Nabil masih berteriak saat aku menutup telpon, dia seakan tidak menerima kenyataan dengan gugatan perceraian. Mungkin dia pikir semua ungkapanku adalah gertakan yang akan menakutinya, ia kira aku tidak bisa hidup tanpa dirinya. Dia pikir, sehendak hati perbuatannya akan bisa kumaklumi padahal aku juga bisa mengambil keputusan dalam hidupku.Aku yakin, lelaki itu kini akan bergegas pulang dan menemuiku, dia akan memprotes, marah, dan mungkin akan berbuat kekerasan.*Seperti yang kuduga, ia datang, pukul 12.30 malam dia membuka pintu dan langsung menemui ke kamar."Iklima...." Aku yang baru saja terbangun dan belum sepenuhnya sadar kaget dengan kedatangannya."Hah, kenapa tidak jadi menginap di rumah Sofia.""Bagaimana aku akan menginap sementara kau membuat pikiranku seakan berada di ambang neraka, apa kau serius Iklima?""Iya, apa kau tidak membaca surat panggilan persidangan? Itu semua real, bukan mainan.""Kau gila!" ucapnya dengan mata terbelalak."Aku tidak gila, aku berusaha me
Last Updated : 2023-07-26 Read more