Amala mendongak, menatap Nathan dengan kesal."Kamu pikir menikah itu untuk main-main?""Amala, dengar aku. Kita menikah saja. Kontrak selama beberapa minggu atau bulan. Asal kita sudah menikah, Kakek akan mengizinkanmu membawa Glen dari sana. Dari pada Kakek membawa Glen pergi?"Amala benar-benar pusing dengan situasi seperti ini.Dia melihat Nathan lagi. "Jika kita menikah, bagaimana dengan Wilan? Dia itu menyukaimu. Dia akan kecewa.""Sudah ku katakan, kami ini hanya berteman. Dia tidak mungkin menyukaiku.""Dia menyukaimu, Tuan Nathan!""Jangan panggil aku Tuan, aku ini ayah dari anakmu." Nathan malah marah karena Amala selalu memanggilnya Tuan."Ya, baiklah. Wilan itu menyukaimu, Nathan. Aku tahu itu. Kita tidak boleh menikah, meskipun hanya kontrak. Itu akan menyakiti hatinya.""Tapi aku tidak! Dan aku lebih mementingkan Glen, putraku, dari pada urusan yang lain." Nathan menjawab demikian, membuat Amala terdiam.Benar juga. Urusan Glen adalah nomor satu. Yang utama. Amala menden
Baca selengkapnya