.""Iya, Abang juga merasakan seperti itu. Untung Bapak bisa mencairkan suasana ya?" sahut Bang Jo."Makanya itu, Bang. Aku mau disini dulu beberapa hari. Kalau masalah sudah selesai, baru aku pulang.""Nanti kalau ditanya k
Read more

Kenangan

Hari ini aku dan Septi ke rumah sakit lagi. Nayla dan Rama tidak ikut, mereka di rumah bersama dengan Tina. Semoga ada kabar baik untuk hari ini.Kami mampir ke pasar untuk mencari makanan. Dulu kami sering ke pasar sini bersama Bapak dan Ibu. Apalagi kalau menjelang hari raya. Membeli pakaian untuk lebaran. "Kita ke toko kue ya? Langganan kita dulu, toko roti Queen. Apa masih di tempat lama?" tanyaku pada Septi."Iya, Mbak. Sekarang semakin ramai toko itu. Kue-kuenya memang enak sih," sahut Septi.Sesampai di toko aku langsung mengambil nampan dan penjepit makanan. Segera kuambil kue sus dan arem-arem. Aku paling suka makanan ini. Setiap ke toko Queen, aku selalu mengambilnya. Semua ini mengingatkanku akan masa lalu.Keluar dari toko kami berjalan menyusuri pasar. "Mbak, beli es disitu yuk," ajak Septi."Oke," sahutku sambil berjalan menuju tempat yang ditunjuk Septi."Mang, es nya dua. Minum disini saja," pesan Septi."Oke, Mbak." Kami menikmati es cendol sambil bercerita dan ber
Read more

Sama Saja

Apakah Ibu merasakan kontak batin denganku ya? Ketika kemarin masalah yang datang silih berganti. Aku tersenyum menghilangkan risau di hatiku."Yang namanya ribut dan konflik kecil itu biasa kok Bu. Tapi ya akhirnya rukun kembali.”Maafkan aku, Bu, aku sudah berbohong pada Ibu tentang kondisi keluarga mertuaku. Aku hanya bisa mengatakan itu semua dalam hati. Takut nanti malah menjadi beban pikiran Ibu."Kamu harus bisa mengambil hati mertuamu, jangan bikin marah mertua. Kamu kan disitu sebagai pendatang, harus pandai-pandai membawa diri. Biarkan Johan berbakti kepada orang tua, jangan kamu halangi." Ibu memberikan nasihat padaku.“Iya, Bu.” Aku hanya mengiyakan semua perkataan Ibu.Aku mulai memikirkan cara untuk mengorek informasi tentang hubungan Ibu dan Septi.“O ya, Bu, Septi sebentar lagi wisuda kan? Sudah ada calon pendamping wisuda belum Bu?" tanyaku memancing reaksi Ibu."Tanya sendiri padanya. Dia sudah mulai melawan Ibu." Ibu menjawab dengan ketus."Jangan begitu Bu. Septi i
Read more

Berdamailah

Selesai makan malam, kami ngobrol di ruang tamu. Rama dan Nayla ada di ruang keluarga menonton televisi."Septi, apa Ammar serius sama kamu?" tanya Pak Edi membuka pembicaraan."Iya, Pak," jawab Septi."Kapan-kapan ajak dia kesini, Bapak mau ngobrol-ngobrol dengannya," kata Pak Edi lagi.Septi tampak tersenyum bahagia, karena sepertinya Pak Edi mendukungnya."Untuk apa, Pak. Dia yang sudah membuat Septi melawan sama Ibu," seru Ibu tiba-tiba. Terlihat sekali kalau Ibu tidak menyukainya."Melawan bagaimana, Bu?" tanya Pak Edi lagi."Septi nggak nurut lagi sama Ibu," sahut Ibu dengan ketus."Bu, Septi itu sudah besar. Dia sudah tidak bisa kita atur sesuka hati. Dia bukan Rama dan Nayla yang harus nurut dengan kita. Dia juga berhak menentukan masa depannya sendiri. Kita sebagai orang tua, hanya bisa memberi saran, tapi tidak boleh memaksakan saran kita harus diterima. Bapak lihat Ammar itu orangnya baik," kata Pak Edi berusaha memberi pengertian pada ibu. Aku hanya mendengarkan saja perde
Read more

Bahagia

"Mbak, nanti kalau aku ke rumah Bapak, Mbak Nova menemani aku ya? Aku takut," kata Nova sebelum kami tidur. Aku senang, akhirnya Ibu dan Septi bisa rukun lagi. Tadi, aku, Ibu dan Septi bicara dari hati ke hati. Ibu belajar untuk memaafkan kelakuan Bapak. Berdamai dengan masa lalu, seperti kata Pak Edi. Ternyata damai itu indah. Ibu juga sudah mengizinkan Septi untuk menemui Bapak dan Ibu Sis. "Takut apa? Takut nggak diterima? Kamu itu khawatir yang berlebihan. Insyaallah kalau niat kita baik, semua juga akan baik-baik saja. Kalau mau kesana, mampir dulu ke rumahku. Nanti kita sama-sama ke rumah Bapak," jawabku. Septi mengangguk, kemudian memelukku."Maafkan aku ya Mbak. Selama ini aku membenci Mbak Nova. Hanya karena Mbak Nova dekat dengan Bapak. Seharusnya aku bangga punya kakak seperti Mbak Nova. Karena Mbak tetap baik denganku, walaupun aku sering berkata ketus setiap Mbak bertanya. Maafkan aku," ucap Septi sambil meneteskan air mata."Aku sudah memaafkanmu. Aku tahu, kamu itu h
Read more

Kurang Bersyukur

Setelah sholat Ashar, aku dan Bang Jo ke rumah Deni. Untuk menjenguk Mella, sekalian membawakan oleh-oleh dari dusun. Aku berharap kedatanganku kali ini tidak akan terjadi keributan. Tujuanku baik, hanya kadangkala Mella tidak bisa berfikir positif. Selalu menganggap aku sebagai musuh bebuyutan.Memasuki halaman rumah Bapak dan Emak, terasa sangat berbeda. Biasanya rumah ini ramai karena Emak sering merepet. Rumah juga tampak seperti tidak diurus. Di halaman banyak daun kering yang berserakan. Kalau ada Bapak, daun-daunan kering ini dikumpulkan lalu dibakar. Jadi kelihatan bersih. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana ekspresi Emak nanti ketika pulang. Akan merepet panjang atau sudah jadi alim ya?"Assalamualaikum." Bang Jo mengucapkan salam."Waalaikumsalam." Suara perempuan menjawab salam, yang jelas bukan suara Mella. Berarti suara…."Eh ada tamu dari jauh. Ayo masuk," kata Bu Tari."Iya Bu. Apa kabar Bu?" tanyaku basa-basi."Ya, seperti yang kamu lihat. Masih sanggup mengurus Mel
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status