"Wah, ternyata semuanya menjadi semakin menarik. Kira-kira siapa yang akan menang? Aku atau dia?" gumam Selena sambil terus memperhatikan gerakan Rania yang mengejar Anggara."Aku minta maaf jika yang aku katakan menyinggung dirimu, Mas. Tapi semuanya benar. Aku tahu betul orang seperti apa Zia itu. Aku hanya tidak ingin kamu jatuh lebih dalam lagi," bujuknya."Tidak tahu malu!" Zia bergumam sambil terus mendengarkan percakapan mereka.Amran menepis tangan Rania. "Aku gak suka kalau kamu atau siapa pun berbicara sembarangan tentang Zia. Apalagi kamu harusnya lebih tahu tentang dia daripada aku," terangnya serius dengan nada yang agak kesar dari biasanya.Zia kembali tersenyum. "Dulu, dia mengeluarkan amarah ketika aku memberikan penilaian tentang Rania. Sekarang ... wih, jauh sekali. Bodoh kalau aku mau kembali dengan pria yang bahkan tidak tahu mana yang terbaik untuknya," ujarnya geram."Masalah Yeni sudah aku selesaikan. Sekarang aku serahkan sisanya padamu. Ganti semua pekerja yan
"Mas, apa yang kamu lakukan?" teriak Yeni yang baru saja datang."Dia memberikan Zia jus kiwi, mustahil kalau dia tidak mengetahui hal itu," sentak Pak Santos dan Amran mengangguk.Yeni menatap Zia tajam selama beberapa saat, lalu kembali ke arah Rania ketika Pak Santos dan Amran menatapnya."Mama minta maaf, Zia. Tapi harusnya kamu membela kakakmu di saat seperti ini," ujarnya tanpa merasa bersalah."Membela? Waktu Papa menamparku saja tidak ada yang membela. Anda saja tidak ikut-ikutan. Kenapa sekarang saya harus membela anak Anda?" tanya Zia lembut dengan senyuman yang tipis.Kata-kata itu bukan hanya membuat Yeni diam, namun Pak Santos dan Amran juga tidak bisa berkata-kata."Ah, sudahlah. Tidak ada gunanya mengungkit masa lalu," pungkas Zia kemudian. "Oh iya, mulai sekarang aku akan tinggal di rumah ini."Zia berjalan sedikit ke arah gerbang dan menyambut kedua orang pekerja spesial yang disiapkan Barata."Apa perjalanan kalian lancar?""Alhamdulillah lancar, Kak Zia. Terima kasi
"Apa ini, Mas?" Zia menatap Amran lekat.Sebenarnya dia sudah tahu apa yang tengah dilakukan oleh pria di hadapannya, namun dia memilih berpura-pura tidak mengetahuinya, dan berusaha bersikap polos."Maukah kamu kembali menikah denganku?" tanya Amran serius. Meski sangat malu melakukannya untuk yang pertama kali, namun tetap saja dia memilih untuk memberanikan diri dengan harapan Zia mau menerimanya."Aku hanya manusia biasa yang tidak luput dari salah dan dosa, jadi aku harap kamu memberikan aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita. Aku akan belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya," lanjut Amran karena Zia masih diam.Beberapa saat kemudian, Zia terbahak hingga kedua tangan menyentuh perutnya."Kenapa? Apa ada yang lucu?" Amran kembali memberanikan diri untuk bertanya ketika melihat Zia tertawa hingga mengeluarkan air mata."Kamu, Mas." Zia menjawab lantang. "Kamu benar-benar lucu."Amran mengejutkan keningnya sambil menatap Zia lekat untuk mendapatkan jawaban.Melihat tat
"Tidak perlu berteriak seperti itu, tidak ada yang tuli di antara kita," bentak Pak Santos tak terima."Benarkah?" Zia mendekat ke arah mereka dengan kekecewaan yang dalam. "Sebenarnya siapa aku untuk kalian?"Amran menatap Pak Santos ketika mendengar pertanyaan itu, begitupun sebaliknya."Kamu putriku, tentu saja kamu sangat penting untukku, Zia," ungkap Pak Santos."Benar, aku juga sangat mencintaimu dan tidak akan bisa hidup tanpamu. Aku benar-benar ingin kamu memberikan aku kesempatan kedua." Amran menimpali dan kali ini Zia benar-benar kecewa."Apa benar Papa menyayangi aku?" tanyanya lirih."Kalau iya, bukankah seharusnya Papa sudah tahu sejak awal kalau pernikahanku dengan Mas Amran selama tiga tahun ini sudah membuatku seperti di neraka?" cecarnya lagi tanpa menunggu Pak Santos bicara."Kamu juga, Mas. Kamu bilang akan belajar mencintaiku dan membuatku menjadi orang yang paling berharga karena bisa mendapatkan cintamu, namun apa buktinya? Ketika Rania datang lagi, kamu bahkan
"Apa maksudnya? Apa kau berniat untuk mempermainkan kontrak di antara kita?" tanya Zia meminta penjelasan karena sebelumnya dia benar-benar tidak meminta hal ini.Zia hanya ingin menjalani kehidupan dengan damai sebagai istri Haris Amarta, tetapi hanya kontrak saja dan berlaku 2 tahun. Karena setelah memutuskan untuk keluar dari rumah, Zia yakin tidak ada tempat baginya untuk bersembunyi selain kediaman pribadi Haris Amarta.Ziq perlu didampingi seseorang yang kuat yang tidak bisa digertak dan punya otoritas yang tidak bisa dibantah. Harris Amarta memang lebih tua empat tahun, namun pria ini mempunyai wajah dewasa dan rupawan meski sikapnya sangat dingin, jadi Zia tidak punya pilihan yang lain."Justru harusnya aku yang bertanya begitu, apa kamu berbuat untuk mempermainkan pernikahan?" Haris bertanya balik. "Bukankah kamu sendiri tahu pernikahan adalah ikatan yang sakral, ibadah terlama? Apa aku tidak boleh mengidamkan pernikahan yang sakinah mawadah marahmah?"Zia dan semua orang yan
"Katakan padaku, di mana Anda menahan Zia?" Amran berteriak di kediaman Pak Santos karena mereka ada yang tidak beres di rumah ini. Terlebih dengan sikap Yeni dan Rania.Keduanya sama-sama tidak ada yang berani bicara tentang Zia, padahal sebelumnya mereka selalu banyak bicara. Apalagi jika mengatakan tentang keburukan Zia."Zia tidak ada di sini," lirih Pak Santos, "dia sudah pergi jauh.""Apa yang Kau katakan? Kenapa dia pergi tanpa memberitahu aku atau kalian keluarga?" Amran kembali berteriak karena dia tidak terima dengan apa yang telinganya dengar.Sedangkan Zein, dia hanya tersenyum. Tanpa sepengetahuan Amran, Rio adalah teman dekat Zein, lalu Rio adalah atasan Gea sekaligus salah satu pekerja Haris. Jadi sekarang Zein sudah tahu Zia berada di tempat yang aman, jadi dia tidak lagi membantu Amran untuk mencari tahu di mana keberadaan Zia."Dia sudah memutuskan hubungan dengan kami hanya karena aku tidak mempercayai dia seutuhnya. Yah, aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya
"Lu ngajak Gua ke sini buat nonton Lu bengong?" tanya Farid.Satu jam yang lalu, Amran meminta Farid untuk bertemu di suatu tempat untuk menceritakan kegundahan hati karena apa yang sudah dialaminya baru-baru ini."Berikan Gua waktu," lirih Amran tampak frustasi dengan wajah acak-acakan.Farid pun kembali diam. Dia berusaha memberikan Amran ruang agar dia bisa bercerita dengan lebih baik dan tenang tanpa ada yang disembunyikan."Gua dan Zia sudah berpisah," lirih Amran pada akhirnya dan Farid sama sekali tidak terkejut. "Kenapa tidak kaget? Apa perpisahan setelah tiga tahun pernikahan menurut Lu wajar?"Farid menatap tak percaya ke arah Amran."Tidak wajar kalau kalian melakukan hubungan suami istri seperti seharusnya, apalagi jika punya anak. Masih ada kemungkinan untuk kembali, terapi kalau sebaliknya, itu wajar," ujar Farid santai membuat Amran mengepalkan kedua tangannya."Kenapa? Keberatan? Padahal Lu juga yang mengawali semuanya. Kalau setelah dapatin Zia Lu lakuin yang terbaik,
Zein yang melihat Amran yang frustasi tersenyum lebar. "Ternyata menyaksikan penyesalan yang begitu dalam itu tidak menyakitkan," gumamnya."Aku harus menemuinya!" putus Amran kemudian, namun langkahnya dihentikan oleh Zein. "Apa yang kau lakukan, Zein? Biarkan aku menemuinya," teriak Amran sambil berusaha melayangkan beberapa pukulan."Ke mana Anda akan mencarinya? Memangnya Anda tahu di mana dia berada sekarang?" teriak Zein sambil terhuyung.Zein sadar, dia tidak akan pernah menang jika melawan Amran. Jadi dia hanya bisa menggunakan Zia untuk membuat Amran sadar."Aku tidak tahu, tapi aku akan mencarinya!""Tenanglah, aku akan meminta tim IT untuk melacak keberadaan Gea. Aku yakin saat ini Zia sedang bersamanya," tandas Zein membuat Amran menjadi lebih tenang. "Benar, segera cari semuanya sekarang!" sentaknya.Zein langsung pergi ke tim IT."Cari di mana posisi nomor ini berada dan laporkan setiap hasil dari pencarian kalian," perintah Zein dengan nada yang tidak biasa membuat pa
Bukannya langsung ikut dengan Amran, Zia malah tampak santai dan tenang seolah keracunan adalah hal yang biasa."Apalagi yang sedang kamu pikirkan? Apa kamu sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi pada papamu?" tanya Amran tak percaya."Peduli atau tidak, tidak ada hubungannya denganmu, Mas. Terlebih, aku sudah tahu hal ini akan terjadi, namun sayangnya papaku lebih memilih untuk mempercayai istri dan anak tirinya itu," terang Zia.Amran kehilangan kata-kata."Pergilah, Mas. Mungkin sekarang Rania sedang ada di rumah sakit dan menunjukkan akting terbaiknya. Jenguklah dia, Mas. Mungkin sekarang dia sedang membutuhkanmu," suruh Zia."Apa sebenarnya yang ada di kepalamu?" teriak Amran tak percaya. "Apa tahu kalau papamu sedang mempertaruhkan nyawa?""Aku tahu, tapi itulah pilihannya. Aku juga tidak punya waktu lagi untuk terus berbicara omong kosong," jawab Zia. "Jadi pergilah, lihat apa yang sebenarnya terjadi di sana."Karena Amran tidak bisa membawa Zia pergi, akhirnya dia k
"Jangan bercanda, aku dan Alia memang punya hubungan. Namun sebatas teman saja. Jadi jangan menuduh sembarangan," sangkalnya cepat."Teman?" Zia mendekat ke arah Rania. "Sejak kapan kamu punya teman modelan begini?""Walau kita tidak pernah dekat, aku tahu betul kamu tidak akan pernah berteman dengan manusia seperti itu," tandasnya lagi."Jangan sok tahu! Kamu tidak akan pernah tahu tentangku," sentak Rania, lalu dia memposisikan tubuhnya berhadapan dengan Zia. "Semua yang menjadi milikmu akan menjadi milikku," bisiknya membuat Zia spontan menamparnya keras."Kau sungguh wanita yang tidak tahu malu," teriaknya membuat Haris segera mendekat dan mengecek kondisi tangan Zia."Jangan lakukan itu lagi, aku mohon. Katakan saja padaku, aku akan meminta orang-orang untuk menamparnya," ujar Haris lembut."Rio, Alia!" panggilnya dengan teriakan yang membuat burung-burung beterbangan jauh."Ada apa, Bos?" Rio segera mendekat dengan Alia yang ditariknya."Tampar Rania masing-masing lima kali. Ka
Kau! Bagaimana bisa mengatakan itu tanpa beban di depan seorang wanita?" Alia melemparkan tatapan tak percaya pada pria yang sudah lama dikaguminya itu."Lantas, apa yang menurutmu pantas aku lakukan?" Haris mendekat ke arah Zia dan kembali menghujaninya dengan ciuman tanpa mengindahkan keberadaan Alia."Cukup, aku ada di sini. Apa kau sama sekali tidak mau balas Budi pada kakakku yang sudah mengorbankan segalanya untukku?" Alia kembali melemah.'Hanya cara ini yang aku bisa. Dengan berpura-pura menjadi lemah, Haris akan kembali menjadi milikku,' batinnya tertawa.'Yah, seorang Haris Amarta, pria paling sempurna di pelosok dunia ini hanya boleh menjadi suamiku. Dia tidak diizinkan untuk menjadi suami orang lain, apalagi dari seorang wanita yang berstatus janda,' lanjutnya.Alia sama sekali tidak mendengar kabar yang beredar kalau Zia bercerai dengan status perawan. Dia bahkan tidak membuka matanya dengan baik karena tidak melihat tubuh Zia yang sangat jauh jika dibandingkan dengan tub
Mereka pun sampai di rumah yang sudah dipersiapkan Haris untuk ditinggali bersama Zia.Akan tetapi, belum sempat mereka masuk ke dalam rumah, ponsel Haris lebih dulu berdering dengan keras."Aku sudah ada di bandara. Jemput aku sekarang kalau kamu mau membalas budi pada kakakku," ucap seorang wanita, lalu mematikan sambungan teleponnya begitu saja tanpa menunggu penjelasan dari Haris.Mendengar apa yang dikatakan wanita itu, Zia mengerutkan keningnya."Apa yang dikatakan dia sama seperti kata-kata Rania beberapa waktu lalu," ujarnya membuat Haris tidak berani melangkah."Semuanya terserah padamu, Mas. Tapi aku tekankan sekali lagi, kalau memang kamu bersungguh-sungguh, jangan pernah hadirkan orang ketiga. Jangan berikan aku surga lewat pintu poligami," lanjutnya menegaskan."Baik." Haris menjawab mantap, lalu segera menghubungi seseorang."Jemput Alia di bandara sekarang! Kalau dia hanya di mana aku, bilang aku sedang menikmati malam pertama dengan istriku," titahnya."Apa? Bagaimana
"Kalian baru saling mengenal, tidak mungkin kamu sudah mencintainya sedalam itu dan tidak mungkin dia juga sudah mencintaimu sebesar yang kamu katakan. Aku saja ragu padanya, bagaimana mungkin kamu tidak meragukannya?" tanya Amran tanpa memperdulikan tatapan Haris yang menatapnya penuh ketajaman. "Aku percaya pada suamiku, siapa pun dia, kepercayaanku akan selalu melekat padanya. Bukankah aku juga melakukan hal yang sama ketika kita masih menjadi suami istri?" tanya Zia yang lagi-lagi membuat Amran diam. "Aku sudah memaafkan apa yang telah kamu lakukan di masa lalu, kini aku sudah menjalani kehidupan yang baru. Jadi, aku juga berharap kamu melupakan masa lalu kita dan kembali meniti kehidupan yang baru," tegas Zia berusaha membuat Amran sadar kalau kehidupan di antara mereka sekarang sudah berbeda. "Aku tidak akan menyerah semudah itu, aku yakin pasti ada kesempatan untukku agar bisa kembali bersamamu. Aku dan kamu saja bisa berpisah setelah lima tahun pernikahan, apalagi antara ka
"Kenapa kamu manis banget, sih? Bukannya orang-orang bilang kamu kejam?" Zia melemparkan tatapan tak percaya pada pria yang ada di depan matanya.Zia selalu mendengar kritikan negatif terhadap keluarga Amarta, bahkan katanya keluarga ini adalah keluarga dengan orang-orang yang paling berbahaya.Sebelumnya Zia percaya akan gosip itu karena selama ini mereka memang selalu menunjukkan sisi negatif, namun setelah masuk langsung dan menjadi menantu Amarta, Zia tidak merasa demikian. Justru Zia merasa orang-orang yang mengatakan mereka jahat hanya pandai melihat dari luar, namun tidak jeli dengan kebenaran yang ada."Aku manis hanya di hadapanmu," sahut Haris cepat membuat Zia memalingkan tatapan, "karena kamu istriku, tentu aku akan melakukan apa yang aku bisa untuk mencintaimu.""Kalau nanti kamu berpaling?" tanya Zia penasaran karena Haris bukanlah pria biasa."Sebelum itu terjadi, aku akan mengatur beberapa aset untukmu. Ada anak atau tidak di antara kita, kamu tetap akan mendapatkannya
Zia memasang wajah datar dan menatap Amran lekat. Kini, dirinya benar-benar elegan dan setiap gerakannya sangat menarik. Itulah yang Amran lihat dari Zia yang sekarang. Padahal, sejak dulu Zia memang sudah seperti itu, sayangnya dia tidak melihatnya dengan baik."Kesempatan?" tanya Zia pelan dan Amran mengangguk cepat."Kalau kesenangan untuk dibenci olehku atau dipukul suamiku masih ada, tapi untuk hidup bersamaku ... kamu terlambat berubah, Mas. Aku yang sekarang tidak akan pernah lagi memilih untuk mencintaimu jika diberikan kehidupan kedua. Ini menandakan kesalahanmu sudah fatal," terang Zia tanpa perasaan membuat hati Amran benar-benar terluka."Bagaimana kalau ternyata Haris juga tidak tulus atau mengkhianatimu. Apa kamu bersedia kembali padaku?" tanya Amran lagiKali ini dia akan melakukan banyak cara untuk menarik Zia kembali ke sisinya. Terlebih sekarang dia sadar kalau dirinya sama sekali tidak mencintai Rania. Perasaan padanya ternyata sudah pergi bersama pengkhianatan yang
"Dasar pria yang tidak tahu malu," ujar Amran tak terima, "beraninya kau merebut Zia?""Merebut?" Harus menatapnya tak percaya, lalu mendekat ke arah Zia. "Sayang, katakan padanya, apa aku sudah merebutmu darinya?"Zia tersenyum lembut. "Tidak, justru dialah yang sudah merebut kebahagiaanku selama ini. Bodoh kalau aku mau kembali kepada pria seperti dirinya," jawabnya penuh penekanan seketika membuat Amran ditertawakan banyak orang.Akan tetapi, semuanya tidak berlangsung lama karena Rania lebih dulu datang dan mengajak Amran ke tempat yang tidak terlalu ramai."Mas, sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan? Apa kamu lupa kalau Zia yang sekarang bukan lagi Zia yang dulu. Dia sudah berubah, Mas," terangnya sambil meminta seorang dokter untuk mengecek kondisi Amran."Bagaimana, Dok?" tanya Rania sedikit panik."Dia baik-baik saja. Mana mungkin Haris mengeluarkan tendangan yang begitu kuat setelah tahu Anda bukanlah pria yang bisa menjadi lawannya," ucap dokter itu membuat Rania marah."Si
Haris kembali menarik dirinya dari Zia ketika seorang pria mengeluarkan suaranya yang kuat."Mama suka dengan ketegasan kamu. Pria itu memang harus diberikan pelajaran," ucap Mama Haris, lalu menatap ke arah anaknya tajam. "Kalau nanti Haris begitu saja, Mama sendiri yang akan memberikannya pelajaran.""Apa, sih, Ma. Aku enggak akan begitu. Aku bukan orang bodoh yang akan menyia-nyiakan wanita seperti Zia." Harus berbicara dengan tegas bahwa dirinya akan terus mempertahankan Zia."Baguslah kalau memang kamu tidak punya niat itu. Awas kalau macam-macam," ancam mamanya membuat Haris bergidik ngeri.Di tempat lain, orang-orang yang diminta Zein untuk mencari keberadaan Gea sama sekali tidak mendapatkan hasil apa pun. Hal itu tentu membuat Amran semakin marah, terlebih kabar pernikahan tentang Zia dan pria lain itu sudah terdengar oleh banyak orang. Amran menjadi semakin tidak terkendali, bahkan Via sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh putranya itu. "Memangnya kenapa ka