All Chapters of 30 Hari Menjadi Pacar Kontrak Presdir Dingin: Chapter 21 - Chapter 30

37 Chapters

Bab 21. Have fun, gaes!

"Binar!" panggil seorang wanita paruh baya yang menunggu kedatangannya sejak tadi. Mendengar panggilan itu, obrolan tadi pun terputus dengan paksa. Binar menghela napasnya karena sudah merasa lega. Ya, ibunya Presdir Tama 'lah yang memanggil sambil merentangkan tangannya berharap akan disambut oleh Binar.Binar pun mendekat dan memeluknya, "Ny— Mommy … maaf, Binar terlambat!" seru Binar. "Kamu tahu, tidak? Mommy sudah lapar!" seru Nyonya Diana."Astaga, kenapa nunggu Binar, Mommy?""Karena Mommy pengen buat cake bareng kamu," sahutnya. "Kamu 'kan tahu, Mommy itu suka sekali buatan ibu kamu. Eh, iya, kapan-kapan bawa Mommy ke rumah, ya? Pengen kenalan sama ibu kamu!""Siap, Mommy!"Sementara Presdir Tama sejak tadi hanya duduk di sofa sambil memerhatikan kedua insan tersebut. Nyonya Diana melirik sang putra, "Kenapa kamu?""Tak apa!""Mau ikut masak?""Enggak!""Makannya?""Enggak juga!"Nyonya Diana berkacak pinggang, "Kamu ini, gimana? Masa' buatan pacar kamu sendiri, kamu malas ma
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more

Bab 22. Dasar, rakus!

Binar dan Presdir Tama saling tatap, Rayyan memang menyebalkan saat ini. Apalagi dia juga sudah tahu tentang sandiwara yang mereka ciptakan. Keduanya sangat yakin jika Rayyan akan memanfaatkan ini untuk kepentingan pribadinya."Sekarang giliran kalian yang aneh. Ada apa, Tama?" Presdir Tama menggaruk tengkuknya, "Mommy kayak nggak tahu si Rayyan aja, dia memang begitu, suka sekali membuat onar!""Yakin nggak ada yang kalian tutupi?""Apa Mommy nggak percaya dengan Tama?" Nyonya Diana hanya bisa menghela napasnya. Ia merasa ada yang menjanggal tetapi masih belum tahu dimana letak kejanggalan tersebut."Aneh sekali! Rayyan seperti terkejut saat tahu kalian pacaran. Jangan bilang sebenarnya kalian sedang bersandiwara depan Mommy?" tebak nyonya Diana sambil memicingkan matanya. Biasanya jika Presdir Tama sedang berbohong, pria itu memberikan gelagat anehnya. Akan tetapi kali ini pria itu berhasil untuk menunjukkan dihadapan sang ibu, jika dirinya tidak berbohong. "Kalau Mommy mengangg
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

Bab 23. Besok kita ke Bandung!

"Astaga! Kenapa suasana jadi tegang begini? Ayo kita makan dulu!" Tuan Angkasa cekikikan sendiri. "Tap—""Ayolah, Tama! Apa kamu tidak kasihan dengan kekasihmu? Lihatlah, Binar sudah sangat lapar. Iya 'kan, Binar?" potong Nyonya Diana.Binar hanya diam. Apa yang bisa dilakukan wanita itu saat ini? Kata-kata lapar yang diucapkannya tadi hanya kiasan semata agar nyonya Diana berhenti menyelidik mereka. Akan tetapi kenapa sekarang menjadi senjata dari Nyonya Diana untuk Binar?"Baiklah!" seru Presdir Tama. Pria ini menyadari kegugupan dari Binar. Perasaan Presdir Tama saat ini tidak enak, ia merasa jika kedua orangtuanya sudah mulai curiga. Apalagi dengan kehadiran Rayyan tadi yang mengganggu semua rencana mereka. "Sayang! Tolong ambilkan untukku," ucap Presdir Tama. Sedikit menggelitik, namun itu hanya dijadikan sebagai alat agar orangtuanya tidak menaruh curiga. "Hah?" Binar masih tercengang. "Sayang, ayolah!" Sambil mengedipkan matanya. Kedipan mata dari Presdir Tama membuat Bin
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more

Bab 24. Gara-gara Kimono

Niatnya ia hanya ingin mengabaikan ucapan pria ini, tetapi saat melihat wajah Presdir Tama ingin sekali rasanya dia mencekiknya. Ya, pria itu terlihat menyebalkan."Apa maksud Pak Presdir?""Jangan terbelit-belit. Katakan saja!""Menurut saya, orang tua saya hanya boleh bertemu dengan satu pria, yaitu kekasih saya." Sebenarnya ucapan Binar tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Namun, Presdir Tama memotongnya. "Bukankah saya memang kekasih kamu?""Iya, benar! Tapi itu hanya sebatas kontrak!""Hm, begitu, ya?" Presdir Tama memegang dagunya. "Apa itu artinya kamu ingin lebih?" tanyanya sedikit menggoda. Binar terkesiap. Wanita itu melototkan matanya dan bersiap untuk menyela ucapan Presdir Tama. Akan tetapi untuk kesekian kalinya wanita itu tidak dapat mengeluarkan suara karena sang atasan terus memotongnya."Kamu jangan berharap lebih pada saya, mengerti?"Bukannya menjawab, Binar malah terbahak-bahak. "Tenanglah, Pak Presdir. Jangankan berharap, kepikiran saja saya tidak pernah."
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

Bab 25. Pernikahan (?)

"Mampus aku!"Binar mengumpat dirinya sendiri saat mobil mewah itu memasuki pekarangan rumah orang tuanya. Dia sangat merindukan ayah dan ibu tercinta, namun jika situasinya seperti ini, Binar menjadi lupa dengan rindu itu dan berharap waktu akan cepat berlalu."Kamu pikir saya tidak dengar?" suara bariton itu mengejutkan Binar. Binar mengelus dada, "Ya, dengar pun nggak masalah!""Bersiap-siaplah, sebentar lagi peran kamu sedikit dilebihkan!"Keduanya turun dari mobil. Mereka menunggu Tuan Angkasa dan Nyonya Diana turun dari mobil yang berbeda. Ya, mereka pergi beriringan. Rumah Binar tidak terlalu besar dan juga tidak kecil. Namun jika dibandingkan dengan rumah Presdir Tama, itu akan terlihat sangat jauh sekali. Binar mengetuk pintu rumahnya, tak lama kemudian sang ibu langsung membuka pintu tersebut. "Binar!" Sang ibu langsung memeluknya. "Apa kabar, Nak?"Binar meneteskan air mata. Keduanya menyatukan rindu yang amat dalam. "Binar akan selalu baik-baik saja, Bu. Tenanglah! Sel
last updateLast Updated : 2023-12-16
Read more

Bab 26. Perasaan aneh Binar

Hari kian berlalu. Perjanjian masih terus berlanjut. Mereka selalu dihantui dengan pertanyaan, kapan menikah? Horor sekali. Pagi ini Binar terlambat bangun, otomatis dia juga terlambat membangunkan atasan tercinta. Walaupun sebenarnya Presdir Tama sudah bangun pukul empat pagi setiap harinya."Astaga!" Binar teringat dengan atasan yang dulu dingin kini berubah menjadi alay. Ya, itulah dipikiran Binar tentang atasan tercinta. Wanita itu langsung mengambil ponsel dan menghubungi atasannya. [Pagi, Presdir!][Hm!]Binar mengerutkan alisnya, [Pak Presdir sudah bangun, ya?]Pertanyaan itu lolos begitu saja karena Binar tidak pernah mendengar suara berat khas bangun tidur sang atasannya.[Apa pertanyaan itu yang pantas ditanyakan?][Hm, tidak. Maaf, Pak. Saya terlambat bangun. Untuk pakaian, akan segera saya siapkan di kantor!][Jadi maksud kamu, saya tanpa pakaian ke kantor?][Buk—]Panggilan tersebut mati secara sepihak. Binar menjadi panik karena ia sangat yakin jika atasan tersebut sed
last updateLast Updated : 2023-12-24
Read more

Bab 27. Pacar Presdir Tama (?)

"Saya tim aduk," jawab Binar dengan malu-malu."Berarti kita tidak cocok, karena saya tim tidak diaduk.""Kadang memang harus ada perbedaan untuk menyatukan!"Presdir Tama menaikkan alisnya sebelah, "Maksud kamu, apa?"Binar langsung tersedak dan menjadi salah tingkah. Ia tak tahu mengapa bisa mengatakan hal seperti itu. "T—tidak. Bukan apa-apa. Bubur ayamnya enak, Pak. Buat saya saja, ya? Nanti saya ganti, punya saya ada di luar!" Binar langsung mengambilnya dari tangan Presdir Tama. "Ambillah! Dan sepertinya kamu harus ambil satu hari untuk cuti. Saya takut aja, penyakit kamu semakin dalam.""Penyakit?""Ya, besok cutilah dan berobat ke dokter William.""Siapa itu?""Dokter langganannya keluarga saya, tapi tak apa. Kamu boleh berobat dengannya secara gratis. Nanti saya kirimkan nomornya!""Tapi, Pak —""Saya, Presdir Tama. Saya tidak terima penolakan!"Satu jam kemudian, Binar masih membayangkan bagaimana kejadian tadi. Begitu memalukan sekali. Sedang asyik terhanyut dalam bayanga
last updateLast Updated : 2023-12-27
Read more

Bab 28. Apa yang kamu pikirkan?

"Sayang …." Wanita itu bergelayut manja dipundak Presdir Tama. Namun secepat kilat pria itu menepisnya. "Sayang, kenapa kamu berubah? Ini aku, Sayang!""Hentikan, Olive!" bentak Presdir Tama.Bukan hanya wanita itu yang terperanjat kaget, tetapi juga Binar yang berada di sana. Bagaimana tidak? Suara pria itu begitu menggelegarkan seisi ruangan. "Tolong pergi sekarang, sebelum kesabaran saya habis!" lanjutnya dengan tatapan yang mematikan. Binar hanya menjadi penonton di sini. Pikirannya bertanya-tanya, siapa wanita ini dan mengapa Presdir Tama sangat membencinya. "Apa kamu tidak dengar, Olive?" lanjutnya lagi. "Sayang, maafkan aku. Apa kamu nggak bisa memaafkan kesalahanku yang lalu? Aku, Olive yang baru. Aku sudah menyesal, Sayang! Aku sudah berubah, sungguh.""Itu bukan urusanku, Olive!""Sayang …."Wanita itu masih saja berusaha mendekati Presdir Tama. Namun langkahnya terhenti saat melihat pria itu menggenggam tangan Binar. "Sayang, kenapa kamu diam saja saat wanita j*lang men
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more

Bab 29. Olive, sang mantan!

Disangka kerasukan membuat Binar sedikit kesal. Menyebalkan sekali, memang. Pria itu berbicara sesuka hati,"Apa ada orang kerasukan di siang bolong?""Bisa saja kamu orangnya! Katakanlah, ada apa? Apa yang kamu pikirkan?""Tidak ada.""Lalu, kenapa saya bicara kamu abaikan?""Hah?""Kamu buat saya seperti orang gila karena bicara sendiri. Jika saja ada yang melihatnya, mungkin saya dikira bicara dengan patung!"Ocehan Presdir Tama membuat Binar ingin tertawa. Seketika pria itu berubah menjadi pria bawel dan menjengkelkan."Oh … jadi begini, rasanya!" gumam wanita itu. "Rasa apa?" "Rasa sayange … rasa sayang sayange. Hei, lihat dari jauh, rasa sayang sayange." Agak lain Binar ini. Begitulah dia jika sudah diambang rasa malunya. "Pak Presdir kepo banget, deh! Ah, iya, saya lapar. Bisakah saya makan duluan?" lanjutnya. Presdir Tama malah tersenyum geli, meskipun sangat tipis terlihat. "Kamu itu, aneh. Memang tinggal kamu yang belum makan!" Binar mengedarkan pandangannya. Rupanya me
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

Bab 30. Gelagat aneh Presdir Tama

Kini Binar sudah berada di luar ruangan Presdir Tama. Dia terus menggerutu karena dicampakkan begitu saja."Binar, tolong saya!""Binar, kamu harus di sisi saya.""Binar … Binar … Binar ….""Apaan? Bulshit!"Binar mengumpat atasannya sendiri. Lucu sekali. Karena bibir Binar kini bergeser kesana-kemari, wajah wanita ini sudah tak terkondisikan lagi."Woi, marah terus. Ada apa?" Sekretaris Andin mendekatinya. "Eh, kamu. Dari tadi, Ndin?""Ada apa sih?" Sekretaris Andin penasaran. "Nggak pa-pa. Aku lagi kesal aja. Ternyata semua laki-laki itu sama aja, ya!""Tunggu, tunggu … pertama kamu bilang nggak pa-pa, kedua lagi kesal. Ketiga kamu bilang laki-laki itu semua sama aja. Yang benar yang mana?""Satu dulu, baru dua, terakhir tiga. Dah, ah. Nggak penting juga untuk didebatkan!"Binar duduk di kursinya, kemudian dia menghadap sekretaris Andin yang berada di depannya. "Aku mau nanya sama kamu!""Hm, apa tuh? Eh, tunggu, aku ambil kursi dulu!" Sangking penasarannya, sekretaris Andin tidak
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status