Share

Bab 11 Demam

Author: Liya liyana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Tunggu di sana jangan turun dari batu itu, Kakek akan menghampiri dan membawamu dari sana, tetap di sana Sarah jangan bergerak sedikitpun!”

Perintah Kakek dengan berteriak dan nada suara yang sangat khawatir, dapat dipastikan Kakek khawatir kalau aku bergerak dan terpeleset lalu jatuh dari batu besar ini, tentu akan hanyut terbawa derasnya air sungai.

Sedangkan saat itu aku masih berusia delapan tahun, dengan badan yang juga kurus ini pasti akan sangat cepat hanyut terbawa derasnya arus air sungai.

Itulah tentunya yang Kakek khawatirkan, sedangkan dia berada cukup jauh mungkin tidak akan sempat untuk menyelamatkan aku.

Aku yang sedang berdiri di atas batu besar dan berada di tengah-tengah sungai, kebingungan apa yang harus dilakukan. Lalu aku pun menoleh dengan menundukan kepala pada Nenek Uban yang sedang duduk di batu besar itu.

Nenek Uban tersenyum menyeringai memperlihatkan giginya yang tinggal tidak seberapa lagi dan berwarna hitam. Tetapi kenapa bulu kuduk ini merinding ketika
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Liya liyana
anak baru kelas dua sd
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
Sarah terlalu polos
goodnovel comment avatar
MAF_0808
ngapain nenek uban datang ke rumah sarah ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 12 Nenek Uban bukan Manusia

    Nenek Uban masih tetap menundukan kepalanya di depan pintu rumah yang sudah kubuka, dengan kedua tangan memegangi tongkat yang dipakai untuk menopang tubuhnya yang sudah bungkuk. Aku menautkan kedua alis mata melihat Nenek uban yang tidak bergeming di tempatnya, apakah dia tidak mendengar perkataanku?.“Ayo Nek, kenapa diam saja, ayo masuk ke dalam, aku akan memperkenalkan Nenek pada Kakek,” pintaku.Namun tetap saja Nenek Uban tak bergeming seolah tak mendengar perkataanku, dia hanya terpaku berdiri di depan pintu rumah dan masih saja menundukan kepalanya. Tiba-tiba aku mendengar suara Kakek dari belakang, “Kamu bicara dengan siapa Sarah? Siapa yang datang?” tanya Kakek.Aku langsung membalikan badan menoleh pada Kakek, yang sudah berada di belakang sekitar tiga langkah dariku. Kakek sedang berdiri di belakang menatapku sambil mengerutkan keningnya sepertinya Kakek sedang kebingungan.“Ini Kek, Nenek Uban yang aku ceritakan tadi pada Kakek, dia yang datang mengetuk pintu rumah. Sekar

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 13 PENASARAN

    Kakek menganggukan kepalanya menjawab pertanyaanku dengan tersenyum tipis, meyakinkan bahwa dia percaya bahwa aku memang melihat Nenek Uban yang bukan manusia itu, tapi makhluk halus tak kasat mata yang tidak bisa dilihat oleh Kakek ataupun manusia lainnya, dan hanya akulah yang bisa melihatnya.“Kakek percaya kamu bisa melihatnya Sarah, tapi Kakek dan orang lain tidak bisa melihatnya. Karena yang kamu lihat sebagai Nenek-nenek itu adalah makhluk halus tak kasat mata, yang tidak bisa dilihat oleh manusia. Hanya kamu yang bisa melihatnya atas seijin Tuhan dan mungkin, karena kamu anak kecil yang masih polos dan tidak berdosa, atau entahlah Sarah mungkin Tuhan punya rencana lain untuk mu, hingga kamu bisa melihat makhluk halus yang tidak bisa dilihat oleh manusia,” jawab Kakek lalu tertegun, seperti sedang memikirkan sesuatu.“Entahlah hanya Tuhan yang tahu kenapa kamu bisa melihatnya, tapi untuk saat ini Kakek sebagai Kakekmu yang sangat menyayangimu. Kakek hanya ingin melindungi Sarah

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 14 Pesan Untuk Kakek

    Melihat Nenek Uban yang menundukan kepala dan terlihat sedih, karena mengetahui aku kini takut padanya. Aku pun yang saat itu masih lugu merasa kasihan, lalu perlahan mencoba memberanikan diri untuk mendekati Nenek Uban dan berbicara padanya.“Eng…, enggak kok Nek…, Sarah…, Sarah tidak takut sama Nenek,” ujarku terbata-taba, sambil mencoba untuk menenangkan diriku sendiri.Nenek Uban mengangkat wajah dan menoleh padaku sambil tersenyum, memperlihatkan sebagian giginya yang sudah ompong dan sebagian lagi terlihat ada yang menghitam, sepertinya Nenek Uban tidak pernah gosok gigi pikirku, tapi saat itu senyum nya begitu ceria dan tulus.“Beneran tidak takut sama Nenek? Jangan takut Nenek gak akan mencelakai kamu, malah Nenek akan menjaga Sarah dari orang-orang atau makhluk halus lainnya yang ingin mencelakai Sarah. Asal kamu mau berteman sama Nenek, kamu mau nerima Nenek menemani kamu,” terang Nenek Uban dengan bersungguh-sungguh. Akupun menganggukan kepalaku dan tersenyum.“Boleh Nenek m

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 15 Kepergian Kakek

    “Bukan kah Nenek Uban juga makhluk ciptaan Tuhan Kek? Seperti yang Kakek bilang makhluk seperti Jin itu sama halnya dengan manusia ada yang jahat ada juga yang baik dan Sarah yakin Nenek Uban Jin baik Kek.”Aku masih mencoba untuk meyakinkan Kakek agar mengizinkan Nenek Uban menemui, menemani dan menjadi temanku. Tak ada jawaban dari Kakek dia meneruskan menikmati sarapannya lalu beranjak berdiri dengan membawa piring kosong di tangannya, sambil berkata, “Cepat habiskan sarapanmu, kamu harus pergi sekolah jangan sampai kesiangan, kalau sudah habis nasi gorengnya bawa piring kosong itu ke tempat cucian piring, sekalian cuci sambil kamu cuci tangan,” ujar Kakek, sambil beranjak pergi melangkahkan kakinya menuju dapur.“Tapi Kek, Kakek ijinin Nenek Uban jadi teman Sarah kan?” tanyaku dengan merengek, Kakek menoleh pada ku lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.“Kamu ini Sarah ada-ada saja, masa minta ijin untuk berteman dengan makhluk halus,” jawab Kakek, aku menundukan kepala dengan waj

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 16 Sendiri

    “Kakek kamu jatuh di kamar mandi Sarah, entah bagaimana tapi kami menemukannya sudah tidak bernafas terbaring di lantai kamar mandi, sepertinya Kakek kamu selesai mengambil air wudhu,” terang Bu Mila.Sakit sekali hati ini seperti ada sebuah pisau yang menusuknya sangat dalam, aku yang sedang menoleh pada Bu Mila mendengar keterangan yang Bu Mila katakan, sambil tanpa sadar memegangi dadaku karena terasa sakit sekali, serta air mata yang mulai mengalir dengan deras.“Kakek…” rintihku, lalu menutup wajahku ini dengan kedua telapak tangan. Bu wida guru wali kelas yang duduk di sebelahku langsung memelukku dengan erat sambil berkata, “Yang sabar Sarah, kamu harus kuat, ini sudah takdir yang Maha kuasa kita harus menerimanya sudah waktunya Kakek mu kembali kepada Sang pencipta, kita semua pasti akan menyusul kelak pada waktunya semua makhluk hidup ciptaanNya pasti akan kembali padaNya.”Kubuka kedua telapak tangan yang menutupi wajah, Bu Wida guru wali kelasku itu melonggarkan pelukann

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 17 Mencoba Terlihat Kuat

    “Kamu harus bisa mengikhlaskan Kakekmu Sarah, yang sabar yah,” ucap seorang pria dengan suara berat sambil menyentuh pundakku lalu duduk di sebelahku.Aku yang sedang duduk sambil tertunduk di hadapan jasad Kakek yang terbujur kaku ditutupi kain itu, hanya bisa menghela napas berat lalu sekilas aku menoleh pada pria yang baru saja duduk di sebelahku yang tak lain adalah Pak Rt.Aku pun mengangguk perlahan membalas ucapan Pak Rt lalu mendongakan tubuhku sambil tanganku membuka kain yang menutupi wajah Kakek. Dengan lembut kukecup kening Kakek untuk yang terakhir kalinya, walaupun dengan berat hati aku harus mengikhlaskan kepergian KakekTeringat pesan Kakek yang mengatakan bila nanti Kakek pergi untuk selamanya aku harus ikhlas dan Kakek tak ingin melihatku bersedih karena kepergiannya, lalu aku pun berbisik di telinganya, “Sarah Ikhlas Kek, pergilah dengan tenang semoga Kakek di tempatkan di tempat yang layak disisi-Nya. Sarah akan selalu berdoa untuk Kakek.”“Sarah, Bapak sudah menel

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 18 Kakek Berjenggot Putih

    Setelah menutup pintu kamar, dari balik pintu terdengar suara langkah kaki Mas Arya berjalan menjauh dari pintu kamarku. Mas Arya pasti masih penasaran dengan tingkahku barusan, tapi aku tidak dapat mengatakan padanya apa yang kulihat tadi.Selain Kakek tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa aku bisa melihat makhluk astral, bahkan Mamah sekalipun tidak mengetahui hal itu. Aku menyadari bahwa tidak semua orang bisa menerima kelebihanku yang bisa merasakan dan melihat makhluk gaib, bahkan sebagian dari mereka mungkin malah akan menganggap aku terkena gangguan jiwa.Seperti yang Kakek bilang setiap orang berbeda pemikiran, yang mempercayai dan menerima kelebihanku mungkin malah dia akan memanfaatkan keadaan untuk keuntungannya sendiri, sedangkan yang tidak mempercayai hanya akan beranggapan bahwa aku gila, jadi lebih baik tidak ada seorangpun yang tahu dan aku harus bisa menutupinya agar orang lain tidak merasakan ada sesuatu yang berbeda pada diriku.Aku harus bisa bersikap sewajarny

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 19 Tangisan Seorang Wanita Di Kamarku

    Hampa terasa hati ini setelah kepergian Kakek orang yang selalu ada disampingku, dan sekarang Nenek Uban pun pergi entah kemana. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tentu saja aku harus melanjutkan hidupku. Sepertinya aku terpaksa harus menerima keputusan Mamah untuk tinggal di Jakarta bersamanya.Selama ini aku dan Mamah tidak terlalu dekat, mungkin karena selama ini kami hidup terpisah bertahun-tahun lamanya. Mamah yang harus tinggal di Jakarta bersama keluarga barunya dan aku yang memutuskan untuk tinggal bersama Kakek karena belum bisa menerima perceraian orang tua kandungku dan kehadiran keluarga baru, Papah Hadi dan kedua anaknya.Jujur saja kenapa aku tidak bisa dekat dengan mereka selama ini, bahkan Mamah sudah menikah dengan Papah Hadi selama delapan tahun, tapi aku belum bisa menerima kehadiran keluarga baruku itu karena aku merasa Papah Hadi dan kedua anaknya itu telah merebut Mamah dariku dan Papah, secara tidak langsung aku menyalahkan Papah Hadi atas penye

Latest chapter

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 44 Ketukan pintu

    Masih dengan menggunakan handuk karena baru saja selesai mandi, aku menghampiri pintu kamar untuk memastikan apa benar ada orang yang mengetuk pintu kamar? Tapi aku tidak mungkin salah dengar, bahkan aku mendengar sampai tiga kali ketukan di pintu itu, tapi kenapa sekarang hening seperti tidak ada siapapun di balik pintu itu.“Siapa?!” tanyaku lagi untuk yang kedua kalinya.“Tok…, tok…, tok….” Bunyi ketukan di pintu membalas pertanyaanku, kenapa orang di balik pintu itu tidak membalas dengan menyebutkan nama jadi aku tidak ragu untuk membuka pintu kamar.Aku menarik nafas dan menghempaskannya kasar, sambil menggelengkan kepala.“Sialan nih orang, apa susahnya sih ngomong bukannya cuman ketuk pintu,” gerutuku.“Atau mungkin yang mengetuk pintu bukan manusia?” tanyaku dalam hati membatin.Setelah apa yang ku alami di rumah ini, wajar saja pikiranku memikirkan kemungkinan yang mengetuk pintu kamarku itu bukan manusia tapi makhluk gaib di rumah ini.Entah itu makhluk gaib yang menempati ka

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 43 Mbok Dasmi

    Mbok Dasmi menepis tanganku yang hendak menarik tangannya untuk membawa Mbok Dsmi ke kamar tamu di lantai dua yang bersebelahan dengan kamarku itu.“Lepaskan Sarah!” serunya sambil menepis tanganku dengan wajah kesal.“Kenapa? Ayo kita buktikan apa dikamar tamu itu ada seseorang atau tidak, aku hanya ingin memastikan kalau aku ini gak salah lihat Mbok,” balasku dengan menghentikan langkah dan membalikan badan melihat wajah kesal Mbok Dasmi.“Kita tidak bisa masuk ke dalam kamar itu, aku tidak punya kunci kamar tamu itu. Tuan Bayu yang memegang semua kunci kamar di rumah ini,” jelas Mbok Dasmi sambil merapikan kebaya brokat berwarna biru yang dipakainya.Mungkin karena aku tadi menarik lengan bajunya hingga dia berpikir kebaya brokat berwarna biru yang dipakainya tidak rapi lagi sekarang. Aku menautkan kedua alis mataku ketika mendengar Mbok Dasmi tidak punya kunci kamar tamu itu. Tidak mungkin, walaupun Mas Bayu yang memegang semua kunci di kamar ini, Mbok Dasmi pasti punya kunci cada

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 42 Aku Tidak Gila.

    Aku tertegun dengan menautkan kedua alis mata mencoba mengenali siapa pria yang berada di dalam kolam air panas milik pribadi itu, karena kolam renang air panas itu berada tepat di dalam halaman rumah Mas Bayu. Tidak mungkin bisa sembarang orang atau orang yang tidak keluarga ini kenal berani berenang di dalam kolam renang air panas itu, tapi siapa dia aku belum pernah sekalipun melihatnya. Dari semalam aku datang ke rumah ini, hanya ada Pak Halim dan Mbok Dasmi di rumah ini.Perlahan pria bertelanjang dada yang berada di dalam kolam air panas itu beranjak dengan pandangan tajam ke arahku, lalu sambil berjalan perlahan keluar dari dalam kolam air panas kulihat senyuman tersungging di wajahnya. Senyuman yang…, entahlah aku tidak bisa mengartikannya tapi kenapa aku merasa terancam.Pria itu kini berdiri di tepian kolam renang, masih menatap dan tersenyum dengan menengadahkan wajahnya melihat kearah ku yang berada di lantai dua rumah ini. Tubuhnya tinggi tegap memakai celana panjang ber

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 41 Siapa Pria Itu

    Dengan perasaan kesal karena merasa tidak dihargai oleh asisten rumah tangga di rumah suamiku ini, aku beranjak pergi berusaha untuk tidak memperdulikan perkataan Mbok Dasmi yang berkata aku harus menjaga sikapku bila tidak ingin dengan cepat mengganti posisiku, mungkin maksudnya mengganti posisiku sebagai istri Mas Bayu dengan kata lain bercerai?.Dia memperingatkan atau mengancamku? Sikap mana maksudnya yang harus aku jaga? Baru juga satu malam aku tinggal di rumah ini dan aku…, apa yang sudah aku lakukan sehingga Mbok Dasmi berkata aku harus menjaga sikapku?.Aku tidak bisa menerima ucapan Mbok Dasmi, dia pikir siapa dirinya berani berkata seperti itu padaku. Aku ini dari keluarga terhormat, berpendidikan, aku tau bagaimana caranya bersikap dengan baik dimanapun aku berada.Mbok Dasmi tersenyum tipis dengan tatapan sinis membalas tatapan tajam yang ku arahkan pada Mbok Dasmi sebelum pergi dari hadapannya, dengan berlari kecil menaiki tangga ke lantai dua menuju ke kamar untuk menyus

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 40 Pertengkaran

    “Mas, Mas Bayu!”Mas Bayu yang sedang memeluk sambil mencium pundakku menghentikan aktivitasnya ketika aku memanggil, dengan kedua alis yang ditautkan Mas Bayu bertanya, “Ada apa sayang?”“Kenapa Mas Bayu tidak bilang kita kedatangan tamu?” jawabku balik bertanya.“Maksud kamu?” tanya Mas Bayu terlihat jelas kebingungan di wajahnya.Kenapa wajah Mas Bayu terlihat kebingungan seperti itu? Apa dia tidak tahu ada tamu yang menginap dirumahnya?.“Itu Mas, siapa dia lelaki yang berdiri di balik jendela kamar tamu? Bukannya di rumah ini hanya ada kita, Mbok Dasmi dan Pak Halim?”.Kuangkat jari telunjuk untuk menunjuk ke arah pria yang sedang berdiri tepat di balik jendela kamar tamu yang berada di lantai dua dari tempatku dan Mas Bayu yang sedang berada di kolam renang. Bukannya menjawab pertanyaanku, Mas Bayu malah menggelengkan kepalanya sambil beranjak pergi keluar dari dalam kolam renang, meninggalkan aku yang sedang berdiri tertegun di dalam kolam renang memperhatikannya yang berlalu be

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 39 Pria Di Kamar Tamu

    “Sarah!” panggil Mas Bayu dengan suara yang bernada tinggi, ketika melihatku masih berdiri tertegun belum juga beranjak ke kamar mandi untuk mandi sesuai permintaan Mas Bayu tadi.“Iiiya, Mas,” jawabku gelagapan karena terkejut saat Mas Bayu memanggil namaku dengan nada membentak. Aku yang sedang merenungkan nama gadis yang disebut oleh perempuan di dalam mimpiku itu dan suara perempuan itu terngiang-ngiang di telingaku, membuatku yang tadinya akan pergi ke kamar mandi malah berdiri mematung dan tertegun.Pasti Mas Bayu semakin kesal melihat tingkahku, padahal baru saja dia berkata jangan bertingkah aneh lagi tapi semua yang ada di kepalaku ini membuat tingkahku seperti orang linglung karena aku tidak punya seseorang untuk berbagi. Aku pendam dan mencoba menguak semua misteri ini seorang diri.Tidak ada Nina sahabatku yang selalu mendengarkan dan mengerti apa yang kualami ataupun Nenek Uban dan Kakek jenggot kedua makhluk tak kasat, yang selalu mendampingi dan menyelesaikan masalah di

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 38 Rara

    “Sarah…! cepat masuk atau aku kunci pintunya dari dalam!” seru Mas Bayu berteriak dari dalam kamar membuat aku terkejut, saat itu aku sedang tertegun melihat kebelakang memandangi pintu kamar tamu yang terbuka.“Iya, iya Mas….” balasku sambil membalikan badan dan bergegas menghampiri pintu kamar kami.Mas Bayu yang sedang berdiri di dalam kamar menungguku, menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihatku yang baru saja masuk kamar.“Aku pikir kamu tadi mengikuti aku masuk ke kamar tapi ternyata masih saja berada di luar sana, ngapain kamu masih berdiri di luar sana Sarah?” tanya Mas Bayu terlihat sangat kesal dengan kelakuanku, dan aku hanya bisa tertunduk karena tak bisa menjelaskan apa yang sudah terjadi sambil berucap, “Maaf Mas….”“Tutup pintunya,” pinta Mas Bayu sambil beranjak pergi menghampiri tempat tidur kami. Aku menganggukan kepala lalu membalikan badan untuk menutup pintu kamar kami dan kulihat kamar tamu yang berada tepat di depan kamar kami, pintu kamar tamu itu perlahan

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 37 Kamar Tamu

    Ketika pintu sudah terbuka pandanganku langsung tertuju pada pintu kamar yang ada di depan kamarku ini, kamar itu sama persis seperti yang ada di dalam mimpiku. Aku hanya tinggal membuktikan satu hal lagi untuk meyakinkan diri ini dengan membuka pintu kamar itu dan aku harus bisa mmebuktikan apakah kamar itu sama seperti yang ada di dalam mimpiku.Penghuni kamar itu adalah sosok makhluk yang sangat mengerikan dengan seluruh tubuhnya yang berbulu, dua taring tajam di ujung bibirnya yang penuh darah dan kedua tanduk tajam di kepalanya, satu hal lagi yang tidak bisa aku lupakan, tatapan matanya yang merah menyala.Aku mulai melangkahkan kaki perlahan selangkah demi selangkah menuju kamar yang ada di hadapanku ini, hingga akhirnya aku tiba di depan pintu kamar. Dengan rasa penasaran yang sudah tidak bisa kutahan lagi ingin memastikan apakah benar di dalam kamar ini ada sosok penghuni kamar yang menyeramkan seperti di dalam mimpiku, tangan ini pun meraih gagang pintu untuk membuka pintu k

  • Sang Penunggu Pengantin   Bab 36 Masa Sekarang

    Dan disinilah aku sekarang berada, di sebuah kamar dengan dekorasi dan furniture antik menghiasi seluruh isi ruangan kamar ini. Aku merasa seperti sedang berada di sebuah kamar kerajaan tempo dulu yang sering aku lihat di film-film kolosal.Bagaimana mungkin aku bisa memberitahu Nina sahabatku alamat Desa tempat rumah Mas Bayu berada, walaupun Mas Bayu memberitahu alamat rumah ini, aku tidak akan bisa memberitahu Nina ataupun keluargaku. Bagaimana bisa memberitahu Nina dan keluargaku alamat rumah dimana aku berada sekarang, dengan cara apa? Sedangkan tidak ada sinyal handphone yang bisa digunakan untuk menghubungi mereka.Aku sungguh membutuhkan Nina saat ini untuk berbagi masalahku, hanya pada Nina aku bisa berbagi dan meminta pendapat serta solusi tentang masalahku sekarang, karena kedua makhluk tak kasat mata yang selalu mendampingiku sudah tak bersamaku lagi, biasanya merekalah yang akan menangani bila ada makhluk halus mengganggu.Walaupun Nina tidak bisa membantuku untuk mengus

DMCA.com Protection Status