Home / Horor / Sang Penunggu Pengantin / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Sang Penunggu Pengantin: Chapter 11 - Chapter 20

44 Chapters

Bab 11 Demam

“Tunggu di sana jangan turun dari batu itu, Kakek akan menghampiri dan membawamu dari sana, tetap di sana Sarah jangan bergerak sedikitpun!” Perintah Kakek dengan berteriak dan nada suara yang sangat khawatir, dapat dipastikan Kakek khawatir kalau aku bergerak dan terpeleset lalu jatuh dari batu besar ini, tentu akan hanyut terbawa derasnya air sungai. Sedangkan saat itu aku masih berusia delapan tahun, dengan badan yang juga kurus ini pasti akan sangat cepat hanyut terbawa derasnya arus air sungai.Itulah tentunya yang Kakek khawatirkan, sedangkan dia berada cukup jauh mungkin tidak akan sempat untuk menyelamatkan aku.Aku yang sedang berdiri di atas batu besar dan berada di tengah-tengah sungai, kebingungan apa yang harus dilakukan. Lalu aku pun menoleh dengan menundukan kepala pada Nenek Uban yang sedang duduk di batu besar itu.Nenek Uban tersenyum menyeringai memperlihatkan giginya yang tinggal tidak seberapa lagi dan berwarna hitam. Tetapi kenapa bulu kuduk ini merinding ketika
Read more

Bab 12 Nenek Uban bukan Manusia

Nenek Uban masih tetap menundukan kepalanya di depan pintu rumah yang sudah kubuka, dengan kedua tangan memegangi tongkat yang dipakai untuk menopang tubuhnya yang sudah bungkuk. Aku menautkan kedua alis mata melihat Nenek uban yang tidak bergeming di tempatnya, apakah dia tidak mendengar perkataanku?.“Ayo Nek, kenapa diam saja, ayo masuk ke dalam, aku akan memperkenalkan Nenek pada Kakek,” pintaku.Namun tetap saja Nenek Uban tak bergeming seolah tak mendengar perkataanku, dia hanya terpaku berdiri di depan pintu rumah dan masih saja menundukan kepalanya. Tiba-tiba aku mendengar suara Kakek dari belakang, “Kamu bicara dengan siapa Sarah? Siapa yang datang?” tanya Kakek.Aku langsung membalikan badan menoleh pada Kakek, yang sudah berada di belakang sekitar tiga langkah dariku. Kakek sedang berdiri di belakang menatapku sambil mengerutkan keningnya sepertinya Kakek sedang kebingungan.“Ini Kek, Nenek Uban yang aku ceritakan tadi pada Kakek, dia yang datang mengetuk pintu rumah. Sekar
Read more

Bab 13 PENASARAN

Kakek menganggukan kepalanya menjawab pertanyaanku dengan tersenyum tipis, meyakinkan bahwa dia percaya bahwa aku memang melihat Nenek Uban yang bukan manusia itu, tapi makhluk halus tak kasat mata yang tidak bisa dilihat oleh Kakek ataupun manusia lainnya, dan hanya akulah yang bisa melihatnya.“Kakek percaya kamu bisa melihatnya Sarah, tapi Kakek dan orang lain tidak bisa melihatnya. Karena yang kamu lihat sebagai Nenek-nenek itu adalah makhluk halus tak kasat mata, yang tidak bisa dilihat oleh manusia. Hanya kamu yang bisa melihatnya atas seijin Tuhan dan mungkin, karena kamu anak kecil yang masih polos dan tidak berdosa, atau entahlah Sarah mungkin Tuhan punya rencana lain untuk mu, hingga kamu bisa melihat makhluk halus yang tidak bisa dilihat oleh manusia,” jawab Kakek lalu tertegun, seperti sedang memikirkan sesuatu.“Entahlah hanya Tuhan yang tahu kenapa kamu bisa melihatnya, tapi untuk saat ini Kakek sebagai Kakekmu yang sangat menyayangimu. Kakek hanya ingin melindungi Sarah
Read more

Bab 14 Pesan Untuk Kakek

Melihat Nenek Uban yang menundukan kepala dan terlihat sedih, karena mengetahui aku kini takut padanya. Aku pun yang saat itu masih lugu merasa kasihan, lalu perlahan mencoba memberanikan diri untuk mendekati Nenek Uban dan berbicara padanya.“Eng…, enggak kok Nek…, Sarah…, Sarah tidak takut sama Nenek,” ujarku terbata-taba, sambil mencoba untuk menenangkan diriku sendiri.Nenek Uban mengangkat wajah dan menoleh padaku sambil tersenyum, memperlihatkan sebagian giginya yang sudah ompong dan sebagian lagi terlihat ada yang menghitam, sepertinya Nenek Uban tidak pernah gosok gigi pikirku, tapi saat itu senyum nya begitu ceria dan tulus.“Beneran tidak takut sama Nenek? Jangan takut Nenek gak akan mencelakai kamu, malah Nenek akan menjaga Sarah dari orang-orang atau makhluk halus lainnya yang ingin mencelakai Sarah. Asal kamu mau berteman sama Nenek, kamu mau nerima Nenek menemani kamu,” terang Nenek Uban dengan bersungguh-sungguh. Akupun menganggukan kepalaku dan tersenyum.“Boleh Nenek m
Read more

Bab 15 Kepergian Kakek

“Bukan kah Nenek Uban juga makhluk ciptaan Tuhan Kek? Seperti yang Kakek bilang makhluk seperti Jin itu sama halnya dengan manusia ada yang jahat ada juga yang baik dan Sarah yakin Nenek Uban Jin baik Kek.”Aku masih mencoba untuk meyakinkan Kakek agar mengizinkan Nenek Uban menemui, menemani dan menjadi temanku. Tak ada jawaban dari Kakek dia meneruskan menikmati sarapannya lalu beranjak berdiri dengan membawa piring kosong di tangannya, sambil berkata, “Cepat habiskan sarapanmu, kamu harus pergi sekolah jangan sampai kesiangan, kalau sudah habis nasi gorengnya bawa piring kosong itu ke tempat cucian piring, sekalian cuci sambil kamu cuci tangan,” ujar Kakek, sambil beranjak pergi melangkahkan kakinya menuju dapur.“Tapi Kek, Kakek ijinin Nenek Uban jadi teman Sarah kan?” tanyaku dengan merengek, Kakek menoleh pada ku lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.“Kamu ini Sarah ada-ada saja, masa minta ijin untuk berteman dengan makhluk halus,” jawab Kakek, aku menundukan kepala dengan waj
Read more

Bab 16 Sendiri

“Kakek kamu jatuh di kamar mandi Sarah, entah bagaimana tapi kami menemukannya sudah tidak bernafas terbaring di lantai kamar mandi, sepertinya Kakek kamu selesai mengambil air wudhu,” terang Bu Mila.Sakit sekali hati ini seperti ada sebuah pisau yang menusuknya sangat dalam, aku yang sedang menoleh pada Bu Mila mendengar keterangan yang Bu Mila katakan, sambil tanpa sadar memegangi dadaku karena terasa sakit sekali, serta air mata yang mulai mengalir dengan deras.“Kakek…” rintihku, lalu menutup wajahku ini dengan kedua telapak tangan. Bu wida guru wali kelas yang duduk di sebelahku langsung memelukku dengan erat sambil berkata, “Yang sabar Sarah, kamu harus kuat, ini sudah takdir yang Maha kuasa kita harus menerimanya sudah waktunya Kakek mu kembali kepada Sang pencipta, kita semua pasti akan menyusul kelak pada waktunya semua makhluk hidup ciptaanNya pasti akan kembali padaNya.”Kubuka kedua telapak tangan yang menutupi wajah, Bu Wida guru wali kelasku itu melonggarkan pelukann
Read more

Bab 17 Mencoba Terlihat Kuat

“Kamu harus bisa mengikhlaskan Kakekmu Sarah, yang sabar yah,” ucap seorang pria dengan suara berat sambil menyentuh pundakku lalu duduk di sebelahku.Aku yang sedang duduk sambil tertunduk di hadapan jasad Kakek yang terbujur kaku ditutupi kain itu, hanya bisa menghela napas berat lalu sekilas aku menoleh pada pria yang baru saja duduk di sebelahku yang tak lain adalah Pak Rt.Aku pun mengangguk perlahan membalas ucapan Pak Rt lalu mendongakan tubuhku sambil tanganku membuka kain yang menutupi wajah Kakek. Dengan lembut kukecup kening Kakek untuk yang terakhir kalinya, walaupun dengan berat hati aku harus mengikhlaskan kepergian KakekTeringat pesan Kakek yang mengatakan bila nanti Kakek pergi untuk selamanya aku harus ikhlas dan Kakek tak ingin melihatku bersedih karena kepergiannya, lalu aku pun berbisik di telinganya, “Sarah Ikhlas Kek, pergilah dengan tenang semoga Kakek di tempatkan di tempat yang layak disisi-Nya. Sarah akan selalu berdoa untuk Kakek.”“Sarah, Bapak sudah menel
Read more

Bab 18 Kakek Berjenggot Putih

Setelah menutup pintu kamar, dari balik pintu terdengar suara langkah kaki Mas Arya berjalan menjauh dari pintu kamarku. Mas Arya pasti masih penasaran dengan tingkahku barusan, tapi aku tidak dapat mengatakan padanya apa yang kulihat tadi.Selain Kakek tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa aku bisa melihat makhluk astral, bahkan Mamah sekalipun tidak mengetahui hal itu. Aku menyadari bahwa tidak semua orang bisa menerima kelebihanku yang bisa merasakan dan melihat makhluk gaib, bahkan sebagian dari mereka mungkin malah akan menganggap aku terkena gangguan jiwa.Seperti yang Kakek bilang setiap orang berbeda pemikiran, yang mempercayai dan menerima kelebihanku mungkin malah dia akan memanfaatkan keadaan untuk keuntungannya sendiri, sedangkan yang tidak mempercayai hanya akan beranggapan bahwa aku gila, jadi lebih baik tidak ada seorangpun yang tahu dan aku harus bisa menutupinya agar orang lain tidak merasakan ada sesuatu yang berbeda pada diriku.Aku harus bisa bersikap sewajarny
Read more

Bab 19 Tangisan Seorang Wanita Di Kamarku

Hampa terasa hati ini setelah kepergian Kakek orang yang selalu ada disampingku, dan sekarang Nenek Uban pun pergi entah kemana. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tentu saja aku harus melanjutkan hidupku. Sepertinya aku terpaksa harus menerima keputusan Mamah untuk tinggal di Jakarta bersamanya.Selama ini aku dan Mamah tidak terlalu dekat, mungkin karena selama ini kami hidup terpisah bertahun-tahun lamanya. Mamah yang harus tinggal di Jakarta bersama keluarga barunya dan aku yang memutuskan untuk tinggal bersama Kakek karena belum bisa menerima perceraian orang tua kandungku dan kehadiran keluarga baru, Papah Hadi dan kedua anaknya.Jujur saja kenapa aku tidak bisa dekat dengan mereka selama ini, bahkan Mamah sudah menikah dengan Papah Hadi selama delapan tahun, tapi aku belum bisa menerima kehadiran keluarga baruku itu karena aku merasa Papah Hadi dan kedua anaknya itu telah merebut Mamah dariku dan Papah, secara tidak langsung aku menyalahkan Papah Hadi atas penye
Read more

Bab 20 Nenek Uban kembali

Apakah tidak ada seorangpun yang mendengar isak tangis seorang wanita itu? Kamarku dan kamar Kakek yang sekarang diisi oleh Mamah dan Papah Hadi hanya terhalang dinding pemisah ruangan. Mungkinkah Mamah dan Papah Hadi tidak mendengar tangisan wanita di kamarku ini?. Padahal Kakek biasanya bisa mendengar suara yang berasal dari kamarku ketika Kakek ada di kamarnya, begitupun juga dengan aku bisa mendengar suara yang berasal dari kamar Kakek ketika aku berada di kamarku ini.Aku masih memejamkan mata walaupun sebenarnya sudah terbangun, di balik selimut keringat dingin mulai kurasakan bergelut dengan pertanyaan siapa wanita yang menangis tengah malam di kamarku ini, kenapa Mamah dan Papah Hadi tak mendengar suara tangisan wanita ini.Bila hanya aku yang bisa mendengarnya, sudah dapat dipastikan wanita yang menangis di kamarku ini bukan manusia dan perasaanku pun yakin ada makhluk halus di kamarku ini.Apa yang harus aku lakukan? Membuka selimut ini dan diam saja di tempat tidur berpura-
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status