“Ayah kapan kita liburan?” tanya Hana yang kini tengah bergelayut manja dengan Huda.“Halah, liburan terus!” sahut Hafiz.“Ayah cari jadwal dulu, ya.”“Okay, aku tunggu kabar baiknya ya, Yah.”“Iya sayang.” Huda mencubit gemas pipi Hana.“Mabar yuk, Yah!” ajak Hafiz.“Ayok!”“Ih, Kak Hafiz apa-apam, sih? Ayah kan lagi nonton tivi sama aku!”“Halah, biasanya juga nonton sendiri. Manja!” cibir Hafiz.“Biarin aja, wlee ...!” Hana menjulurkan lidah.“Udah sana pergi! Aku mau mabar sama Ayah.” Hafiz mencoba menyeret Hana dari sisi Huda.Dan akhirnya perang dunia pun tak terelakkan. Suara nyaring milik Hana terdengar seantero rumah karena tak terima dengan perlakuan kakaknya. Huda yang berada di antara mereka memilih diam membiarkan kedua anak itu meluapkan emosinya. Baginya hal itu layaknya pemandangan indah yang mungkin sebentar lagi ia tak bisa menikmatinya saat keduanya beranjak dewasa.Dari balik tirai, Rena tersenyum melihat adegan yang terjadi di depan matanya. Meski sedikit sebal ka
Read more