บททั้งหมดของ Cintaku Melawan Restu: บทที่ 41 - บทที่ 50

Sesuai prosedur klinik bedah plastik tersebut, Cherry harus menginap di ruangan rawat inap di sana malam ini. Sedangkan, Nicky kembali ke hotel sendirian. Kedua muda-mudi itu sulit memejamkan mata mereka karena gelisah berada di tempat asing.Nicky membolak-balik tubuhnya di atas ranjang hotel yang sebenarnya nyaman-nyaman saja untuk ditempati. Akhirnya dia duduk bersandar di kepala ranjang dan membuka layar ponselnya untuk melihat-lihat konten youtube yang menarik agar membantunya menenangkan pikiran.Di klinik Cherry pun melakukan hal yang serupa, suasana sunyi senyap membuatnya merasakan sensasi horor sekalipun lampu kamar VIP itu dinyalakan terang benderang. Gadis itu mencari video lagu-lagu baru penyanyi favoritnya di Youtube. Ada rasa rindu untuk bernyanyi seperti pekerjaan biasanya, maka dia pun menyanyi dengan suara pelan agar tidak menimbulkan kegaduhan bagi tetangga kamar rawat inap lainnya.Jelang tengah malam barulah Cherry tertidur hingga pagi tiba dan dia dikunjungi oleh

"Bapak Suharsono, kami mendapat laporan bahwa Anda bersama teman Anda melakukan penyerangan dengan air keras kepada Nona Cherry Ayudia di sebuah rumah yang berlokasi di Jalan Cibiru. Sekarang ikut kami ke markas untuk menjalani pemeriksaan kepolisian!" ujar Ipda Putut Sugiono di hadapan tersangka di alamat rumahnya.Sebenarnya Suharsono hanya membonceng rekannya siang itu ke Jalan Cibiru. Maka dia pun tak mau disalahkan sendirian dan terancam masuk bui. "Sebentar Pak Polisi, yang melakukan tindakan itu bukan saya. Itu kerjaan Samsul, tetangga saya, Pak. Rumahnya beda 2 bangunan dari sini ke barat. Masa saya yang kena getahnya cuma nganterin dia aja sih?!" kelit Suharsono."Baik kalau memang begitu, tolong antarkan kami sekarang ke rumah Samsul ini!" balas Ipda Putut tetap bersikeras pria di hadapannya layak dibawa ke markas kepolisian.Akhirnya pria berusia awal 30 tahunan itu berjalan kaki bersama beberapa petugas polisi menuju ke rumah Samsul yang bujangan dan hanya tinggal sendiria

Setelah berminggu-minggu Cherry dirawat di Mayo Aesthetic Surgery Clinic, Korea Selatan, akhirnya besok pagi dia akan dibuka perban wajah untuk perawatan terakhir kalinya. Dan Nicky khusus terbang seusai jam kerjanya di sore hari dengan pesawat Cathay Pasific direct flight Jakarta-Seoul. Dia rindu berat kepada kekasihnya, terlebih lagi besok pagi Cherry tak lagi harus tersembunyi wajahnya di balik kain kasa putih yang selalu membebat wajahnya selama terapi post surgery bersama Dokter Jang Seung Ri. Para pelaku penyiraman air keras tempo hari semuanya mendapat ganjaran setimpal, lengkap dari dalangnya, makelarnya, hingga eksekutor tindak kejahatan keji tersebut. Nicky memastikan mereka mendekam di balik jeruji penjara. Memang pasca persidangan itu papa Monica menemuinya dan masih berusaha membujuknya agar melepaskan Nyonya Diah. Namun, Nicky tak menggubris desakan tersebut. Dia malah menyarankan Pak Rifan Razak untuk melakukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi bila ingin menco

"Uhukk ... uhukk ...." Suara batuk yang terus menerus terdengar dari kamar orang tua Cherry. "Ya ampun, kasihan Bapak kok batuk sudah sebulan nggak sembuh-sembuh sih, Bu!" ujar Cherry prihatin ketika dia sedang makan malam bersama adik-adiknya dan ibunya.Bu Inah menghela napas dalam-dalam. Dia minum air putih lalu menjawab pertanyaan puteri sulungnya, "Sudah ke dokter yang praktik di komplek perumahan kita sampai 3 kali, Cher. Cuma nggak ada perubahan begitu batuknya.""Hmm ... mungkin harus diperiksain ke dokter yang ada di rumah sakit, Bu. Besok biar Cherry yang anterin Bapak naik mobil," balas Cherry mencoba mencari solusi untuk penyakit bapaknya.Andi pun menyahut, "Kak Cherry, besok aku ikut ya anterin Bapak ke rumah sakit?!""Vina juga mau ikut, Kak!" timpal adik bungsu Cherry dengan penuh semangat.Akhirnya Cherry pun menganggukkan kepalanya seraya tersenyum tipis berkata, "Boleh, tapi pakai masker ya soalnya di rumah sakit banyak bibit penyakit. Tempatnya banyak orang sakit

Sepulang dari rumah sakit petang itu, Cherry segera mandi karena kuatir membawa bibit penyakit bertemu banyak pasien berbagai jenis sepanjang hari. Dia menyabuni dirinya di kamar mandi sembari mengingat tentang janjinya dengan Martin untuk bertemu besok pagi.Pemuda itu telah banyak berubah secara fisik dan juga pembawaannya lebih matang. Cherry merasa bangga mantan kekasih SMA-nya dulu telah sukses menggapai cita-cita sebagai dokter spesialis saraf. Dia turut senang tanpa mengharapkan apa pun lagi.Tadi Cherry lupa menanyakan tentang Rihanna, setahunya dulu Martin berpacaran dengan sahabatnya itu. Mereka bertengkar di sebuah cafe karena tak sengaja terpergok bertemu berdua. Apakah besok tidak akan kejadian sama seperti dulu? Mungkin dia harus menanyakan terlebih dahulu kepada Martin seusai mandi, pikirnya.Ketika Martin baru saja sampai di unit apartmentnya di Permata Buana Tower. Dia memeriksa ponselnya yang berbunyi. Ternyata itu pesan WA dari Cherry. Dia segera membuka untuk memba