Amran menunggu cokelat pesenannya selesai dengan melihat galeri di ponselnya. Di sana dia melihat Zia dalam bentuk foto yang diambil sembarangan oleh dirinya."Jika seperti ini, aku justru terlihat sebagai pengagum rahasia yang jahat," ujarnya, lalu tertawa kecil hingga membuat Zein yang mengikutinya ikut mual."Perlukah aku membelikan dua pulau agar aku bisa membuatnya luluh, lalu mengurungnya?""Jangan ngaco!" sentak Zein. "Ingat, Anda gak kaya-kaya amat. Jangan sampai punya pemikiran seperti itu. Kalau Anda melakukannya, Anda akan langsung menjadi orang miskin.""Menjadi orang miskin pun aku rela, Zein. Asalkan aku bisa selalu bersamanya," lirih Amran seolah dunianya sudah penuh dengan Zia, jadi dia tidak mau memikirkan hal yang lain."Gila!" umpat Zein. Dia benar-benar sudah muak dengan sikap bosnya ini."Aku berkata begitu bukan karena aku gila, Zein. Tapi karena Zia sendiri yang bilang padaku kalau dia tidak akan pernah meninggalkan aku kalaupun aku miskin, asalkan aku mencintai
Read more