"Ya sudah, kita berangkat sekarang. Daerah Kuningan macetnya ampun-ampunan," pungkas Fahri, memilih untuk mengalah, dari pada mood-nya rusak pagi-pagi dengan meladeni Dinda. Setelah menandaskan isi piringnya, Fahri bangkit dan meninggalkan piring bekas makannya di meja. "Tapi Uda nggak telat, kan ngantor?" Dinda mengekori Fahri yang telah lebih dulu keluar rumah, masih belum percaya bahwa Fahri menawarkan diri untuk mengantar. "Kan aku yang punya kantor," sahut Fahri dengan wajah angkuhnya saat hendak masuk mobil. "Oh, iya. Nda lupa.""Apa yang Nda ingat tentang aku, sih? Semuanya aja lupa," sungut Fahri saat mereka sudah berada di dalam mobil dan meninggalkan pekarangan rumah. "Galaknya doang." Singkat, tapi tajam. "Anjir!" Fahri tertawa miris. "Terus itu, apa yang kita lakuin selama ini untuk menghasilkan keturunan, nggak keinget gitu?" Fahri tak berani menatap Dinda. Tatapannya lurus ke jalanan yang masih gelap, tetapi sudah dipadati oleh kendaraan yang mungkin juga membawa pe
Last Updated : 2023-08-07 Read more