All Chapters of Terpesona Gus Tampan, Usai Dicampakkan Mantan: Chapter 21 - Chapter 30
152 Chapters
Teman Cerita
Fachri terlihat merenung di atas ayunan besi di taman. Sesekali Fachri mengayunkan dengan dorongan yang pelan. Menikmati desir angin yang berhembus seirama dengan arah ayunan yang diayunnya. Fachri masih belum bisa menjelaskan keputusan dari dirinya untuk tidak melanjutkan pendidikan di Mesir. Merengkuh gelar magister yang diharapkan oleh seluruh keluarga besarnya. Dari arah pintu masuk taman, Dini yang penasaran dengan luas taman yang belum sempat dia kunjungi. Terlihat begitu penasaran dengan taman yang mempesona. Dini segera mendatangi taman untuk menikmati setiap hal yang ada di sana. Ia terlihat begitu gembira akan suasana taman yang sejuk dan meneduhkan hati. Dini menghela napas panjang, sebelum menghembuskan. Dini terlihat begitu gembira untuk segera memasuki area taman. Namun baru melangkahkan kaki di area taman. Dini melihat Fachri yang sedang duduk termenung di atas ayunan. Sontak Dini pun langsung penasaran dengan apa yang di lakukan oleh Fachri. Dini yang sedang gembira,
Read more
Harapan Besar
Melihat sajadah Gus Fiment yang sedang di jemur di belakang pesantren. Tiba-tiba Umi Salamah mulai berpikir hal lain. Dia mulai berpikir akan dirinya yang akan bisa menyentuh sajadah besar milik Gus Fiment. Tentu Umi Salamah akan shalat bersama dengan Gus Fiment di sajadah besar tersebut. Sebab hanya Gus Fiment dan calon istrinya saja yang bisa shalat di sajadah itu. Itu yang diimpikan oleh Umi Salamah, bisa berada di atas sajadah itu bersama dengan Gus Fiment. "Mudah-mudahan saja, suatu saat nanti. Aku bisa sujud di atas sajadah itu bersama dengan Gus Fiment. Sepertinya akan jadi sebuah kenyamanan yang akan aku rasakan," ucap Umi Salamah dengan raut wajah tersenyum. Umi Salamah langsung terkejut dengan kedatangan dari Dania. Ia seorang pengajar di pesantren juga, tidak heran kedatangan dari Dani secara tiba-tiba. Membuat Umi Salamah terkejut bukan main. Apalagi Dania menghampiri Umi Salamah, ketika Umi Salamah sedang membayangkan dirinya Yang berada di atas sajadah Gus Fiment. Sont
Read more
Hantu Jadi-jadian
Niat dari Fitri tentu mengusir Dini dari desa. Fitri merasa sudah begitu geram dengan apa yang di lakukan oleh Dini. Mendekati Fachri adalah tindakan yang melanggar bagi Fitri. Sehingga Fitri siap memberikan sedikit pelajaran penting bagi Dini. Di bantu oleh Indah dan Romi yang merupakan teman main dari Fitri. Dia siap membuat Dini tidak betah untuk tinggal di rumahnya. Mungkin dengan bantuan mahluk halus. Fitri yakin Dini akan takut untuk tinggal sendiri di dalam rumahnya. Sehingga ia akan segera kembali ke kota. Ide dari Fitri di dukung penuh oleh Romi dan Indah. Mereka merasa apa yang di sampaikan oleh Fitri adalah sebuah ide cemerlang. Mungkin saja Dini akan ketakutan, saat dia bertemu dengan sosok hantu di rumah baru. Fitri menyiapkan sebuah kain berwarna putih, serta perlengkapan make up untuk di kenakan oleh Romi. Dia akan menjadi sosok pocong yang seram. Di mana Romi akan menghantui Dini di bagian belakang rumah. Romi siap melakukan apapun, demi membantu Fitri mengusir Dini
Read more
Meminta Saran Gus Fiment
Deni menyarankan pada Dini untuk meminta saran lafa tokoh agama di desa perihal hantu yang di temui oleh dirinya tadi malam. Mungkin dengan sedikit saran dari Gus Fiment, Dini bisa akan lebih aman lagi dari gangguan hantu yang bisa tiba-tiba datang ke rumah. Dengan pakaian yang begitu rapi, Dini sudah siap bertemu dengan Gus Fiment. Dia berharap Gus Fiment akan memberikan sedikit saran yang akan membuat kedua hantu yang datang ke rumah Dini kapok. Apalagi Gus Fiment adalah seorang yang bijak dan di tuakan di desa. Tidak heran meminta saran dari Gus Fiment adalah sebuah keharusan bagi Dini saat ini. Tiba di pondok pesantren, Dini langsung mencari keberadaan Gus Fiment. Sempat dihentikan oleh satpam yang berjaga di pondok pesantren. Tetapi dengan bantuan Khadijah, Dini pun bisa leluasa masuk ke dalam pondok pesantren. Keberuntungan bagi Dini, akhir dia bertemu dengan Gus Fiment yang sudah dicarinya. Dini pun segera menghampiri Gus Fiment yang sedang berjalan ke arah musholla. Dini ya
Read more
Teguran
Akbar yang merupakan anak pertama dari Gus Fatur. Tidak mampu menatap wajah kiayi Musthofa, saat dirinya berhadapan langsung di ruang kepala sekolah. Sudah kali ketiga, Akbar harus mendapatkan teguran dari kiayi Musthofa. Perihal kelakuan dari Akbar yang sedikit melenceng dari norma yang ada. "Kamu tahu kesalahan kamu apa Akbar?" tanya kiayi Musthofa. "Iya Akbar tahu. Kesalahan Akbar asyik bermain game online. Sampai Akbar lupa shalat shubuh berjamaah," jawab Akbar dengan raut wajah ketakutan. "Kamu sudah dewasa. Sudah seharusnya kamu merubah sikap kekanak-kanakan kamu itu. Menjadi contoh baik bagi para santri di sini. Bukan justru menjadi contoh buruk bagi yang lainnya. Bermain game sama sekali tidak pernah Kakek larang. Tetapi kamu harus tahu batasan dari kamu juga. Kamu harus bisa lebih tahu waktu lagi," ucap kiayi Musthofa. Akbar tidak bersuara, dia hanya tertunduk sembari diam. Matanya tidak mampu menatap wajah kiayi Musthofa. Dia sebenarnya kesal dengan apa yang di lakukan o
Read more
Bahaya
"Assalamualaikum," salam Dini sembari masuk ke dalam rumah bi Sanih. Kedatangan dari Dini, langsung di sambut gembira oleh bi Sanih. Dia segera menawarkan makan siang pada Dini. Sebab bi Sanih baru saja memasak menu makan siang untuk hari ini. Dia pun terlihat sudah tidak sabar untuk menyantap menu makan siang bersama dengan Dini. "Jangan dulu Bi. Sekarang, Bibi antar aku ke mall," ucap Dini menggenggam tangan bi Sanih. "Ke mall? Tidak ada Mall di sini," sahut Fitri sedikit meledek Dini. "As..." Dini lupa ingin menyebut kata Astaghfirullah. "Astaghfirullah. Gitu aja tidak bisa. Cita-cita pengen nikah sama Gus Fiment. Mana mau Gus Fiment nikah sama perempuan yang ilmu agamanya seperti kamu. Dia tidak level," sahut Fitri kembali. "Hussh... Kamu tidak boleh bilang seperti itu. Dini baru belajar, jadi wajar kalau dia masih belum bisa. Jangan seperti itu, Fitri!" tegas bi Sanih. "Aku bicara apa adanya. Perempuan ini cuman modal cantik saja. Sementara ilmu agama dia nol besar. Mana m
Read more
Akbar Marah
Akbar langsung mengacaukan seisi kamar. Dia melempar semua perlengkapan tubuhnya saat masuk ke dalam kamar. Dia juga menarik sarung kasur, sebelum melempar sarung itu menjauh dari kasurnya. Akbar benar-benar kecewa dengan apa yang terjadi dengan dirinya. Kekecewaan yang dirasakan oleh Akbar akan kiayi Musthofa. Mendengar Akbar yang mengumpat di dalam kamar. Ibu dan adik Akbar segera mendatangi kamar Akbar. Mereka ingin tahu, apa yang membuat Akbar begitu marah di hari ini. Hingga banyak kata kotor yang keluar dari dalam mulutnya."Ada apa Akbar?" tanya ibu Akbar dengan wajah panik. "Akbar benci sama Kakek. Dia memarahi Akbar, hanya karena Akbar lupa shalat shubuh. Dia seperti manusia sempurna yang tidak pernah lupa saja. Akbar pokoknya benci Kakek!" ucap Akbar melempar deodoran ke tembok. Melihat Akbar yang begitu marah, ibunya berusaha menenangkan Akbar. Dia memeluk Akbar, meminta Akbar untuk bisa sedikit lebih tenang lagi. Situasi ini sulit untuk Akbar, tetapi ibunya akan berusah
Read more
Memborong Pakaian
Tiba di Pasar, Dini dan bi Sanih langsung mendatangi toko pakaian. Di mana Dini sudah tidak sabar untuk mencari pakaian muslim yang saat ini di butuhkan olehnya. Toko pakaian tentu menjadi tempat yang harus segera di singgahi oleh Dini. Mengingat Dini yang harus membeli pakaian muslim. Pakaian yang akan dikenakan sehari-hari selama di pesantren. Ada beberapa toko langganan dari bi Sanih. Sehingga Dini bisa mendapatkan banyak pakaian muslim yang bagus di toko tersebut. Mengingat Dini menyukai pakaian yang tidak hanya mampu menutup auratnya. Tetapi sedikit trendi juga. Bi Sanih yang sudah lama tidak datang ke toko tersebut. Terlihat langsung di sambut dengan baik oleh pemilik toko. Dia merasa begitu rindu dengan bi Sanih yang sudah lama merantau ke Jakarta. Rindu yang akhirnya terbalaskan dengan kedatangan bi Sanih di hari ini. "Rasanya sudah bertahun-tahun kita tidak bertemu. Aku kira Bibi pergi ke Arab sana. Padahal Bibi hanya pergi ke Jakarta saja," ucap pemilik toko. "Iya. Banya
Read more
Preman Sewaan
Gus Fatur sebenarnya masih kurang yakin dengan apa yang akan di lakukan. Tetapi Gus Fatur melihat sedikit kesempatan yang akan membuat dirinya sedikit lebih dekat dengan keinginan dari dirinya. Tentu saja dengan gertakan yang di lakukan oleh Gus Fatur. Dia yakin, kiayi Musthofa akan menuruti permintaan dari Gus Fatur dalam menjual tanah di belakang pesantren. "Aku ragu, tapi aku ingin segera menyelesaikan semuanya. Apalagi aku pikir tanah itu berpotensi menjadi pondok baru yang akan dibangun oleh Abi untuk anak-anak yatim piatu. Aku harus segera melakukan itu. Sebelum semuanya terlambat," ucap Gus Fatur pada istrinya. "Aku pun berpikir demikian. Mas harus segera bertindak. Jika Mas lambat, bukan tidak mungkin. Tanah itu akan di bangun oleh Abi untuk pondok baru. Jadi Mas harus bisa secepatnya untuk menjual tanah itu pada Pak Hamzah," terang istri Gus Fatur. Berkendara dengan motor besar pemberian dari pak Hamzah. Gus Fatur mendatangi seorang preman berbadan besar. Tujuan dari Gus F
Read more
Hadiah Yang Di Tolak
Tiba di rumah bi Sanih, Dini pun langsung di sambut dengan kata-kata ketus yang dilontarkan oleh Fitri. Dia terlihat kurang senang dengan kedatangan dari Dini ke rumah bi Sanih. Apalagi Dini membawa banyak barang belanjaan. Sudah pasti itu menjadi hal yang cukup risih bagi Fitri. Melihat Dini yang terlihat gembira akan segera pindah ke pondok pesantren. "Dasar perempuan tidak punya harga diri. Berpura-pura belajar agama, cuman untuk mendekati penghuninya saja. Lebih rendah dari seorang pelacur, aku pikir!" sindir Fitri sembari melipat tangan di atas perut. Tidak terima dengan ucapan dari Fitri. Dini yang sedang dalam perasaan gembira. Tiba-tiba marah besar dengan apa yang diucapkan oleh. Fitri. Dia menghampiri Fitri, sebelum mengatakan dengan tegas akan dirinya yang memang ingin belajar agama sepenuhnya. Bukan karena Gus Fiment atau siapapun. "Jika dari mulutmu, tidak bisa mengatakan hal yang baik. Diam jauh lebih dari apapun. Sebab sumber dosa lebih banyak dari mulut yang berkata
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status