Home / Pernikahan / ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU: Chapter 21 - Chapter 30

34 Chapters

Aku Ingin Pulang Bersama Papa

Aku mematung di depan salon, menatap mas Arif hingga hilang ditelan jalan. Entah kenapa tubuhku terpatri, mulut terkunci. Hanya cairan bening yang jatuh tanpa permisi. Bohong jika aku tak merasakan kecewa bahkan terluka. Nyatanya hatiku tercabik, meski berusaha baik-baik saja. Aku masih mencintainya meski dia menggoreskan luka berulang kali. Bahkan menusuk hingga aku nyaris mati. "Kamu gak papa, Rin?"Sentuhan di pundak menyentakku, menghilangkan lamunan yang menari di kepala. Segera aku hapus jejak air mata yang menempel di pipi. Memaksa bibir tersenyum hanya untuk menutupi luka yang menganga. "Aku baik-baik saja, Jar.""Serius?"Aku mengangguk lalu memilih kembali masuk. Aku tinggalkan Fajar dan beberapa orang yang menatapku penuh tanda tanya. Biarlah mereka menilaiku seperti apa. Lelah, aku butuh waktu menenangkan diri. Aku merebahkan tubuh di atas kasur, tepat di samping Talita. Memandangi wajah polos dengan linangan air mata yang menempel di pipiku. Entah kata apa yang bisa k
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more

Pindahan

"Masuk, Ta! Masuk!""Tapi, Ma ....""Tidak ada tapi! Masuk sekarang!" pekikku. Dengan gontai Talita berjalan dan masuk ke mobil. Baru saja mobil kunyalakan, gedoran di jendela tak terelakkan. Mas Arif berusaha membujuk Talita untuk memenuhi keinginannya. Kali ini tak akan kubiarkan dia menghancurkan kami lagi. "Karina! Talita!"Aku injak pedal gas, meninggalkan Mas Arif yang menjerit, memanggil namaku dan Talita berulang kali. "Kenapa tak boleh jenguk kak Cintya, Ma?""Kamu mau bertemu degan tante Sasa?"Seketika Talita menggeleng. "Turuti ucapan mama, kali ini saja."Talita mengangguk meski terlihat jelas kekecewaan dari sorot mata itu. Terkadang apa yang kita inginkan tak harus tercapai. Putri kecilku harus mulai belajar jika dunia kadang tak sejalan dengan angan dan ekspetasi. Sesampainya di salon, dia terus berlari menuju kamar di lantai atas. Sikapnya memancing tanda tanya Cantika, Nina dan Sisil. Ketiga orang itu kebingungan dengan sikap Talita. "Talita kenapa?" tanya Cant
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more

Siapa yang Mengirim Pesan?

"Aku yang pesan, Rin."Seketika aku menoleh, menatap perempuan yang berdiri di teras rumah. Senyum tanpa dosa tergambar jelas di sana. "Ini berlebihan, Ca.""Jangan bawel! Siapa suruh gak mau tinggal di rumah aku."Cantika menyilangkan tangan di dada, menatap tajam padaku. Kalau sudah begini aku tak bisa berbuat apa pun. Menurut adalah jalan terbaik dari pada mendengar omelannya. Cantika memang sahabat terbaik. Beruntung Tuhan mengirimkannya untukku. Setidaknya aku tak sendiri dalam menghadapi kejamnya hidup ini. "Masukiin, Mas! Hati-hati!"Cantika memberikan arahan. Kanan, kiri, dua kata yang terus meluncur dari mulutnya. Dia sudah seperti mandor yang memerintah bawahannya. ***"Mama hari ini ke salon?" Aku meletakkan sendok di atas piring, menoleh ke arah Talita yang tengah asyik menikmati sarapan. Nasi goreng dengan telur mata sapi menjadi menu favoritnya. Dia begitu antusias memasukkan sedikit demi sedikit nasi goreng ke mulut. "Mama minta libur dua hari, Ta. Masih banyak y
last updateLast Updated : 2023-11-12
Read more

Perasaan Fajar

Pintu salon masih tertutup saat aku tiba. Terpaksa aku duduk di teras seraya menunggu kedatangan Nina atau pun Sisil. Cantika tak bisa diharapkan, dia selalu datang pukul sepuluh. Harap maklum, dia harus menyiapkan keperluan ibunya sebelum ditinggal kemari. Lima menit termenung sendirian, bayang mas Arif dan Sasa lagi-lagi datang menyapa. Aku sudah berusaha menepis bayang wajah mereka. Namun ternyata tak semudah menyanyikan lagu atau pun bercerita. Jarum jam seolah melambat, menunggu adalah pekerjaan yang paling penat. Lelah menatap kendaraan yang terus melaju tanpa henti, aku pun mengambil benda pipih yang ada di dalam tas. Sebuah aplikasi terkenal menjadi pilihan menghilangkan kebosanan. Tangan dengan lihai menggeser layar ke atas beberapa kali. Seketika mematung, air berbondong-bondong jatuh tanpa permisi. Inikah yang disebut motivasi? Ceramah salah satu ustadz tiba-tiba muncul di reel salah satu aplikasi ternama. "Hadiah terbaik adalah apa yang kamu miliki, dan takdir terbaik
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

Karina yang Dicintai Fajar?

"Gila kamu, Jar!"Aku beranjak, melangkah pergi. "Aku serius, Rin!" "Karina!"Aku berjalan tanpa mempedulikan Fajar yang terus memanggil namaku. Lelaki macam apa yang menyatakan cinta sedang ia akan menikah. Kenapa lelaki yang aku temui seperti itu? "Karina!"Semakin cepat kupaksa kaki melangkah, semakin keras pula suara Fajar. Namun aku mengabaikannya. "Taksi!" Aku melambai hingga sebuah mobil berwarna putih berhenti. Aku segera masuk, mobil pun berjalan meninggalkan Fajar yang masih berdiri di depan pintu. Mulanya aku kira dia ingin membicarakan mengenai pernikahan mereka. Namun justru kejutan yang aku dapatkan. Ini kedua kalinya Fajar melakukan hal di luar nalar. Menyatakan cinta dan jawabannya sama, aku menolaknya. Entah kenapa dia tak jua jera. Lalu lalang kendaraan kian membuat kepala berdenyut nyeri. Belum lagi rasa kesal yang memuncak. Ingin aku memaki, tapi pada siapa? ***"Ma!""Apa, Ta?"Aku meletakkan piring kotor di atas meja. Niat mencuci aku batalkan. Kemudian m
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

Hak Asuh Talita

"Iya ini, Ma. Mbak Karina yang dicintai Bang Fajar."Aku menelan ludah dengan susah payah, seolah ada batu besar yang menghalangi setetes air masuk. Terpaku, mendadak mulut ini kelu. Apa yang harus kujelaskan? Heran, kenapa calon istri Fajar mengetahui segalanya. Bahkan dengan santai mengatakan hal tersebut. Pasangan macam apa mereka ini? "Maaf, Mbak Salwa. Saya dan Fajar tidak memiliki hubungan apa pun. Itu sudah menjadi bagian masa lalu kami. Saya tidak mungkin menjadi perusak hubungan Mbak Salwa dan Fajar. Tolong jangan salah paham."Seketika Mbak Salwa dan ibunya tertawa terbahak-bahak. Apa yang lucu dari ucapanku? Perkataanku benar ... aku dan Fajar tidak memiliki hubungan apa pun. Lalu apa yang mereka tertawakan? "Ya Allah, Mbak. Bang Fajar itu kakak kandungku. Dia bukan calon suamiku. Jadi Mbak Karina menghindari Bang Fajar karena ini?""Kakak kandung? Lalu kenapa dia yang mengantarkan kamu mengurus pernikahan, Mbak? Bukankah harusnya pasangan, Mbak?""Calon suami saya bera
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

Talita mau jadi anak, Om?

Malam kian larut, tapi rasa kantuk tak jua datang. Bayangan Mas Arif datang membawa paksa Talita kian menari dalam angan. Aku takut, ucapannya akan menjadi nyata. Bagaimana jika ia benar-benar mengambil Talita dariku? Denting jam memecah keheningan malam. Memaksa tubuhku terbangun lalu melangkah menuju kamar mandi. Berwudhu, melaksanakan ibadah sunah di sepertiga malam terakhir. Sesak dalam dada tumpah, menangis seorang diri di sepinya malam. Mengadu pada Illahi Robbi, karena hanya Dia tempat untukku berbagi. Hingga aku lelah dan terlelap di atas sajadah. ***"Boleh mama tanya sesuatu, Ta?"Talita mengangguk, kemudian meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja. Dia diam, menatap lekat netra ini. Talita menunggu kata yang terucap dari mulutku, tapi justru sesak kembali memenuhi rongga dada. "Tanya apa sih, Ma? Kenapa jadi diam? Keburu berangkat sekolah ini.""Apa Talita ingin tinggal bersama papa?""Memang boleh, Ma?"Aku mengangguk meski terasa begitu berat. Sadar, Talita jug
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more

Kecelakaan

"Memang Talita mau jadi anak Om?"Mata membola, mulut terbuka lebar, nyaris es krim salah masuk jalur. Apa lagi yang Fajar inginkan? Haruskah secepat ini, saat luka dalam dada masih menganga. Meminta Talita memanggil papa di saat keadaan seperti ini bukan hal yang bagus. Fajar seolah memaksakan kehendaknya sendiri. Apa semua lelaki seperti itu? "Talita masih punya papa, Om."Talita membisu, wajah yang berseri kini menjadi sendu. Ya, sejak kejadian itu dia selalu sedih tiap kali mendengar atau mengingat papanya. Sebesar itukah luka hatinya? "Buat Talita besok minggu Om ajarkan deh!""Asyik!" Talita memeluk Fajar. Senyum itu kembali tercipta. Aku trauma. Menatap Fajar dan Talita kembali menggoreskan 3. Aku takut dia sama dengan Mas Arif, hanya pura-pura cinta. Nyatanya ada hati lain yang dijaga. Lagi-lagi aku kebingungan. Mulut seketika membisu, seolah ada lem yang menempel hingga di setiap sudut. Apa yang harus kujawab ketika Fajar kembali mengungkapkan rasa. Sedang hati meronta k
last updateLast Updated : 2023-11-20
Read more

Fajar vs Arif

"Bagaimana nasib Talita, Jar?"Aku kian khawatir. Menunggu lelaki itu bicara, tapi tak sepatah kata keluar dari mulutnya. "Talita gak kenapa-kenapa, Rin. Dia baik-baik saja.""Tapi tadi ....""Talita bersama Cantika di rumahnya. Ada yang usil sama kamu. Dia bilang Talita kecelakaan, kan? Padahal putri kamu baik-baik saja."Perkataan Fajar benar. Kalau dipikir ulang memang ada kejanggalan tentang kejadian tadi. Panik membuat aku tak sadar jika Talita masih berada di sekolah. Logika kalah dengan kecemasan. Kabar yang kudengar bak nyata. Sehingga kepala tak bisa berpikir dengan benar. "Kenapa kamu bisa sampai seperti ini, Rin?"Aku menggeleng, tak bisa berkata apa pun. Kejadian ini terlalu cepat. Sehingga aku tak tahu apa yang terjadi. "Aku harus pulang, Jar. Kasihan Talita sendirian di rumah."Aku hendak bergerak tapi sebuah tangan menahan gerakanku. Disusul tatapan tajam dengan gelengan kepala dari lelaki itu. Fajar melarang aku bergerak, apalagi meninggalkan ruangan ini. "Lalu T
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

Talita Mau, Om

"Benar itu, Rin?, Kalian akan segera menikah?""Iya, Mas. Kami akan segera menikah, secepatnya."Mas Arif mengusap wajah kasar. Tanpa berpamitan ia pergi meninggalkan ruang rawat inapku. Sebongkah batu yang memenuhi dadaku seketika hilang. Bersamaan dengan perginya lelaki bergelar mantan suami. Lega karena dia tak muncul di hadapanku lagi. Denting jam terdengar begitu keras. Seolah mengisi keheningan karena kami memilih saling diam. Sejujurnya aku tidak tahu harus berkata apa, bingung. "Fajar ....""Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, Rin. Kamu tak sungguh-sungguh dengan perkataanmu, kan? Kamu lakukan untuk mengusir Arif."Kata-kata itu menampar telak diriku. Menciptakan rasa malu. Andai bisa berlari, ingin kutenggelamkan muka ini ke dasar bumi. "Maafkan aku, Jar."Aku menunduk, meremas jemari, menghilangkan perasaan bersalah. Nyatanya semakin besar aku mencoba menghilangkan, rasa itu kian jauh dalam tertanam. "Kenapa diam sih, Rin? Aku lho gak mempermasalahkan itu."Aku mendonga
last updateLast Updated : 2023-11-23
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status