Home / Pendekar / Feng Huang - Kitab 3: Pedang Surga / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Feng Huang - Kitab 3: Pedang Surga: Chapter 131 - Chapter 140

147 Chapters

Permainan Selanjutnya

Semua tatapan tertuju pada si pria yang masih menyembunyikan wajahnya di balik kain bebat.Dia tertawa-tawa dengan tangan berlipat ke dada.“Keparat!” sahut pria yang memegang kantong palsu. “Kau memperdayai kami, bajingan. Di mana uang-uang emas yang kau janjikan pada kami, hah?!”“Bunuh saja dia!” hasut lainnya dengan kesal.Tanpa diduga oleh mereka, pria yang mereka anggap akan memberikan kekayaan bagi mereka itu justru telah mencengkeram leher pria terdepan.Dan kemudian …Krakk!“Ingin membunuhku, hah?” kekeh pria misterius.Dia mencampakkan tubuh rekannya yang baru saja ia bunuh dengan meremukkan tulang lehernya, jatuh bergedebukan begitu saja ke lantai hutan dalam keadaan mata membelalak lebar dan lidah terjulur.Dan dengan tangan lainnya, dia melepas kain yang menutupi wajahnya selama ini.Empat pria lainnya sama mengernyit dan semakin bertambah kesal.“Kau!Wuush!Krakk! Stab! Jlept!Berturut-turut empat tubuh lainnya bergelimpangan ke lantai hutan. Seorang mengalami nasib tr
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Berpikir Sebelum Bertindak

“Guru,” Daiyun sedikit membungkukkan badan ketika tatapan Guru Ma tertuju padanya.Sang guru menghela napas dalam-dalam. “Kenapa engkau akhir-akhir ini selalu gelisah, Daiyun?”“Maafkan Murid, Guru,” ucap Daiyun.Dia lantas membereskan beberapa Sutra milik sang guru, lalu dikemas ke dalam sebuah buntalan rapi berwarna merah menyala dengan sulaman benang emas.“Hanya saja,” lanjutnya sembari bekerja, “barusan, Murid melihat rombongan―”“Shan cai, shan cai …” Guru Ma mendesah halus dan panjang.Tatapannya tertuju pada bangunan istana di arah utara keramaian itu sendiri sebelum kembali pada Daiyun yang telah dengan cepat membereskan barang-barang sang guru, lalu memanggulnya di bahu kanan.Melihat sikap tubuhnya, Daiyun percaya bahwa sang Guru Besar pasti telah mengetahui kemunculan selusin Prajurit Sriwijaya yang dipimpin oleh Galang tadi itu. Daiyun hanya tak hendak lancang saja menanyakan langsung pada sang guru.“Kau tahu, Daiyun?”“Guru?”“Ada beberapa ujar-ujar tua yang aku dapatka
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Bukti yang Bias

Hanya saja, saat hendak menutup pintu ruangan itu dari luar, Datu Arrumanda melihat sosok Galang menghampiri. Tujuannya, jelas adalah menemui Datu Panglima.“Datu,” sapa Galang dengan takzim.“Kau sudah kembali, Komandan.”“Benar, Datu,” angguk Galang. “Baru beberapa saat yang lalu. Dan saya hendak menghadap Datu Agung Sarta.”Berpikir untuk ikut mengetahui berita apa yang dibawa oleh sang Komandan Prajurit Sriwijaya, Datu Arrumanda alias si Telinga Utara justru membukakan pintu tersebut bagi orang yang posisinya adalah di bawah dirinya.Galang cukup bisa menutupi keterkejutannya dengan membukukkan badan.“Terima kasih, Datu.”Dan menjadi semakin terkejut sebab Datu Arrumanda juga ikut masuk kembali ke dalam ruangan kerja Datu Panglima.Datu Panglima mengernyit mengetahui bahwa Datu Telinga Utara tidak jadi pergi meninggalkan ruang kerjanya, dan justru masuk kembali bersama Galang.“Salam, Datu,” sapa sang komandan begitu jarak mereka kini hanya terpaut lima langkah lagi saja.“Galang
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Tambahan Tuduhan

Tiba di depan rumah Datu Arrumanda, tempat di mana beberapa hari ini ia menumpang inap, senyumnya semakin lebar tatkala menjumpai istri sang datu sedang menata tanaman bunga di halaman depan tersebut.Bagaimanapun, birahinya selalu terbakar setiap kali mendapati senyuman manis di wajah istri Datu Arrumanda yang menyapanya.“Kau sudah pulang, A Niu?”Hoaren mengangguk dengan senyuman semakin lebar.Benar, pikirnya. Wanita di hadapannya yang sedang berjongkok dengan sejumput rumput liar di tangannya itu memang sudah berusia 40 tahun. Akan tetapi, keayuan wajahnya masih terjaga dengan baik, begitu pula dengan kesintalan tubuhnya.“Di mana Tuan Datu?” tanyanya sekadar berbasa-basi.“Ahh, suamiku masih berada di istana.”“Nyonya hanya bersendirian saja di rumah?”Astaga, ini kesempatan yang baik untuk menikmati wanita yang satu ini! jerit Hoaren di dalam hati.“Tidak juga,” jawab sang wanita. “Anak-anak ada di dalam, mereka sedang makan.”“Ooh…” Hoaren mengangguk-angguk.Dia masih berdiri
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Senjata Terakhir

“Kurasa,” balas Haoren dengan tenang. “Anda dapat menanyakan langsung hal ini pada masyarakat adat di sana. Atau pula, pada seorang Datu Gomo yang memang bertugas menjaga kesakralan kawasan itu.”“Keterlaluan!” sang datu mengentakkan satu kaki ke lantai.Napasnya terdengar begitu memburu, pandangannya liar ke sana kemari dengan dua tangan berada di sisi pinggang.“Ini sangat keterlaluan!”“Aku tidak tahu apa yang terjadi di sana,” lanjut Hoaren menebar fitnah terhadap Feng dan Huang. “Akan tetapi, mereka bisa keluar dari pulau itu dengan baik-baik saja. Tidakkah ini aneh?”Datu Arrumanda mengangguk setuju.“Dan kurasa,” lanjut si Pria Tiongkok. “Hal inilah yang mendatangkan kutukan akan negeri ini sebab menampung pasangan gila yang tak segan-segan melanggar pantangan adat di Batu Limau.”“Benar!” sang datu semakin merah padam wajahnya karena menahan kemarahan besar. “Kau benar. Mungkin pula di Pulau Alai sekarang sedang terjadi bencana akibat larangan yang dilanggar.”“Itu mungkin saj
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Hari Persidangan

Dengan langkah yang tergesa-gesa dan sembari membawa makanan di atas nampan kayu, Daiyun bergegas menuju kuil istana.“Guru!” panggilnya. “Guru Ma!”Biksu Agung yang sedang berdoa di depan altar sang Budha seketika menghentikan lantunan Sutra-nya.“Amitabha,” lirihnya. “Kenapa engkau tergesa-gesa seperti dikejar setan, Daiyun?”“Guru,” Daiyun dengan cepat berlutut dan meletakkan nampan berisi makanan di dekat Guru Ma, lalu menundukkan kepala. “Maafkan murid, Guru. Akan tetapi, sepertinya sedang terjadi sesuatu yang genting, Guru.”Wajah memerah seperti bayi itu mengernyit.“Daiyun,” ucapnya dengan lemah lembut. “Angkat wajahmu, dan katakan dengan jelas. Apa yang engkau maksudkan barusan?”Sang Biksu Muda menyampaikan apa yang ia saksikan beberapa saat sebelumnya pada sang guru.“Mohon Guru segera bertindak,” ucapnya di akhir kalimatnya, “untuk menyelamatkan Nona Huang dan Tuan Muda Feng.”Ia bahkan menyentuhkan dahinya ke lantai.Guru Ma menghela napas dengan tenang dan panjang, mence
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Musuh Tak Terduga

“Yang Mulia,” Galang kembali membungkuk pada sang raja, “Datu-Datu sekalian,” lanjutnya, dan tatapannya berhenti pada Feng dan Huang. “Tidak ada bukti-bukti pasti yang kami dapatkan di Air Hitam jika Feng dan Huang adalah pelaku dari pembunuhan keji tersebut.”Beberapa kepala terlihat kurang senang dengan kabar yang disampaikan sang komandan. Beberapa di antara mereka saling berbisik.Dapunta Hyang berdeham sekali, dan itu cukup untuk membuat suara bergumam di ruangan besar terhenti.Semua mata kembali tertuju pada sang komandan.“Teruskan!” titah sang raja.“Ini memang sangat menyedihkan,” lanjut Galang. “Satu keluarga dibantai dengan cara paling biadab yang bisa kita pikirkan. Sayangnya, orang yang sebelumnya menuduhkan perbuatan itu terhadap Feng, tidak dapat meyakini ucapannya sendiri.”“Jelaskan!” pinta Datu Tangan Selatan.“Menurut saksi sendiri,” lanjut sang komandan. “Dia hanya melihat sekilas perawakan dari seseorang yang keluar dari pintu depan rumah korban, Datu. Dia tidak
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Penundaan Hukuman

Datu Maripualam merasa kesal pada rekannya yang satu itu.Tidak saja Datu Arrumanda telah menghentikan persidangan yang hampir usai dengan lancang, namun juga telah menantangnya tadi meskipun hanya tersirat kecil saja, juga kini dengan seolah dia mengetahui lebih baik daripada orang lain di sana akan Feng dan Huang.“Tidak usah bertele-tele, Datu,” sahut Datu Maripualam dengan tersenyum masam. “Katakan saja, agar semuanya terang benderang!”Datu Arrumanda mendengus halus seolah menahan tawa.“Benar!” ucapnya dengan lebih keras. “Aku mungkin tidak mengetahui apa-apa dengan kejadian keji di Air Hitam. Tapi tidak dengan apa yang mereka lakukan di Pulau Alai!”Degh!Feng dan Huang sama terkesiap, namun dengan cukup cerdik menyembunyikan keterkejutan mereka.Telunjuk Datu Telinga Utara terarah kasar pada keduanya, diikuti pula oleh pandangan dipenuhi selaksa pertanyaan dari yang lainnya di sana.“Pulau Alai?” ulang Dapunta Hyang seakan teringat akan satu hal.Dan Feng serta Huang masih men
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Menjemput Saksi

“Jika Yang Mulia mengizinkan,” kata Datu Arrumanda, “maka, sekarang juga patik akan berlayar ke Pulau Alai demi mendatangkan dua saksi kunci yang mengetahui kejadian sebenarnya di Batu Limau.”Dapunta Hyang sebenarnya meyakini bahwa Feng dan Huang bukanlah seburuk dan sekeji yang dituduhkan. Dia bisa saja melepas keduanya, membebaskan mereka dari segala tuduhan.Akan tetapi, hal ini tentu menjadi bertolak belakang dengan nama besarnya yang tersohor sebagai seorang pemimpin yang adil lagi arif.“Yang Mulia?”Sementara sang raja berpikir keras, Datu Maripualam pula dan yang lainnya di sana tidak tahu harus berkata apa lagi.Komandan Galang juga demikian. Padahal, dia dan Datu Panglima sengaja untuk menyimpan kejadian di luar tembok barat agar tidak dikait-kaitkan pada Feng dan Huang.Tapi tampaknya, peristiwa yang lebih besar lagi justru muncul ke permukaan, memberatkan pasangan suami-istri muda.Tatapan sang raja bertemu pandang dengan tatapan Feng dan Huang, bergantian. Dia menghela n
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Kembali Ditahan

Datu Telinga Utara berlalu dengan pandangan dingin dan seringai lebar di wajah terhadap Feng dan Huang.Seolah-olah, tatapan itu menegaskan bahwa pasangan muda itu tidak akan bisa kemana-mana.“Tunggu saja hari kalian!”Hanya kalimat itu yang didengar oleh Feng maupun Huang seiring sosok sang datu berlalu dari ruang besar. Kalimat tidak menyenangkan yang dipenuhi ancaman besar.“Maafkan aku, Tuan Muda Feng, Nona Huang.”Perhatian suami-istri muda beralih pada sosok yang baru saja berujar, Dapunta Hyang Sri Jayanasa.“Tapi kami telah menebus kesalahan tak berniat di Batu Limau ketika itu!”Sang raja mengernyit menanggapi ucapan Huang yang sedikit dibalut emosi.“Adik!” Feng lekas merangkul bahu sang istri.“Kami memperlihatkan itikad baik selama ini, Tuan Raja,” lanjut Huang dengan mata memerah. “Tanyakan saja pada komandan bernama Galang di sana!”Galang mereguk ludah. Tatapannya berpindah dari Huang ke sang raja, lalu kepada Datu Panglima.“Adik tenanglah!” pinta Feng dengan lembut.
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status