Home / Pernikahan / Obsesi Sang Miliarder / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Obsesi Sang Miliarder: Chapter 61 - Chapter 70

84 Chapters

Mengusir

"Rose, aku ingin bicara denganmu," kata Steven. Claire yang mengetahui situasinya tidak baik, segera menggendongnya di si kembar untuk menjauh dari pasangan suami istri yang sedang bertengkar itu. Sementara itu, sudah lebih dari sehari Rose berusaha menenangkan diri, namun saat kembali, luka di hatinya kembali terasa. Rose menangis sejadi-jadinya. Bagaimana bisa Steven mengkhianati dirinya sendiri, padahal mereka baru saja merasakan kebahagiaan? Namun, Steven menghancurkannya dengan mudah. Rose berpikir, setelah ini dia akan bahagia. Namun masih ada masalah yang membuat mereka bertengkar hebat. “Kenapa kamu tega mengkhianatiku? Apa aku berbuat salah padamu?” Rose bertanya pada Steven dengan nada pelan. Rose tidak ingin bertengkar lagi, tapi bagaimanapun juga, ini adalah rumahnya, dan dia tidak bisa menghindari kenyataan yang memilukan ini dan bahkan menghindarinya. Steven berusaha menenangkan Rose agar mend
last updateLast Updated : 2023-10-02
Read more

Bu Aleeya

Rose memikirkan perkataan Claire berkali-kali. Bagaimana dia bisa membawa Steven kembali padanya? Rose menyesal mengusir Steven, dia sangat menyesal. "Apa yang Anda pikirkan?" tanya Claire dengan putus asa. Rose terlalu memikirkan sesuatu. Padahal Claire sudah menasihati Rose. Bukannya menjawab, Rose malah bertanya balik. "Bagaimana caraku menyuruh Steven untuk kembali bersamaku?" Rose bertanya pada Claire. Itu yang membuatnya bingung, dia terus memikirkannya tanpa bertanya pada Claire. Claire menepuk keningnya lelah dengan kelakuan Rose. “Kenapa kamu tidak bilang? Tidak bisakah anda menemui Bu Aleeya di apartemennya, saya akan memberikan alamatnya. Tapi aku tidak yakin Steven akan terlibat dalam hal ini,” ucap Claire ragu-ragu di akhir kalimatnya. Rose menghela napas, kenapa Claire tidak memberitahukannya dari tadi? Saat dia memikirkannya, Claire baru saja memberitahunya. "B
last updateLast Updated : 2023-10-03
Read more

Pertengkaran adalah bumbu cinta

Rose memejamkan mata saat melihat Bu Aleeya akan mengangkat tangannya hendak menampar dirinya sendiri. Ini terlalu cepat baginya untuk ditahan atau dihindari. Plak Suara nyaring terdengar jelas di telinganya. Namun yang mengejutkan Rose tidak merasakan sakit di pipinya. Perlahan Rose membuka matanya. Di depannya ada punggung Steven. Bagaimana Steven bisa sampai di sini? Jadi itu yang ditampar Bu Aleeya? Apakah itu Steven? Bu Aleeya memandang Steven dengan heran. Sejak kapan Steven ada di hadapannya? Dia menatap pipi Steven yang memerah karena tamparan itu, lalu menatap tangan yang biasa dia gunakan untuk menampar Steven. Steven berbalik menghadap Rose. Tangannya berada di bahu Rose. "Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Steven memastikan. Siapa yang tahu kalau Bu Aleeya telah menyebabkan sesuatu terjadi pada Rose padahal dia tidak ada di sini? Kalau sampai itu terjadi Steven tid
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more

Minta maaf

“Rose, aku minta maaf. Apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa memaafkanku?” tanya Steven dengan sungguh-sungguh. Steven tahu kejadian di apartemen Bu Aleeya bukanlah sesuatu yang serius, Rose hanya ingin membuatnya menceraikan Bu Aleeya. Steven tahu itu. "Peluk aku!" Jawab Rose tiba-tiba. "Apa?" "Kamu harus memelukku agar aku bisa memaafkanmu," ulang Rose agar lebih jelas. Mendengar jawaban Rose, Steven tak bisa menahan hatinya yang semakin membuncah. Dia segera menepikan mobilnya. Setelah mobil berhenti, Steven menarik Rose ke dalam pelukannya. Hal inilah yang dirindukan Rose, ia merindukan pelukan hangat Steven. Steven selalu bisa memberikan ketenangan pikirannya. Rose tidak bisa berlama-lama marah pada Steven. Yang pasti, dia dengan cepat merindukan pria itu. Steven mengecup kening Rose yang ada di pelukannya berkali-kali sambil mengucapkan tatapan maaf. Steven merasa sangat bersalah atas per
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more

Kembali membaik

"Bagaimana dengan ini?" tanya Steven sambil menyodorkan brosur pada Rose. Rose menerima brosur itu dan membacanya dengan cermat. “Ini bagus juga, fasilitasnya sangat memadai,” kata Rose sambil menganggukkan kepala. “Baiklah, aku akan menaruh si kembar di sini. Oh iya, si kembar mana, sayang?” Steven bertanya pada Rose, karena pria itu sama sekali tidak melihat putranya saat pulang kerja. "Mereka sedang bermain di kamar mereka, Steven." Steven menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, lalu dengan cepat pria itu memeluk istrinya dengan erat seolah tidak ada hari esok. Tentu saja hal ini membuat Rose bingung, bagaimana dengan suaminya? Setelah kejadian beberapa tahun lalu, saat Steven ketahuan melakukan pernikahan yang tidak diinginkan dengan Aleeya, kini pria itu semakin manja pada Rose. Bahkan Steven sudah berjanji kepada istrinya untu
last updateLast Updated : 2023-10-06
Read more

Mengunjungi

Hari ini Steven mengajak istri dan anak-anaknya mengunjungi orang tuanya di Washington. Si kembar terlihat cukup antusias bertemu kakek dan neneknya. Mungkin keduanya kangen dengan Kakek dan Neneknya karena sudah lama tidak bertemu. Saat ini Rose sedang sibuk mengepang rambut Andrea, itu karena permintaan gadis kecil itu. Rose menambahkan jepit rambut di pelipis Andrea. Ia kemudian menggeser tubuh Andrea menghadap cermin di sisi kiri kasur. Andrea kemudian memandang dirinya di pantulan cermin. "Kamu menyukai rambutnya?" tanya Rose sambil mengelus kepala putrinya. “Andrea sayang Ibu!” serunya. Rose tersenyum mendengar jawaban gadis kecilnya. Ia kemudian turun dari tempat tidur dan mengajak Andrea turun. Karena Steven dan Andrew sudah menunggu. Pria selalu cepat bersiap. "Gadis-gadis ini, lama sekali persiapannya," ucap Steven sambil terkekeh melihat istri dan putrinya menuruni tangga. Keduanya tampil cantik
last updateLast Updated : 2023-10-07
Read more

Kebun teh

Sesuai janjinya tadi, Pak Dion kini mengajak kedua cucunya pergi ke suatu tempat. “Wow, kita berada di kebun teh?” tanya Andrea antusias. "Ya, apakah kamu menyukainya?" tanya Pak Dion. "Suka sekali! Andrew menyukainya!” ucap lelaki kecil itu tak kalah semangatnya. “Kakek, kakek, mereka sedang memetik teh?” tanya Andrew sambil menunjuk beberapa orang yang sedang memetik daun teh. "Ya, kamu ingin pergi ke sana?" menawarkan Dion. Dengan cepat kedua cucu itu mengangguk antusias, senyuman manis tak pernah lepas dari bibir mereka. "Iya, ayo ke sana," ajak Dion. "Steven, kamu bisa mengajak istrimu berkeliling jika kamu mau, aku akan menjaga anak-anakmu." Steven mengangguk menanggapinya, kebun teh itu berada tak jauh dari belakang rumah Dion dan Vega. Steven pun ikut pergi bersama Rose saat Dion mengatakan ingin pergi ke kebun teh, selain mencari udara segar, tentunya juga m
last updateLast Updated : 2023-10-08
Read more

Orang misterius

"Bagaimana sekolahmu?" Dion bertanya kepada kedua cucunya yang sedang menyantap jajanan yang telah disiapkannya tadi. Diam! Tidak ada yang membuka pembicaraan, Steven dan Andrew kini menatap Andrea yang terus makan. Pak Dion yang menyadari sesuatu langsung berdehem mencoba mencari suasana. “Ah iya, ini makanan kesukaan kakek lho? Ini enak sekali,” kata Dion sambil memasukkan sebatang coklat ke dalam mulutnya. Tentu saja hal itu membuat Andrea memandang kakeknya dengan bingung. “Kakek bilang, dia tidak suka coklat?” tanya Andrea bingung. Bagaimana bisa? Pasalnya, baru beberapa menit yang lalu kakek ini tidak menyukai rasa coklat. "Ah iya. Setelah Kakek berpikir, coklat rasanya lebih enak dari stroberi,” kata Dion sambil memakan coklat di tangannya. Mereka asyik ngobrol satu sama lain, namun tak butuh waktu lama teriakan Rose membuat mereka menghentikan aktivitasnya.
last updateLast Updated : 2023-10-09
Read more

Kembali ke New York

Rasanya tidak enak, sudah satu minggu mereka tinggal di rumah Pak Dion dan Bu Vega. Dan selama itu mereka bahagia bisa bersama, terutama Andrew dan Andrea. Mereka berdua sangat bahagia karena selama berada di sana Pak Dion dan Bu Vega terus mengajak kedua cucunya jalan-jalan. Mereka berbahagia dengan kedatangan anak, menantu, dan cucu mereka. Hari ini adalah waktunya mereka pulang. Meski demikian, Rose masih belum bisa melupakan kejadian yang membuatnya takut dan trauma. Kini Rose ada di kamar bersama Steven yang menenangkan Rose. Steven menggendong Rose, memberikan kehangatan pada Rose untuk menenangkan diri. Tangannya membelai rambut halus Rose. "Tenanglah Rose. Kita akan segera berangkat, orang itu tidak akan bisa mengikuti kita," ucap Steven. Rose sedikit tenang. Namun di sisi lain, ia sedih harus berpisah dengan mertuanya. Setelah Rose benar-benar tenang, dia melepaskan pelukan mereka. “Aku aka
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more

Sekolah baru

Andrew melirik ke arah Andrea, saudara kembarnya itu memberikan ucapan selamat tak lupa senyuman yang tersungging di bibirnya. Andrew melihat binar kekecewaan di mata kembarannya itu. Apakah Andrew harus meninggalkan sekolah terkenal itu dan memilih bersama adik perempuannya? "Sayang, tapi Ayah akan mencarikanmu sekolah yang sama unggulnya dengan Andrew, tenang saja. Anak Ayah pintar semua. Ayah percaya dengan potensimu," ucap Steven pada putri kecilnya. Pria itu tentu saja berusaha menenangkan putrinya agar tidak merasa cemburu pada Andrew, bahkan merasa sendirian. TIDAK! Itu tidak mungkin terjadi. Anak-anaknya harus mendapat kasih sayang yang pantas, tidak ada yang membedakannya meski potensi atau bakat yang dimilikinya berbeda-beda. Bukankah setiap anak mempunyai kemampuannya masing-masing? “Iya Ayah. Aku mau sekolah dimana saja,” jawab gadis kecil itu. Namun
last updateLast Updated : 2023-10-11
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status