Home / Urban / Ayahku Tidak Tamat SD / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Ayahku Tidak Tamat SD: Chapter 11 - Chapter 20

45 Chapters

Part 11

"Gak, ah. Ogah. Entar kalau kemasukan lintah bagaimana? Iiih..Geli!"Susi bergidik. Mungkin tengah membayangkan bentuk lintah yang memiliki bentuk tubuh pipih di bagian dorsal dan kecil di bagian anteriornya. Ih...Aku saja mengingat bentuk lintah udah membuat bulu romaku meremang. Meski sebenarnya di bandar kecil ini belum pernah kami menemukan hewan licin itu kecuali belut dan sejenisnya serta ular sawah."Hanya ini yang ada, Sus. WC di rumah pada jorok semua. Bagaimana?"Ia tampak menyerungut. Dan aku, sebenarnya sudah ingin terbahak menertawai nasibnya. Tapi, bibir ini masih bisa ku tahan. Salahnya saja yang terlalu banyak maunya.Lama berfikir, akhirnya ia mengangguk setuju untuk berjongkok di atas potongan kayu yang terbentang di atas bandar kecil itu. Aku memutuskan menunggunya di halaman samping karena tak mungkin aku menontonnya membuang hajat. Apalagi, di situ sama sekali tidak ada penutupnya. Awalnya ia menolak ku tinggalkan dengan alasan takut karena matahari sudah hampir
last updateLast Updated : 2023-08-26
Read more

Part 12

"Allahu akbar.....Allahu akbar...."Alunan syahdu dari arah masjid menjadi sekat pembeciraan kami. Aku dan ibu sama sekali bahkan belum sempat menjawab pertanyaan Susi yang sedari tadi sibuk memperhatikan gambar juragan tanah yang ia tunjuk."Duh, azan....Ayo, Mar. Kita ke masjid, nanti orangtuaku nyariin."Gegas Susi bangkit dari tempat duduknya. Entahlah ia sudah melupakan pertanyaannya, atau karena sengaja mengurungkan rasa penasarannya karena azan maghrib yang sudah menggema.Aku mengikuti gerakannya. Pamit pada ibu dan kembali menaiki sepeda tua yang sedari tadi terparkir di halaman.Suara hewan-hewan kecil dari arah sawah turut meramaikan jalanan yang sudah mulai menghitam, sesekali bahkan tak sabar untuk menepuk makhluk betina yang suka menghisap darah manusia. Susi sedari tadi sudah mengomel, memaki hewan kecil itu seolah akan mengerti perkataannya. "Iiih....Dasar nyamuk tidak tahu diri. Kalau mukaku membengkak karena gigitan kalian bagaimana? Mar...Cepatin lagi dong, nyamuk b
last updateLast Updated : 2023-08-27
Read more

Part 13

"Jadi bagaimana, Tari? Maryam yang ngajarin atau Bapak?"Tanya ayah setelah beliau selesai mengobrol melalui telvon. Entah dengan siapa, tapi sempat terdengar olehku jika yang di bahas ayah mengenai kebun sawit yang harus di panen sabtu depan."Bapak sajalah. Kalau sama Maryam ribet, gak sabaran." "Lah...Kamu aja kali Say yang susah nangkepnya. Udah di jelasin malah gak ngerti-ngerti." protesku."Habis susah kali. Kenapa sih di dunia ini harus ada yang namanya matematika, bahasa inggris? Huffh..." Ia mulai menyerungut. Mengeluarkan bukunya dari dalam tas beserta pena dan tipe-x"Silahkan baca soalnya."Perintah ayah akhirnya. Selama ini Ayah memang sering mengajari kami matematika, bahkan sejak kami duduk di bangku kelas satu Sd. Padahal, seharusnya ibulah yang duduk di sini secara beliau seorang sarjana lulusan S2 di universitas ternama di Jakarta. Namun, setiap di minta di ajarin PR ibu selalu mengelak. Kata beliau, ayah jauh lebih cerdas di bandingkan dirinya. Sarjananya katanya
last updateLast Updated : 2023-08-27
Read more

Part 14

"Maryam....."Baru saja mau masuk ke dalam kelas, suara pak Askari sudah terdengar dari belakang hingga membuatku dan Tari seketika menoleh.Tari mulai meremas-remas jemariku dengan tatapannya yang lurus ke arah depan sambil senyum-senyum tak jelas. Mungkin sudah kemasukan jin qorinnya pak Askari ini bocah."Iya."Jawabku seadanya. Aku masih kesal padanya, mengingat dia satu jam yang lalu berduaan dengan bu Meri menghilangkan keramah tamahanku. Sebenarnya, aneh bukan sih? Aku cemburu pada orang yang belum tentu menyukaiku. Hufh....Netralkan fikiran ini Tuhan...."Ba'da zuhur kita ke acara akekahan ponakan saya. Kamu siap-siap." ujarnya yang langsung membuatku dan Tari langsung tatap.Ini maksudnya bagaimana, ya? Ada yang bisa jelasin gak, nih?Setelah mengatakan itu, pak Askari main pergi begitu saja bahkan tanpa meminta persetujuan dariku. Sedangkan Tari, langsung tancap gas mengejar langkahnya guru muda itu. "Pak, masa iya cuma Maryam saja yang di ajak. Tari, tidak?" ujarnya cengeng
last updateLast Updated : 2023-08-27
Read more

Part 15

Mataku sampai tak bisa berkedip menatap layar ponsel yang berisi pesan singkat pak Askari itu. Entah kalimat apa lagi yang harus aku ketik, cukup dengan kalimat terakhirnya memusnahkan semua kamusku. Tapi, kalau di fikir-fikir pak Askari ini memang tak ada pekanya sama sekali. Aku fikir, cara fikirnya akan sama seperti di fim-film romance yang ada di tipi tipi. Peka jika di katakan tidak ada baju dan berakhir mengajak ke mall atau ke boutique, misalnya. Nah ini, solusinya malah di luar ekspetasi.Akhirnya aku memutuskan mengambil gamis abaya Turki berwarna hitam longgar dan jilbab segi empat berwarna salem. Hanya warna ini yang sedikit nyangkut di mataku yang menurutku bisa menemani pak Askari ke acara kekahan kemenakannya selain aku yang memang mencintai baju-baju warna gelap. Tapi nanti sebelum pergi bisa ku minta dulu pendapat ibu mengenai penampilanku. [Pak, sabar sebentar lagi ya. Ini aku udah selesai.]Ku kirim satu pesan pada pak Askari. Berharap ia bisa sabar sebentar lagi k
last updateLast Updated : 2023-08-28
Read more

Part 16

"Kalau mau nangis, nangis aja Mar. Jangan di tahan-tahan." ujar pak Askari dengan santainya. Setelah membuat hatiku acak-acakan begini bukannya nenangin malah di suruh nguras air mata. Ya Tuhan....Kenapa sih guru satu ini nyebelinnya over banget, melebihi mulut-mulut para netizen. Tahu gini gak bakalan mau tadi di ajak ke acara akekahan keluarganya."Gak ada yang mau nangis." sahutku secuek mungkin.Padahal mah kondisi hatiku sudah meraung-raung sedari tadi. Gak tau, kesel aja bawaannya. Dikirain bakalan tambah kepincut jika jalan bareng begini. Nah ini, kayaknya malah makin sebel."Masa? Itu bibir udah kedut-kedut loh dari tadi nahan nangis. Kalau mau nangis, nangis aja. Nih, banyak stok tisu. Tapi, jangan kelamaan juga nangisnya. Entar malah kesurupan." ujarnya lagi sembari memperlihatkan lima kotak tisu dan meletakkannya di hadapanku."Kalau Maryam kesurupan enak dong, Pak. Biar bisa nyekek Bapak sekalian." timpalku sok sengit.Namun, di detik kemudian senyum lebar seketika terb
last updateLast Updated : 2023-08-28
Read more

Part 17

Sebelum pak Askari benar-benar mengabulkan ucapannya aku lebih dulu melepas sepatu dan berjalan setengah berlari ke arah mereka. Siapa pula yang mau di gendong di khalayak ramai begini. Malu. "Mar...Aku ke sana dulu ya. Sepertinya ada saudara mamaku deh di sana sama suaminya. Entar aku gabung lagi. Dadah pak ganteng..." Tari menunjuk segerombolan para tamu yang tengah duduk di ujung halaman dan berlari begitu saja bahkan belum sempat ku setujui. Jadi, ini ceritanya aku akan jalan berduaan gitu, sama pak Askari? Duh, udah gak kebayang gimana nanti ceritanya kalau udah ketemu sama keluarga baru. Eh, ngarep."Pak, kita gak makan dulu, nih? Maryam udah laper banget dari tadi. Cacing di perut udah pada demo." tanyaku pada pak Askari yang menembus kerumunan begitu saja tanpa berniat singgah untuk mengambil makanan. Padahal sedari tadi aroma rendang daging sudah menguar ke penciuman, membuat selera makanku semakin naik 180 derajat. "Kita ke tempat keluarga saya dulu. Emangnya gak mau kenal
last updateLast Updated : 2023-08-28
Read more

part 18

Bel istirahat akhirnya berbunyi juga. Aku sudah sedari tadi menahan pipis karena tidak di izinkan keluar oleh pak Askari. Aku tidak menyatakan alasanku karena masih memendam sakit hati, aku fikir pak Askari mendekatiku bukan karena suka padaku kecuali karena ingin menjadi suami dari kak Anjela. Obrolan mama Renata dan mbak Rachel hampir saja membuatku tidak bisa tidur semalaman. Rupanya begini rasanya sakit hati yang sering di keluhkan orang-orang.Usai pak Askari mengucapkan salam aku langsung lari ke arah pintu. Sama sekali tak ku hiraukan panggilannya karena sudah tak mampu menahan."Untuk apa, sih Bapak manggil-manggil anak penggarap sawah itu?"Masih terdengar Thalita berkomentar. Namun, karena aku sudah keburu lari entah apa lagi jawaban pak Askari menanggapi kalimat siswinya itu.Toilet sekolah letaknya di lantai satu, berdekatan dengan kelas dua belas yang sengaja ruangannya terpisah dari kelas SMA yang lain. Tujuannya karena mereka harus fokus belajar dan tidak terganggu ole
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

Part 19

"Papa saya yang cerita. Satu minggu yang lalu beliau membeli tanah sama juragan yang bernama bapak Abidzar Mahavir. Di saat perjumpaan itulah papa saya bertanya banyak hal pada ayahmu, dan katanya dia juga memiliki putri yang bersekolah di sini. Namanya Maryam. Di sekolah ini hanya kamu, kan yang bernama Maryam? Dan setelah saya cari tahu, hanya kamu juga yang memiliki nama ayah seperti juragan tanah itu. Benar, Mar. Saya saja sempat kaget," ceritanya panjang lebar sembari terkagum-kagum.Aku dan Tari hanya manggut-manggut mendengarkan ceritanya. Entah kenapa saat mendengar penuturannya seakan tengah ada udang di balik batu. Kenapa mengajakku bertemu seperti ini setelah tahu siapa ayahku sebenarnya? Dulu, kemana saja? Bahkan melirikku saja mungkin tidak pernah."Ah, iya. Surat ini kamu bawa saja, baca di kelas atau saat berada di rumah saja. Entar malah shock lagi," lanjutnya masih tersenyum ramah.Aku menautkan alis, mencoba menerka-nerka isi dalam amplop ini hingga kak Vino terliha
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

Part 20

"Saya berharap, kamu bisa memberikanku jawaban secepatnya, ya Mar. Tidak harus besok, tapi boleh dalam minggu ini supaya kamu juga bisa shalat istikharah." Imbuhnya lagi yang langsung melegakan perasaanku. Setidaknya ia tidak menuntutku memberi jawaban besok pagi, karena akupun tak tahu harus menjawab seperti apa. Namun, suara ketua osis SMA dari bibir pintu membuatku seketika menoleh. Disana, ketua Osis bernama Ihsan itu tengah berdiri di atas kursi yang di belakangnya terdapat para siswa dan beberapa orang guru."Terima...Terima...Terima...!"Ya Tuhan....Rasanya sudah mau pingsan saja di sini. Apalagi di halaman sana tampak bu Dewi, bu Meri dan sebagian besar anak kelas SMA tengah mensupport adegan memalukan ini. Mereka semua terus bersorak-sorak tanpa tahu bagaimana isi hatiku saat ini. Bagaimana mungkin aku menerima kak Vino padahal hatiku saja baru tumbuh dalam mengenal asmara? Jika hati ini jatuh perdana untuknya mungkin tak masalah, namun sayangnya bukan. Bukan dia yang mengen
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status