Home / Pernikahan / Suamiku Takut Disentuh / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Suamiku Takut Disentuh : Chapter 11 - Chapter 20

24 Chapters

Masa Lalu

Kate menatap ke sembarang arah, lebih tepatnya keluar jendela. Dia tahu Freddy pasti sudah menyadari hal ini, sebab itu Freddy dan temannya sengaja mengerjai Abel dengan berpura-pura gay."Aku penasaran, kenapa kau tak bisa cerita? Apa ini semua menyangkut ibu tirimu? Jika benar, aku bakal lebih berusaha agar kau bisa cepat sembuh.""Dengan mengetahui masa laluku?!" sela Freddy tak terima. Jelas sekali pria itu sedang membentaknya. Kate tak pernah dibentak, itu sebabnya kalau ada saja orang yang meninggikan suaranya, ia akan menangis.Dengan mata memerah Kate menatap Freddy kesal. Gadis itu mengepalkan tangannya. "Memangnya kenapa kalau aku tahu?! Aku ini istrimu, Fred!"Freddy menghela nafas panjang. "Itu sebabnya aku tak ingin membicarakan itu di sini. Orangtuamu bisa mendengar percakapan kita."Kate menyisir rambutnya frustasi. "Bisa nggak kita gak bertengkar sehari saja? Aku capek, aku juga mau bahagia kayak orang-orang!""Maka, seharusnya kita tak perlu bersama."Jawaban tak terdu
Read more

Galery Art

"Kalian sedang membicarakanku ya?!" kejut Kate. Gadis itu melangkahkan kakinya duduk tepat di tengah-tengah mereka. "Kepedean, kamu gak jadi tidur? Perasaan katanya mau tidur," ucap sang ibu."Nanti malam aja deh. Kalau tidur di siang hari, besok bakal mengantuk lagi saat siang. Yang ada pekerjaanku berantakan," jawab Kate sambil tertawa cengengesan.Freddy memperhatikan wajah Kate sambil kebingungan. "Bukannya dia tadi nangis? Kenapa tiba-tiba ceria lagi?" pikir Freddy. Saat itu juga ia membuat kesimpulan bahwa Kate suka menyembunyikan perasaannya dengan wajah bahagia."Oh iya, Ma. Sebentar lagi ada pameran lukisan di tempat kerja Fred, Mama sama Papa mau ikut? Biar pergi sekalian dengan kami," ujar Kate."Kapan?" tanya sang ibu."Hmm sekitar lima hari lagi, ya kan Fred?" Kate menghadap Freddy."Hm i-iya," jawab Freddy kebingungan. Pasalnya gadis itu bicara santai lagi dengannya. Seolah tak terjadi apa-apa barusan."Sebenarnya Mama mau ikut, cuman gak bisa. Karena harus keluar kota d
Read more

Ingin Punya Cucu

"Kate!" panggil Dicky dari kejauhan. Pria itu berlari kecil menghampiri kedua pasangan suami-istri tersebut. "Kate! Sudah kuduga kau di sini," ucapnya dengan nafas terengah-engah."Ada apa?" Kate menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa kau tiba-tiba kemari?""Aku membutuhkanmu!"Freddy seolah tak dianggap di sana. Dicky hanya melangsungkan pembicaraan tanpa melihat Freddy sama sekali. "Bukannya anda keterlaluan?" tanya Freddy kesal. Dicky menoleh dan berdiri dengan tegak. "Keterlaluan dari mana?""Kate itu istri saya. Harusnya anda minta izin dengan saya lebih dahulu.""Ini mendesak soal perusahaan, aku butuh Kate. Lagi pula Kate bawahanku.""Alexian, aku bukan bawahanmu jika di luar. Aku dan Freddy sedang bersantai, kau tak seharusnya menyuruhku untuk kembali bekerja di perusahaan!" seru Kate."Aku tahu itu. Tapi ini soal pekerjaanmu, kita kedatangan investor asing. Dan dia datang tanpa memberitahu terlebih dahulu. Aku benar-benar membutuhkanmu kali ini saja! Soal kau ingin resign sement
Read more

Melanjutkan Studi

Kate menghela nafasnya berulangkali dari balik selimut. Saat ini posisinya tidur membelakangi Freddy. Ia jadi teringat ucapan Freddy yang menyanggupi keinginan ibunya. Kate jadi merasa terbebani, karena sama saja mereka berjanji untuk menuruti permintaan sang ibu."Kamu belum tidur juga?" tanya Freddy menatap lurus ke atas. Ia sudah mendengar berkali-kali suara helaan nafas dari Kate."Iya belum, ada apa Fred?" tanyanya berbalik menghadap Freddy."Kamu kepikiran dengan jawabanku tadi, iya kan? Makanya tadi kamu makan sampai tersedak.""Bukan begitu, Fred. Aku hanya berpikir, kenapa kamu jawab seakan menyanggupinya? Kamu sendiri tahu, kalau kamu masih punya phobia disentuh. Kita jadi seperti memberi harapan pada Mama dan Papa. Dan jadi sedikit membebaniku.""Maaf Kate, aku tak tahu, hanya jawaban itu yang terlintas dari pikiranku.""Apa kau mau membantuku untuk segera sembuh?" Lirih Freddy.Kate terdiam. Segala cara sudah dilakukannya agar Freddy tidak takut disentuh. Tapi semakin ia be
Read more

Hari Pertama Kuliah

"Hai, boleh saya duduk di dekat anda?""Silahkan..."Pria itu tampak memperhatikan Kate dan juga laptopnya sesekali. Jelas sekali terlihat kalau saat ini ia tertarik dengan Kate. Selain tampak anggun, Kate juga berkharisma.Pria itu mengulurkan tangannya. "Nama saya Tharek, bagaimana dengan anda?" "Dia sudah bersuami," sahut Dicky sebelum Kate sempat menjawab pertanyaan dari pria yang berasal dari Pakistan tersebut.Dicky berjalan mendekat dan duduk di antara mereka. "Sebaiknya undurkan diri saja. Dia sudah bersuami, dan takkan berpaling dengan yang lain."Pria itu menautkan kedua alisnya. "Anda suaminya?""Bukan, saya temannya. Sebagai teman saya hanya memperingatkan.""Lantas mengapa anda menyela? Saya hanya ingin berteman...""Oh ya? Tapi tidak terlihat seperti itu--"Kate merasa jengkel melihat kedua pria ini. Kenapa mereka harus ribut di tengah-tengah ia sedang bekerja."Huh! Dik, bisa kau pergi dari sini? Aku hanya ingin tenang hari ini.""Tapi Kate, dia mencoba mendekatimu," b
Read more

Mabuk

Begitu sampai di rumah, Kate langsung berbaring sejenak di sofa. Dilihatnya Freddy yang sibuk mengunci pintu luar. Pria itu tampak ingin pergi ke dalam setelah berhasil mengunci pintu."Freddy..." panggil Kate."Hm?""Gimana soal phobia kamu? Udah ada kemajuan?"Freddy menggeleng. "Masih tetap sama." Ia melangkah lebih dekat dan duduk tepat di bawah kaki Kate. Gadis itu langsung memposisikan dirinya menjadi duduk. Sambil menaikkan sebelah alisnya Kate lebih mendekat dari sebelumnya. "Mau aku bantu rileksin kamu?"Freddy mendelik seraya tersenyum kikuk. "Bantu apa?" ulangnya lagi. Takut jika Kate bertindak lebih gila seperti awal pernikahan. Kate memajukan wajahnya sambil mengedipkan mata berulangkali. "Hmm kamu malu ya?"Freddy menyunggingkan bibirnya seraya menunjukkan wajah tak mengerti. Tapi Freddy bisa mencium bau alkohol dari mulut Kate. Jadi dia bisa maklum kenapa gadis itu mendadak berubah sikapnya."Kat
Read more

Penasaran

"Ngomong-ngomong... Kita ngapain aja ya semalam?"Freddy merubah posisinya menjadi duduk. Rambut serta bajunya yang berantakan malam membuat pria itu terlihat seksi."Hm, kamu gak ingat sama sekali?" tanya Freddy ragu.Kate menggeleng cepat. Kali ini ia benar-benar takut. Takut jika ia menyerang Freddy semalam sampai-sampai melakukan ini."Yang aku ingat terakhir kali, kita bicara berdua di ruang tamu.""Memang ya kamu ini! Kamu terlalu banyak minum semalam. Makanya jadi begini," tukas Freddy."Selain itu?""Ya gak ada lagi."Kate menghela nafas panjang. Selimutnya ia tarik lebih ke atas agar Freddy paham maksudnya. "Aku gak nyoba nyerang kamu kan semalam?" tanyanya dengan berat hati. "Memangnya kenapa?" Freddy menaikkan sebelah alisnya sambil sedikit memiringkan kepala."Soalnya---, aku minum alkohol semalam. Tingkahku jadi aneh kalau udah minum alkohol.""Huh, udah tahu begitu, tapi
Read more

Kesepian

Abel mendelik. "Sudah kuduga, kamu! Jadi kamu ya yang sama Freddy?!""Kamu kenal Freddy?""Iya dong! Kami satu kampus.""Harvard university?" tebak Jack."Iya, Freddy kasih tahu kamu ya?""Aku juga ambil S1 di sana. Di angkatan yang sama dengan Freddy. Jurusan psikologi."Cukup dengan perkenalan, Abelia yang masih penasaran mendekatkan wajahnya. Seraya berbisik. "Kau dengan Freddy seorang gay?"Jack sedikit menjauh. "Benar," jawabnya dengan wajah serius. Abel menutup mulutnya tak percaya."Tapi boong," sambung Jack sambil terkekeh geli. Ekspresi wajah Abel yang semula penasaran kini menjadi jengkel. "Jadi yang menguntit Freddy kemarin itu kamu ya?"Abel diam, dia yakin pria ini tampaknya sudah sadar bahwa gadis yang menyamar itu adalah dirinya. Dan sekarang, ia malah terjebak ke dalam lingkaran yang dia buat sendiri._Sial, mampus ketahuan!_"Bukan, haha kapan aku menguntit?" seperti gadis yang salah tingkah. Abel beranjak dari kursinya meninggalkan Jack yang masih terkekeh geli. Pad
Read more

Terapi Pemaparan

"Aku punya cinta pertama waktu kecil sekitar umur enam tahun. Dia gadis yang cantik, bijak dan pintar. Aku pertama kali melihatnya saat kami ngontrak di depan rumah gadis itu. Dulu keluargaku suka berpindah-pindah tempat. Jadi sebelum tahu namanya, kami sudah pindah duluan."Kate memutar malas bola matanya. "Aku juga cantik, bukan berarti aku yang bilang ya. Kebanyakan orang memang memujiku cantik. Aku juga pintar dan bijak, makanya dalam beberapa bulan aku jadi manajer di perusahaan besar."Freddy tertawa kecil mendengar ocehan Kate yang tengah cemburu. "Haha iya deh kalian sama.""Aku lebih!""Iya kamu lebih. Kamu lebih dari siapapun bagiku..."_Sial! Manis banget, dia belajar dari mana coba?_"Ekhem! Aku sedikit senang sih. Tapi alasan kamu milih nikah samaku cuman karena cantik dan pintar doang? Atau sama kayak cinta pertama kamu itu?""Dia punya sesuatu yang nggak kupunya," jawab Freddy serius. Sejujurnya Kate sedi
Read more

Menyentuh

Buru-buru Kate berlari mengambil obat-obatan di lemari dapur. Obat-obat itu dimakan Freddy empat sekaligus sekaligus meminum segelas air dari tangan Kate."Gimana Fred?" tanya Kate penuh khawatir."Gak apa-apa sebentar lagi aku bakal lebih tenang.""Huft, syukurlah."Freddy mendongakkan kepalanya. "Kate..." lirih Freddy."Hm? Masih lemas?""Kamu masih bisa kan kasih aku waktu untuk mencoba? Aku mau lebih cepat sembuh. Gak apa kalau di dunia ini aku hanya bisa menyentuhmu seorang. Karena alasanku tetap hidup karenamu.""Aku bakal nunggu mau itu satu tahun atau satu abad lagi. Pokoknya kamu harus sembuh! Kita berjuang sama-sama ya, semangat!"---Libur musim semi telah tiba. Kate memilih untuk berdiam diri di rumah. Padahal jika libur begini, biasanya Kate menghabiskan waktunya lebih banyak di luar bermain dengan teman-temannya.Tapi gaya hidupnya kini berubah semenjak menikah dengan Freddy. Karena Freddy tak suka keramaian. Itu sebabnya ia berbaring telentang di sofa dengan mata mengan
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status