Setelah menutup pintu kamar, dari balik pintu terdengar suara langkah kaki Mas Arya berjalan menjauh dari pintu kamarku. Mas Arya pasti masih penasaran dengan tingkahku barusan, tapi aku tidak dapat mengatakan padanya apa yang kulihat tadi.Selain Kakek tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa aku bisa melihat makhluk astral, bahkan Mamah sekalipun tidak mengetahui hal itu. Aku menyadari bahwa tidak semua orang bisa menerima kelebihanku yang bisa merasakan dan melihat makhluk gaib, bahkan sebagian dari mereka mungkin malah akan menganggap aku terkena gangguan jiwa.Seperti yang Kakek bilang setiap orang berbeda pemikiran, yang mempercayai dan menerima kelebihanku mungkin malah dia akan memanfaatkan keadaan untuk keuntungannya sendiri, sedangkan yang tidak mempercayai hanya akan beranggapan bahwa aku gila, jadi lebih baik tidak ada seorangpun yang tahu dan aku harus bisa menutupinya agar orang lain tidak merasakan ada sesuatu yang berbeda pada diriku.Aku harus bisa bersikap sewajarny
Hampa terasa hati ini setelah kepergian Kakek orang yang selalu ada disampingku, dan sekarang Nenek Uban pun pergi entah kemana. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tentu saja aku harus melanjutkan hidupku. Sepertinya aku terpaksa harus menerima keputusan Mamah untuk tinggal di Jakarta bersamanya.Selama ini aku dan Mamah tidak terlalu dekat, mungkin karena selama ini kami hidup terpisah bertahun-tahun lamanya. Mamah yang harus tinggal di Jakarta bersama keluarga barunya dan aku yang memutuskan untuk tinggal bersama Kakek karena belum bisa menerima perceraian orang tua kandungku dan kehadiran keluarga baru, Papah Hadi dan kedua anaknya.Jujur saja kenapa aku tidak bisa dekat dengan mereka selama ini, bahkan Mamah sudah menikah dengan Papah Hadi selama delapan tahun, tapi aku belum bisa menerima kehadiran keluarga baruku itu karena aku merasa Papah Hadi dan kedua anaknya itu telah merebut Mamah dariku dan Papah, secara tidak langsung aku menyalahkan Papah Hadi atas penye
Apakah tidak ada seorangpun yang mendengar isak tangis seorang wanita itu? Kamarku dan kamar Kakek yang sekarang diisi oleh Mamah dan Papah Hadi hanya terhalang dinding pemisah ruangan. Mungkinkah Mamah dan Papah Hadi tidak mendengar tangisan wanita di kamarku ini?. Padahal Kakek biasanya bisa mendengar suara yang berasal dari kamarku ketika Kakek ada di kamarnya, begitupun juga dengan aku bisa mendengar suara yang berasal dari kamar Kakek ketika aku berada di kamarku ini.Aku masih memejamkan mata walaupun sebenarnya sudah terbangun, di balik selimut keringat dingin mulai kurasakan bergelut dengan pertanyaan siapa wanita yang menangis tengah malam di kamarku ini, kenapa Mamah dan Papah Hadi tak mendengar suara tangisan wanita ini.Bila hanya aku yang bisa mendengarnya, sudah dapat dipastikan wanita yang menangis di kamarku ini bukan manusia dan perasaanku pun yakin ada makhluk halus di kamarku ini.Apa yang harus aku lakukan? Membuka selimut ini dan diam saja di tempat tidur berpura-
“Memangnya kamu tidak akan mengajak Nenek pindah ke Jakarta bersama kamu?” tanya Nenek Uban sambil menautkan kedua alis matanya.“Nenek mau ikut denganku ke Jakarta?” jawabku dengan balik bertanya.Aku yang berpikir Nenek Uban tidak akan mau pergi dari rumah Kakek dan ikut pindah bersamaku ke Jakarta, karena itu berarti dia akan jauh dari batu besar di tengah sungai itu yang selama ini Nenek Uban lah penunggunya. Selama ini dia memang tinggal bersamaku di rumah Kakek, tapi ketika tengah malam tiba dia akan kembali ke batu besar di tengah sungai.Nenek Uban pernah mengatakan kalau dia tidak kembali ke batu besar di tengah sungai itu akan ada makhluk lain yang menggantikannya menunggui batu besar itu, jadi kupikir Nenek Uban tidak akan pernah mau meninggalkan desa ini menjauh dari batu besar di tengah sungai yang sudah dia tunggui puluhan atau mungkin ratusan tahun, entahlah berapa usia Nenek Uban sekarang ini aku belum pernah menanyakannya.“Tentu saja Nenek mau, kalau kamu mengajak da
“Nenek tidak khawatir membiarkan aku pergi sendiri ke Jakarta?” tanyaku masih mencoba membujuknya agar Nenek Uban berubah pikiran dan tidak jadi pergi untuk mencari tahu siapa Kakek-kakek itu. Sebenarnya aku yang mengkhawatirkannya, aku takut terjadi sesuatu pada Nenek Uban dan aku tidak akan pernah bisa melihatnya lagi.“Apa yang harus aku khawatirkan Sarah? Kamu pergi bersama Mamahmu dan keluarganya, Nenek yakin mereka akan menjagamu,” jawab Nenek Uban sambil menatapku yang kini sedang tertunduk seperti anak kecil yang sedang merajuk tidak ingin ditinggalkan Ibunya.“Sudahlah Sarah Nenek tahu apa yang kamu khawatirkan, bila kita memang berjodoh dan aku ditakdirkan Tuhan untuk terus mendampingimu aku pasti akan kembali. Tuhan tidak mungkin mempertemukan kita yang berbeda alam ini delapan tahun lalu dan bisa membuat kamu melihat Nenek bahkan membuat Kakekmu mengizinkan cucu kesayangannya ini berteman dengan makhluk halus seperti Nenek tanpa sebuah maksud,” sambung Nenek Uban.Aku men
Aku menoleh pada Nenek Uban dengan menautkan kedua alis mataku dan tatapan menuntut penjelasan. Semua yang dikatakan Nenek Uban membuatku kebingungan, aku belum pernah melakukan perjanjian dengan siapapun apalagi sebelum aku lahir mana mungkin bisa hal itu terjadi.“Bukan kamu yang melakukan perjanjian Sarah, tapi dia yang sudah berjanji seperti aku ini yang sudah berjanji pada Kakek mu sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya di depan mataku, saat aku tak bisa menolongnya melewati maut. Aku berjanji pada Kakek mu untuk selalu mendampingimu menjagamu, begitupun dia,” ujar Nenek Uban sambil menoleh pada Kakek berjenggot putih itu.Dengan menganggukan kepala membenarkan perkataan Nenek Uban, Kakek berjenggot putih itu menoleh padaku, namun aku masih tidak mengerti kenapa dia harus berjanji untuk mendampingiku pada siapa dia berjanji.“Dia sudah berjanji kepada leluhur mu yang telah menolongnya Sarah, dia berjanji akan datang pada keturunan leluhur mu yang ke tujuh dan keturunan ke t
Dari gerak-gerik mereka sudah dapat dipastikan mereka seperti hewan buas yang mendapatkan mangsa, salah satu diantara ke empat pemuda itu berkata, "Cantik tuh, body nya juga ckckck...," ucap salah satu pemuda itu dengan menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Spontan aku menghentikan langkahku, lalu menoleh kekiri dan kekanan lalu ke belakang, tak ada siapapun di sekitarku hanya ada aku dan ke empat pemuda itu. "Kamu cari siapa cantik? Kenapa juga berhenti jalannya ayo sini, kita gak jahat kok cuman mau nganterin kamu pulang, iya gak?" ujar salah satu pemuda itu, sambil menoleh kekiri dan kekanan, meminta dukungan pada teman-temannya. "Tapi pulangnya ketempat kami yaaa... hahahaha...," timpal salah salah satu temannya sambil tertawa diikuti oleh yang lainnya, sudah dapat dipastikan mereka berniat jahat padaku. Bulu kudukku meremang menyadari aku sedang berhadapan dengan setan berwujud manusia, jantungku pun berdegup dengan cepat yang ada
“Sarah kamu sudah yakin menerima Bayu untuk menjadi suami kamu?” tanya Papah Hadi - Papah tiriku.Dia manautkan kedua alis matanya ketika mendengar aku menerima lamaran Mas Bayu, di hari pertama aku mengenal Mas Bayu. Terlihat keraguan di wajah Papah tiri ku itu, wajar saja bila keraguan itu muncul di benaknya siapa yang akan menerima lamaran di hari pertama kali berkenalan tanpa berpikir panjang.Papa Hadi menikahi Mamah saat aku berusia delapan tahun, namun sampai kini mereka tidak memberikan adik perempuan yang aku inginkan. Hanya saja ketika Papah Hadi menikahi Mamah, dia pun sudah memiliki dua orang anak laki-laki, usia mereka lebih tua dari ku dan kini mereka sudah menikah. Iya Pah, Sarah yakin,” jawab ku dengan tegas.Papah Hadi tertegun lalu menoleh pada Mamaku yang sedang duduk di sampingnya lalu kembali berkata, “Tapi kamu belum mengenalnya dengan baik Sarah, kalian baru berkenalan hari ini dan memutuskan untuk menikah, apa tidak sebaiknya kalian saling mengenal lebih dulu?
Masih dengan menggunakan handuk karena baru saja selesai mandi, aku menghampiri pintu kamar untuk memastikan apa benar ada orang yang mengetuk pintu kamar? Tapi aku tidak mungkin salah dengar, bahkan aku mendengar sampai tiga kali ketukan di pintu itu, tapi kenapa sekarang hening seperti tidak ada siapapun di balik pintu itu.“Siapa?!” tanyaku lagi untuk yang kedua kalinya.“Tok…, tok…, tok….” Bunyi ketukan di pintu membalas pertanyaanku, kenapa orang di balik pintu itu tidak membalas dengan menyebutkan nama jadi aku tidak ragu untuk membuka pintu kamar.Aku menarik nafas dan menghempaskannya kasar, sambil menggelengkan kepala.“Sialan nih orang, apa susahnya sih ngomong bukannya cuman ketuk pintu,” gerutuku.“Atau mungkin yang mengetuk pintu bukan manusia?” tanyaku dalam hati membatin.Setelah apa yang ku alami di rumah ini, wajar saja pikiranku memikirkan kemungkinan yang mengetuk pintu kamarku itu bukan manusia tapi makhluk gaib di rumah ini.Entah itu makhluk gaib yang menempati ka
Mbok Dasmi menepis tanganku yang hendak menarik tangannya untuk membawa Mbok Dsmi ke kamar tamu di lantai dua yang bersebelahan dengan kamarku itu.“Lepaskan Sarah!” serunya sambil menepis tanganku dengan wajah kesal.“Kenapa? Ayo kita buktikan apa dikamar tamu itu ada seseorang atau tidak, aku hanya ingin memastikan kalau aku ini gak salah lihat Mbok,” balasku dengan menghentikan langkah dan membalikan badan melihat wajah kesal Mbok Dasmi.“Kita tidak bisa masuk ke dalam kamar itu, aku tidak punya kunci kamar tamu itu. Tuan Bayu yang memegang semua kunci kamar di rumah ini,” jelas Mbok Dasmi sambil merapikan kebaya brokat berwarna biru yang dipakainya.Mungkin karena aku tadi menarik lengan bajunya hingga dia berpikir kebaya brokat berwarna biru yang dipakainya tidak rapi lagi sekarang. Aku menautkan kedua alis mataku ketika mendengar Mbok Dasmi tidak punya kunci kamar tamu itu. Tidak mungkin, walaupun Mas Bayu yang memegang semua kunci di kamar ini, Mbok Dasmi pasti punya kunci cada
Aku tertegun dengan menautkan kedua alis mata mencoba mengenali siapa pria yang berada di dalam kolam air panas milik pribadi itu, karena kolam renang air panas itu berada tepat di dalam halaman rumah Mas Bayu. Tidak mungkin bisa sembarang orang atau orang yang tidak keluarga ini kenal berani berenang di dalam kolam renang air panas itu, tapi siapa dia aku belum pernah sekalipun melihatnya. Dari semalam aku datang ke rumah ini, hanya ada Pak Halim dan Mbok Dasmi di rumah ini.Perlahan pria bertelanjang dada yang berada di dalam kolam air panas itu beranjak dengan pandangan tajam ke arahku, lalu sambil berjalan perlahan keluar dari dalam kolam air panas kulihat senyuman tersungging di wajahnya. Senyuman yang…, entahlah aku tidak bisa mengartikannya tapi kenapa aku merasa terancam.Pria itu kini berdiri di tepian kolam renang, masih menatap dan tersenyum dengan menengadahkan wajahnya melihat kearah ku yang berada di lantai dua rumah ini. Tubuhnya tinggi tegap memakai celana panjang ber
Dengan perasaan kesal karena merasa tidak dihargai oleh asisten rumah tangga di rumah suamiku ini, aku beranjak pergi berusaha untuk tidak memperdulikan perkataan Mbok Dasmi yang berkata aku harus menjaga sikapku bila tidak ingin dengan cepat mengganti posisiku, mungkin maksudnya mengganti posisiku sebagai istri Mas Bayu dengan kata lain bercerai?.Dia memperingatkan atau mengancamku? Sikap mana maksudnya yang harus aku jaga? Baru juga satu malam aku tinggal di rumah ini dan aku…, apa yang sudah aku lakukan sehingga Mbok Dasmi berkata aku harus menjaga sikapku?.Aku tidak bisa menerima ucapan Mbok Dasmi, dia pikir siapa dirinya berani berkata seperti itu padaku. Aku ini dari keluarga terhormat, berpendidikan, aku tau bagaimana caranya bersikap dengan baik dimanapun aku berada.Mbok Dasmi tersenyum tipis dengan tatapan sinis membalas tatapan tajam yang ku arahkan pada Mbok Dasmi sebelum pergi dari hadapannya, dengan berlari kecil menaiki tangga ke lantai dua menuju ke kamar untuk menyus
“Mas, Mas Bayu!”Mas Bayu yang sedang memeluk sambil mencium pundakku menghentikan aktivitasnya ketika aku memanggil, dengan kedua alis yang ditautkan Mas Bayu bertanya, “Ada apa sayang?”“Kenapa Mas Bayu tidak bilang kita kedatangan tamu?” jawabku balik bertanya.“Maksud kamu?” tanya Mas Bayu terlihat jelas kebingungan di wajahnya.Kenapa wajah Mas Bayu terlihat kebingungan seperti itu? Apa dia tidak tahu ada tamu yang menginap dirumahnya?.“Itu Mas, siapa dia lelaki yang berdiri di balik jendela kamar tamu? Bukannya di rumah ini hanya ada kita, Mbok Dasmi dan Pak Halim?”.Kuangkat jari telunjuk untuk menunjuk ke arah pria yang sedang berdiri tepat di balik jendela kamar tamu yang berada di lantai dua dari tempatku dan Mas Bayu yang sedang berada di kolam renang. Bukannya menjawab pertanyaanku, Mas Bayu malah menggelengkan kepalanya sambil beranjak pergi keluar dari dalam kolam renang, meninggalkan aku yang sedang berdiri tertegun di dalam kolam renang memperhatikannya yang berlalu be
“Sarah!” panggil Mas Bayu dengan suara yang bernada tinggi, ketika melihatku masih berdiri tertegun belum juga beranjak ke kamar mandi untuk mandi sesuai permintaan Mas Bayu tadi.“Iiiya, Mas,” jawabku gelagapan karena terkejut saat Mas Bayu memanggil namaku dengan nada membentak. Aku yang sedang merenungkan nama gadis yang disebut oleh perempuan di dalam mimpiku itu dan suara perempuan itu terngiang-ngiang di telingaku, membuatku yang tadinya akan pergi ke kamar mandi malah berdiri mematung dan tertegun.Pasti Mas Bayu semakin kesal melihat tingkahku, padahal baru saja dia berkata jangan bertingkah aneh lagi tapi semua yang ada di kepalaku ini membuat tingkahku seperti orang linglung karena aku tidak punya seseorang untuk berbagi. Aku pendam dan mencoba menguak semua misteri ini seorang diri.Tidak ada Nina sahabatku yang selalu mendengarkan dan mengerti apa yang kualami ataupun Nenek Uban dan Kakek jenggot kedua makhluk tak kasat, yang selalu mendampingi dan menyelesaikan masalah di
“Sarah…! cepat masuk atau aku kunci pintunya dari dalam!” seru Mas Bayu berteriak dari dalam kamar membuat aku terkejut, saat itu aku sedang tertegun melihat kebelakang memandangi pintu kamar tamu yang terbuka.“Iya, iya Mas….” balasku sambil membalikan badan dan bergegas menghampiri pintu kamar kami.Mas Bayu yang sedang berdiri di dalam kamar menungguku, menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihatku yang baru saja masuk kamar.“Aku pikir kamu tadi mengikuti aku masuk ke kamar tapi ternyata masih saja berada di luar sana, ngapain kamu masih berdiri di luar sana Sarah?” tanya Mas Bayu terlihat sangat kesal dengan kelakuanku, dan aku hanya bisa tertunduk karena tak bisa menjelaskan apa yang sudah terjadi sambil berucap, “Maaf Mas….”“Tutup pintunya,” pinta Mas Bayu sambil beranjak pergi menghampiri tempat tidur kami. Aku menganggukan kepala lalu membalikan badan untuk menutup pintu kamar kami dan kulihat kamar tamu yang berada tepat di depan kamar kami, pintu kamar tamu itu perlahan
Ketika pintu sudah terbuka pandanganku langsung tertuju pada pintu kamar yang ada di depan kamarku ini, kamar itu sama persis seperti yang ada di dalam mimpiku. Aku hanya tinggal membuktikan satu hal lagi untuk meyakinkan diri ini dengan membuka pintu kamar itu dan aku harus bisa mmebuktikan apakah kamar itu sama seperti yang ada di dalam mimpiku.Penghuni kamar itu adalah sosok makhluk yang sangat mengerikan dengan seluruh tubuhnya yang berbulu, dua taring tajam di ujung bibirnya yang penuh darah dan kedua tanduk tajam di kepalanya, satu hal lagi yang tidak bisa aku lupakan, tatapan matanya yang merah menyala.Aku mulai melangkahkan kaki perlahan selangkah demi selangkah menuju kamar yang ada di hadapanku ini, hingga akhirnya aku tiba di depan pintu kamar. Dengan rasa penasaran yang sudah tidak bisa kutahan lagi ingin memastikan apakah benar di dalam kamar ini ada sosok penghuni kamar yang menyeramkan seperti di dalam mimpiku, tangan ini pun meraih gagang pintu untuk membuka pintu k
Dan disinilah aku sekarang berada, di sebuah kamar dengan dekorasi dan furniture antik menghiasi seluruh isi ruangan kamar ini. Aku merasa seperti sedang berada di sebuah kamar kerajaan tempo dulu yang sering aku lihat di film-film kolosal.Bagaimana mungkin aku bisa memberitahu Nina sahabatku alamat Desa tempat rumah Mas Bayu berada, walaupun Mas Bayu memberitahu alamat rumah ini, aku tidak akan bisa memberitahu Nina ataupun keluargaku. Bagaimana bisa memberitahu Nina dan keluargaku alamat rumah dimana aku berada sekarang, dengan cara apa? Sedangkan tidak ada sinyal handphone yang bisa digunakan untuk menghubungi mereka.Aku sungguh membutuhkan Nina saat ini untuk berbagi masalahku, hanya pada Nina aku bisa berbagi dan meminta pendapat serta solusi tentang masalahku sekarang, karena kedua makhluk tak kasat mata yang selalu mendampingiku sudah tak bersamaku lagi, biasanya merekalah yang akan menangani bila ada makhluk halus mengganggu.Walaupun Nina tidak bisa membantuku untuk mengus