All Chapters of MAAF, AKU SELINGKUHAN SUAMIMU, MBAK: Chapter 31 - Chapter 40

47 Chapters

PERTEMUAN

Rena menatap lekat wajah lelaki yang kini duduk tertunduk di hadapannya. Bagai penjahat yang tertangkap basah, ia sedang menunggu sebuah pengakuan dari tersangkanya. Berkali-kali Huda mendongak mencari kata yang pas untuk memulai penjelasannya“Baiklah akan aku jelaskan,” ucap Huda.“Cepat!” geram Rena.“Tespek itu milik Gea.”“Tapi katamu, kamu ... ““Tapi bukan anakku.”Kini Rena dibuat semakin bingung. Untuk apa Huda menyimpan tespek milik Gea jika itu bukan anaknya. Sebegitu terobsesikah suaminya pada mantan istrinya hingga menyimpan hal tak penting seperti itu.“Gea pernah bermain gila dengan membayar seorang lelaki untuk menghamilinya demi mempertahankan rumah tangga kami. Setelah berhasil hamil, dia mengatakan jika aku telah sembuh.”Rena hanya diam setengah tak percaya dengan pengakuan Huda. Jika itu benar adanya bukankah Gea sama saja telah melakukan perselingkuhan?“Tapi aku tak bisa percaya begitu saja lalu diam-diam memeriksakan diriku lagi dan hasilnya masih sama, aku ya
Read more

SIAPA DIA?

“Bisa kita bicara sebentar?” Hendri menghalangi Rena yang hendak melangkah menuju pintu mobil.“Maaf, anak-anak sudah menunggu,” jawab Rena cuek.“Hanya sebentar.”Rena mengangguk.“Aku cuma mau minta maaf atas semua kelakuanku juga berterima kasih ... ““Sama-sama, aku juga sudah maafin kamu. Maaf aku permisi.”Rena melewati Hendri begitu saja, ia tak mau anak-anaknya menunggu lama karena mamanya tak kunjung menjemput. Selain itu Rena juga masih sedikit takut berhadapan dengan Hendri secara langsung walaupun mungkin lelaki itu memang sudah berubah.Rena melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, suasana hatinya tiba-tiba kacau setelah di datangi Hendri. Kenangan-kenangan kedekatan mereka seolah melintas begitu saja di benaknya. Belum lagi kejahatan yang pernah dilakukannya sungguh membuat semuanya menjadi rumit. Pertemanan dan persaudaraan yang mereka lalui sejak masa remaja akhirnya harus kandas karena sebuah rasa bernama cinta. Andai saja semua itu tak terjadi, pasti semua tak aka
Read more

BAHAGIA

“Maafkan Huda, Nak. Terima kasih sudah menyempatkan datang.” Bu Rahmi memeluk erat tubuh Zain.Setelah mendapat kabar jika Zain pulang, Bu Rahmi yang masih berada di kantor langsung memutuskan pulang karena ia tak mau Huda terlebih dahulu menemuinya. Tapi nahasnya hal itu telah terjadi dan kejadian sama seperti sebelumnya terulang kembali.“Mama sehat?” tanya Zain lembut.“Sehat, Nak. Sudah lama sekali kamu tak berkunjung, kamu juga jarang kasih kabar.”“Zain enggak mau mengganggu Huda, Ma.”Bu Rahmi menghela nafas mengingat perseteruan anak kandungnya dengan Zain yang tak lain adalah anak angkatnya. Sejak pertama kali Zain masuk ke dalam keluarganya tepatnya saat ia lulus sekolah Dasar. Huda memang tak pernah bisa menerima Zain dalam hidupnya. Bukan karena takut tersaingi, namun asal-usul Zainlah yang membuat anak semata wayangnya berpikir ribuan kali untuk menerima orang lain sebagai saudaranya.Sebagai anak yang tumbuh dalam keluarga broken home, Huda kecil memang terbilang sangat
Read more

ALUR HIDUP

“Apa ini?” Danu menunjukkan benda pipih berwarna putih biru yang baru saja ditemukan di pemari pakaiannya.“Em ... itu—“ Vani menggigit bibir.“Kamu hamil?” Danu menatap istrinya penuh selidik.“Em ... itu—““Sejak kapan?”“Du-dua bulan.” Vani terus menunduk.Danu mengusap wajahnya kasar. Ia tak tahu harus merasa bahagia atau kecewa dengan kelakuan istrinya.“Kamu anggap aku apa, hah?” Danu memekik tertahan.“Apa aku orang lain bagimu? Apa aku tak berhak tahu? Bukankah itu anakku juga?” cecar Danu sembari mengguncangkan tubuh istrinya.Danu tak habis pikir mengapa Vani seolah berusaha menyembunyikan kehamilannya padahal hubungan keduanya sudah membaik sejak lama.“Bu-Bukan begitu, aku hanya takut Mas Danu belum siap menerima semua ini,” lirih Vani.“Apa kamu menganggap aku lelaki pengecut yang tak mau mengakui darah dagingku sendiri? Oke mungkin untuk kemarin aku salah, aku hanya belum siap kehilangan keluargaku tapi sekarang semua sudah berbeda. Kamu istriku dan anak yang ada dalam p
Read more

PENASARAN

“Ayah kapan kita liburan?” tanya Hana yang kini tengah bergelayut manja dengan Huda.“Halah, liburan terus!” sahut Hafiz.“Ayah cari jadwal dulu, ya.”“Okay, aku tunggu kabar baiknya ya, Yah.”“Iya sayang.” Huda mencubit gemas pipi Hana.“Mabar yuk, Yah!” ajak Hafiz.“Ayok!”“Ih, Kak Hafiz apa-apam, sih? Ayah kan lagi nonton tivi sama aku!”“Halah, biasanya juga nonton sendiri. Manja!” cibir Hafiz.“Biarin aja, wlee ...!” Hana menjulurkan lidah.“Udah sana pergi! Aku mau mabar sama Ayah.” Hafiz mencoba menyeret Hana dari sisi Huda.Dan akhirnya perang dunia pun tak terelakkan. Suara nyaring milik Hana terdengar seantero rumah karena tak terima dengan perlakuan kakaknya. Huda yang berada di antara mereka memilih diam membiarkan kedua anak itu meluapkan emosinya. Baginya hal itu layaknya pemandangan indah yang mungkin sebentar lagi ia tak bisa menikmatinya saat keduanya beranjak dewasa.Dari balik tirai, Rena tersenyum melihat adegan yang terjadi di depan matanya. Meski sedikit sebal ka
Read more

LUKA

“Tania!” seru Zain sembari mengikuti langkah gadis itu.Bukannya menjawab wanita yang menenteng sebuah tas besar itu malah semakin mempercepat langkahnya. “Tunggu!” Zain mencekal tangan Tania hingga wanita itu terpaksa berbalik.“Maaf, aku sedang buru-buru,” lirih Tania.“Kamu sedang apa di sini? Keluargamu ada yang sakit? Atau siapa?”Zain berusaha menginterogasi Tania. “Bukan siapa-siapa. Maaf aku pergi dulu.”“Jawab aku dulu!” sahut Zain.“Maaf ini bukan urusan kamu! Em ... Bisa pinjam ponsel?” Tania menengadahkan tangannya.Tanpa pikir panjang, Zain langsung mengambil ponsel dari saku celananya, menyalakan dengan sensor sidik jarinya kemudian memberikannya pada Tania.Tania mengetikkan beberapa angka dalam ponsel Zain menyimpannya dalam kontak lalu menyerahkan ponsel itu kembali.“Hubungi saja kalo kamu mau pake jasaku. Aku siap kapan saja,” ucap Tania.“Apa kamu butuh uang lagi?” Pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Zain.“Maaf, Tuan, tapi uang yang kau berikan tadi bel
Read more

APA SAJA

“Katanya Vani lagi hamil sekarang loh!” ucap Bela heboh saat ia baru saja datang.“Berita lama kali,” sahut Shela.“Syukur deh kalo begitu.” Rena ikut menimpali.Seperti biasa, ketiga wanita bersahabat itu selalu menyempatkan waktu untuk bertemu disela kesibukan masing-masing. Apalagi setelah Shela dan Bela juga menyandang gelar seorang istri, membuat ketiga begitu nyambung membicarakan berbagai hal tentang keluarga masing-masing.“Kamu kapan, Ren?”“Apanya?” “Punya anaknya? Pasti Hana dan Hafiz pengen punya adik lagi, kan?” Shela memastikan.Rena terdiam sembari terus mengaduk minuman dihadapannya yang belum sempat dicicipinya. Setiap ada orang yang menanyakan perihal menambah anak, ia selalu mengingat suaminya yang begitu frustasi saat ditanya seperti itu. Lelaki itu pasti akan menyalahkan dirinya sendiri atas ketidakmampuannya memberikan keturunan.Awalnya mungkin Rena merasa biasa saja dan meminta suaminya untuk tetap bersabar. Namun lama kelamaan ia pun gerah dengan pertanyaan-
Read more

SEBUAH KEPUTUSAN (ZAIN)

Tania terus mondar-mandir di depan ruang perawatan. Bukan karena memikirkan keadaan Ibunya, melainkan memikirkan jawaban atas pertanyaan lelaki yang baru saja dikenalnya. Bagaimana tidak, setelah memberinya uang dalam jumlah besar, kini lelaki itu malah memintanya menjadi istrinya. Bahkan di pertemuannya barusan mereka pun tak melakukan apa-apa. Hanya ngobrol, makan lalu Zain mengantarkannya kembali ke rumah sakit.“Jadi istri? Istri macam apa? Istri ke berapa?” gumam Tania.Pikirannya melayang pada sosok lelaki yang menurutnya mempunyai wajah yang cukup tampan. Bagaimana mungkin lelaki setampan dan semapan itu memilih wanita malam sebagai calon istrinya? Apa tidak ada wanita baik-baik yang mau menjadi pasangannya? “Apa jangan-jangan ...”Tania mulai berpikir keras. Ia takut jika Zain adalah sindikat perdagangan manusia yang sedang mencari mangsa atau lelaki itu sedang mencari orang untuk diambil organ dalamnya seperti berita yang sedang viral akhir-akhir ini.Kalo memang begitu, ken
Read more

PENUH KEJUTAN

“Terima kasih.”Zain melirik pada wanita yang kini duduk di jok sebelahnya. Satu tangannya terus memegang tangan Tania sedangkan tangan yang lain memegang kemudi. Sesekali ia melempar senyum pada wanita yang sering kali mengenakan kostum berwarna hitam. “Kita mau kemana?” tanya Tania sedikit bingung saat mobil yang Zain kendarai memasuki area rumah sakit dipinggir kota.“Ketemu Ibuku,” jawab Zain.Tania hanya mengangguk, ia sudah tahu jika lelaki yang baru saja melamarnya itu ingin membagi kebahagiaannya pada wanita yang melahirkannya. Tania terus memandang wajah Zain yang tengah serius menyetir sembari mencari tempat parkir. Ia tak menyangka jika rumah sakit jiwa saat ini terlihat begitu ramai, itu berarti semakin hari semakin banyak orang yang menderita penyakit kejiwaan. “Kamu mau, kan, ketemu Ibu?” tanya Zain memastikan.“Te-Tentu saja.” Tania mencoba menyunggingkan senyum.“Kamu enggak akan berubah pikiran, kan, kalo nanti tahu kondisi Ibuku yang sebenarnya?” Zain bertanya lag
Read more

MEMBINGUNGKAN

“Sayang, kata temenku ada seorang tabib yang bisa mengusahakan pasangan yang belum memiliki keturunan, bagaimana kalo kita ke sana?” ucap Huda setelah memosisikan diri berbaring di samping Rena.“Enggak usah aneh-aneh deh, Mas. Udah berkali-kali aku bilang, aku udah bahagia dengan hidup kita sekarang.” Rena meletakkan ponselnya lalu memiringkan tubuhnya menghadap suaminya.“Tapi selama ini kita belum pernah konsultasi, kan? Siapa tahu setelah sama kamu aku bisa punya anak.”“Mas! Cukup!” Rena meninggikan suaranya namun sesaat kemudian ia terdiam.Sebenarnya Rena sangat malas membahas semua ini, sejak awal menikah ia tak terlalu memikirkan ada atau tidaknya anak di antara ia dan Huda. Di tambah lagi dengan kondisi suaminya yang sudah ia tahu sejak awal, Rena sudah sangat pasrah dan siap jika di antara mereka memang tak akan pernah ada anak lagi. Rena bahkan sempat berpikir untuk melakukan KB steril agar kondisinya sama dengan Huda.“Maaf, tapi jujur saja aku masih berharap bisa mempuny
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status